Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

4.2 Pembahasan

Penelitian ini membahas tentang aktivitas divisi public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dalam upaya mengatasi krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara. Aktivitas yang diwujudkan melalui beberapa strategi manajemen krisis akan dibahas sedemikian rupa kemudian dikaitkan dengan beberapa kajian public relations dan manajemen krisis yang dapat dijadikan indikator dalam pembahasan ini. Sebelum membahas tentang aktivitas dan strategi yang dilakukan perlu ditinjau lebih jauh terkait perjalanan krisis yang sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Walaupun demikian peneliti tidak akan membahas lebih jauh penyebab krisis yang bersifat privasi dan subjektif. Pemetaan krisis yang dilakukan hanya untuk mengetahui sejak kapan krisis terjadi dan kaitannya dengan strategi yang telah dan sedang dilakukan PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara secara umum dan strategi divisi public relations-nya secara khusus. Penelitian ini melibatkan empat orang informan yang dimintai penjelasan dan informasi mendalam terkait dua tujuan penelitian yang dituangkan dalam bab I penelitian ini. Kedua tujuan tersebut yakni, untuk mengetahui pemetaan krisis yang terjadi di PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dan untuk mengetahui strategi manajemen krisis public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara sudah terjadi sejak terjadinya krisis moneter 1998. Kenyataan ini diungkapkan oleh tiga informan terakhir yang secara sistematis mencoba mengurutkan riwayat krisis yang akhirnya kembali bergejolak di pertengahan tahun 2013. Informan kedua dan ketiga menyatakan bahwa krisis moneter 1998 mengganggu stabilitas keuangan dan ekonomi negara. Gangguan ini semakin nyata dengan terhentinya pembangunan perusahaan-perusahaan besar termasuk rencana pembangunan pembangkit listrik oleh PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Informan keempat menambahkan penjelasannya bahwa sebenarnya program penambahan mesin pembangkit listrik sudah disusun sejak tahun 1995 namun rencana itu akhirnya kandas setelah terjadinya krisis moneter 1998. Hingga terjadilah defisit listrik yang cukup parah di tahun 2007 yang juga menimbulkan pemadaman listrik bergilir. Informan pertama menyatakan krisis listrik di tahun 2013 merupakan krisis berulang yang sudah pernah terjadi di 2007. Penjelasan informan pertama tersebut bisa dipengaruhi oleh keberadaannya yang tergolong masih baru di perusahaan. Informan pertama mengatakan krisis listrik ini terjadi karena ketidaksesuaian waktu pengoperasian mesin pembangkit dengan jadwal yang sudah disusun sedemikian rupa. Pengoperasian yang tidak sesuai jadwal dikarenakan pembangunan mesin pembangkit yang sempat terhenti dan baru mulai dilanjutkan tahun 2008. Selain karena kemandekan pembangunan pembangkit listrik, keempat informan menyatakan pemadaman listrik bergilir yang cukup meresahkan di tahun 2013 memang tidak dapat dihindarkan akibat sudah semakin tuanya mesin-mesin pembangkit yang ada. Akibatnya di waktu yang bersamaan harus mengalami perbaikan karena kerusakan tertentu dan pemeliharaan rutin maintenance. Hal inilah yang semakin memperparah frekuensi pemadaman listrik bergilir pada tahun 2013. Informan pertama, kedua, ketiga dan keempat menyatakan bahwa krisis listrik yang melanda Sumatera Utara dapat dikategorikan ke dalam lingkup krisis yang disebabkan defisit. Pasokan daya listrik yang kurang akibat terbatasnya mesin-mesin pembangkit yang ada. Keempat Informan menyatakan bahwa defisit listrik terjadi akibat penangguhan pembangunan pembangkit listrik pasca krisis moneter 1998 diikuti dengan sulitnya mendapatkan izin membangun dari pemerintah dan masyarakat. Informan ketiga dan keempat menyatakan bahwa saat ini daya listrik yang dibutuhkan masyarakat dengan yang dimiliki PLN seimbang. Kondisi iniah yang pada akhirnya mengharuskan diberlakukannya pemadaman listrik bergilir. Karena jika mesin pembangkit yang menghasilkan 300 MW harus dimatikan untuk pemeliharaan maka pemadaman listrik bergilir 3 x 2 jam tidak dapat dielakkan. Oleh sebab itu, sebagai negara yang mengaku berkembang dan memantapkan langkah menuju negara maju, Indonesia seharusnya memiliki Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara cadangan daya 30 sampai 40 persen dari seluruh daya yang dimiliki. Jika hal ini sudah tercapai, pemadaman listrik seharusnya tidak akan terjadi lagi. Pembahasan ini juga menunjukkan bahwa keempat informan menyatakan ketidaksetujuannya terkait siklus krisis yang terjadi sudah memasuki fase akut. Menurut mereka krisis yang terjadi tidak dalam fase akut dan tidak akan memasuki fase akut. Siklus krisis yang dijabarkan dalam Kasali oleh Fink 1999 dimulai dari tahap prodromal dimana krisis belum dirasakan perusahaan. Sesuai bentuknya tahap prodromal ini dibagi ke dalam tiga jenis yaitu jelas sekali, samar- samar dan tidak terlihat sama sekali. Dilanjutkan pada tahap akut dimana krisis sudah terlihat jelas, kerusakan mulai terjadi, kerugian mulai bermunculan, respon negatif pun mulai dirasakan. Tahap kronis menjadi tahap selanjutnya jika tahap akut memarah dan tidak dapat langsung diatasi. Pada tahap ini dinyatakan bahwa perusahaan sudah runtuh, gulung tikar atau mulai membangun kembali. Tahap resolusi menjadi tahap terakhir yang dilalui krisis. Dalam fase ini perusahaan sedang menjalani masa penyembuhan. Informan kedua menyatakan bahwa, kondisi ini bukan fase akut karena sampai saat ini PT PLN Sumut masih bisa berjalan dan beroperasi. Kembali keempat informan sepakat bahwa tahap ini akan berlalu dan segera memasuki fase resolusi atau penyembuhan. Usaha memetakan krisis yang terjadi di tubuh PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara memperlihatkan dampak yang diakibatkan krisis listrik tersebut. Seperti informasi dari informan pertama, kedua, ketiga dan keempat, krisis ini termasuk paling diperhitungkan karena menimbulkan dampak yang sangat merugikan baik ditengah-tengah masyarakat maupun di lingkungan PLN sendiri. Dampak negatif ini mulai terlihat melalui makian kasar yang dimuat di beberapa pemberitaan, kekesalan masyarakat melalui jejaring sosial, diperparah dengan aksi demonstrasi hingga pembakaran beberapa kantor cabang PLN. Respon negatif ini memang tidak dapat dihindarkan mengingat cukup tingginya kerugian yang dirasakan banyak pihak akibat krisis listrik yang berujung pemadaman listrik bergilir ini. Usaha kecil menengah yang harus rela pendapatannya berkurang karena usahanya memang bergantung pada stabilitas energi listrik. Ditambah kerusakan barang-barang elektronik akibat loncatan arus dan sebagainya. Keempat informan juga turut prihatin dengan kondisi ini. Namun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tidak dapat disangkal, mereka secara organisasi dan pribadi juga terkena dampak krisis listrik ini. Informan pertama mengaku jam kerja semakin tidak teratur akibat pemadaman listrik bergilir yang terjadi, bahkan kadang-kadang hingga larut malam masih harus melayani keluhan masyarakat. Informan kedua dan ketiga mengakui bagaimana mereka harus membangun beban mental ditengah-tengah keluarga dan masyarakat untuk menghadapi dan menjawab setiap pertanyaan di situasi sulit ini. Informan keempat yang mengaku perusahaan ikut merugi jika pemadaman listrik terus terjadi. Tagihan listrik yang dihitung dengan meteran akan menurun karena apabila listrik padam maka meteran pun mati. Usaha penanganan krisis menawarkan beberapa langkah sistematis mulai dari identifikasi krisis, analisis krisis, isolasi krisis, pilihan strategi hingga program pengendalian. Namun melalui wawancara yang dilakukan terhadap keempat informan didapati bahwa public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara melakukan usaha-usaha penanganan krisis namun tidak mengikuti persis sistematika penanganan krisis yang ditawarkan. Informan pertama dan kedua mengaku bahwa dalam menangani krisis praktisi public relations melakukan tahapan-tahapan mulai dari identifikasi hingga pengendalian secara sistematis. Namun pernyataan ini kurang akurat karena kedua informan tidak dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang tahapan penanganan krisis yang mereka lakukan. Berbeda dengan informan ketiga dan keempat yang menyatakan bahwa identifikasi maupun analisis krisis tetap dilakukan meskipun tidak sedetail dan selengkap langkah-langkah yang ada. Pernyataan keempat informan dilengkapi dengan pengumpulan data melalui data online didapati bahwa PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara melakukan ketiga strategi generik dan program pengendalian yang ditawarkan dalam penanganan krisis. Meskipun PLN Sumut melakukan ketiga strategi generik namun PLN Sumut tidak melakukan semua langkah yang ditawarkan pada masing-masing strategi. Strategi generik yang pertama ialah Defensive Strategy Strategi defensif. Dari tiga langkah yang disarankan yakni; 1 mengulur waktu, 2 tidak melakukan apa-apa, 3 membentengi dengan kuat, PLN Sumut hanya melakukan langkah mengulur waktu. Tindakan ini ditunjukkan 83 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara melalui pernyataan Deputi Humas PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara tentang masa berakhirnya pemadaman listrik bergilir. Dalam sebuah pemberitaan Deputi Humas PT PLN Sumut tersebut menyatakan bahwa pemadaman listrik bergilir akan berakhir pada 10 Maret 2014 namun hingga April 2014 pemadaman listrik bergilir masih terjadi. Pernyataan bahwa pemadaman listrik akan segera berakhir sudah pernah disuarakan November 2013 namun seperti yang dituliskan sebelumnya, pemadaman listrik bergilir masih terjadi hingga April 2014. Mengulur-ulur waktu oleh PLN ini jelas membuat masyarakat marah dan kesal. Kesannya pihak PLN hanya ingin menenangkan hati masyarakat dengan mengumbar janji yang tak kunjung ditepati. Strategi generik yang kedua adalah Adaptive Strategy Strategi adaptif dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1 Mengubah kebijakan, 2 Modifikasi operasional, 3 Kompromi, 4 Meluruskan citra. Dalam hal ini peneliti tidak mendapati adanya langkah kompromi yang dilakukan PLN Sumut. Informan kedua, ketiga dan keempat mengatakan bahwa langkah mengubah kebijakan melalui pemindahtugasan salah satu direksi PLN ke Medan, Sumatera Utara. Upaya ini diharapkan dapat lebih mempercepat segala proses perbaikan dan pengoperasian pembangkit listrik. Langkah modifikasi operasional dilakukan melalui perbaikan-perbaikan mesin pembangkit diikuti dengan percepatan pengoperasian mesin pembangkit listrik yang pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 2008. Kerusakan mesin pembangkit listrik yang mengakibatkan pemadaman listrik bergilir harus terjadi karena rusaknya PLTU Labuhan Angin Unit I dan Unit II Sibolga. Kerusakan ini menimbulkan defisit listrik hingga 200 megawatt MW. Informan keempat menambahkan kendala perizinanan untuk pengoperasian pembangkit listrik di Kuala Namu semakin memperparah kondisi defisit listrik di Sumatera Utara. Sedangkan langkah meluruskan citra ditunjukkan melalui kepedulian PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara terhadap korban gunung Sinabung. Kepedulian perusahaan ini dilakukan melalui penyerahan 600 paket berisi tas ransel, buku dan alat tulis kepada pengungsi Gunung Sinabung. Dynamic Strategy Strategi Dinamis menjadi strategi generik ketiga yang ditawarkan dalam menangani krisis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam strategi ini yakni, 1 Merger dan Akuisisi, 2 Investasi baru, 3 Menjual saham, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 4 Meluncurkan produk baru menarik peredaran produk lama, 5 Menggandeng kekuasaan, 6 Melemparkan isu baru untuk mengalihkan perhatian. PLN Sumut hanya melakukan satu dari enam langkah diatas yaitu menggandeng kekuasaan. Langkah menggandeng kekuasaan yang dilakukan PLN Sumatera Utara ialah dengan menjalin kerjasama dengan Kodam IBB dalam hal pengamanan dan kelancaran pembangunan pembangkit yang sedang dikerjakan. Keseriusan ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antara Manajer PT PLN UIP II dan Pangdam I Bukit Barisan. PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara juga melakukan implemetasi program pengendalian dalam menangani krisis listrik yang terjadi. Informan pertama menyatakan bahwa implementasi pengendalian diterapkan pada perusahaan beserta cabang yakni dengan melibatkan PLN cabang untuk turut melakukan kegiatan sosialisasi berupa talkshow di radio daerah. Beliau menambahkan bahwa program pengendalian ini diterapkan pada industri yang dalam hal ini adalah perusahaan Inalum agar membantu memberi pasokan daya yang lebih besar dari sebelumnya. Informan pertama juga menyatakan keterlibatan komunitas dalam hal ini para pemuka agama, agar turut menyampaikan budaya hemat listrik di setiap ceramah mereka. Informan kedua dan keempat menyampaikan bahwa implementasi program pengendalian diterapkan pada divisi-divisi perusahaan, yakni dengan menginstruksikan setiap pegawai agar berperan sebagai public relations PLN dimanapun berada. Strategi generik merupakan rumusan strategi yang sudah disiapkan sebelum krisis terjadi. Hal ini selaras dengan pernyataan keempat informan yang dengan kompak menyatakan bahwa krisis listrik yang melanda PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara bukan krisis yang terjadi tiba-tiba namun sudah dapat dirasakan sebelumnya. Artinya public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara sudah menyiapkan beberapa langkah pencegahan. Sehingga ketika krisis harus sampai pada agenda pemadaman listrik bergilir yang menyulut emosi masyarakat, praktisi public relations PLN Sumut sudah berusaha menyusun dan melaksanakan beberapa program atau strategi walau tidak secara sistematis untuk meredam emosi masyarakat. Dari banyak pilihan strategi yang diutarakan pada bab II, divisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara 85 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara lebih cenderung menerapkan strategi corrective action yakni langkah yang diambil untuk memperbaiki kerusakan akibat krisis dan akan melakukan pencegahan apabila akan terjadi. Dan dari tiga strategi generik yang dijabarkan sebelumnya PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara lebih dominan melakukan strategi adaptif Adaptive strategy. Strategi manajemen krisis berupa corrective action dan Adaptive Srategy tersebut disampaikan melalui above the line media lini atas, below the line media pendukung dan activity aktivitas pendukung. Media lini atas yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar, internet dan telepon. Di televisi keempat informan menyatakan telah melakukan komunikasi dengan masyarakat melalui talkshow satu arah. Dalam talkshow ini dijelaskan tentang apakah perusahaan listrik negara itu, apa saja bagian-bagiannya, apa yang menjadi penyebab krisis listrik, langkah-langkah yang dilakukan PLN untuk meminimalisir krisis, permohonan maaf perusahaan atas ketidanyaman ini dan himbauan agar masyarakat bisa ikut menerapkan gerakan hemat listrik. Informan ketiga menambahkan bahwa selain talkshow mereka juga melakukan line news di salah satu televisi lokal di Medan. Sosialisasi yang dilakukan di radio menunjukkan kesehatian empat informan yang melontarkan jawaban-jawaban yang sepadan. Di media radio mereka juga menyapa masyarakat melalui talkshow yang bersifat dua arah. Talkshow yang demikian memungkinkan narasumber dan masyarakat terlibat dalam dialog interaktif melalui telepon. Informan pertama juga menyatakan bahwa sosialisasi juga dilakukan melalui adlib yang dibacakan para penyiar radio. Informan ketiga dan keempat menambahkan bahwa selain dua hal di atas, iklan juga digunakan untuk menyuarakan gerakan hemat listrik. Surat kabar menjadi media yang cukup representatif mengingat jumlahnya yang besar dan informasi yang dimuat bisa lebih detail. Keempat informan mengungkapkan keterkaitan surat kabar dilihat dari press release yang dimuat. Pengiriman Press release dilakukan secara kondisional artinya hanya jika ada suatu informasi atau jadwal acara yang harus disampaikan secara meluas kepada masyarakat. Informan pertama, ketiga dan keempat menyatakan bahwa surat 86 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kabar juga difungsikan untuk memberitahukan jadwal daerah yang terkena pemadaman listrik setiap harinya. Keempat informan juga menyatakan usaha mereka mendekatkan diri dengan masyarakat di media internet melalui website resmi PLN, akun facebook dan twitter. Tidak jauh berbeda dengan media-media sebelumnya, informasi yang mereka berikan adalah terkait info pemadaman listrik bergilir, himbauan untuk hemat listrik dan sebagainya. Mereka juga menyampaikan bahwa praktisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara mengaktifkan call center 123 sehingga memungkinkan masyarakat untuk menghubungi langsung petugas pelayanan PLN untuk menyampaikan keluhan mereka. Below the line media pendukung meliputi spanduk dan selebaran. Melalui media pajang ini, informan pertama dan ketiga menyatakan bahwa mereka memaksimalkan fungsi media ini untuk menyampaikan permohonan maaf PLN Sumatera Utara diikuti dengan informasi seputar PLN dan defisit yang terjadi serta himbauan hemat listrik. Activity aktivitas pendukung yang dilakukan para praktisi PRs berupa sosialisasi melalui pertemuan-pertemuan. Keempat informan menyampaikan bahwa pertemuan tersebut dilakukan melalui kegiatan wisata listrik dimana dalam pelaksanaannya memungkinkan peserta untuk melihat langsung kondisi pembangkit sembari mendengar penjelasan tentang wahana kelistrikan. Informan pertama mengatakan, dengan mengadakan wisata listrik yang melibatkan mahasiswa, pemuka agama, media, dan beberapa anggota masyarakat diharapkan dapat menjadi perpanjangan informasi PLN kepada masyarakat. Selain wisata listrik kegiatan sosialisasi juga dilakukan melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan pertemuan dengan bakohumas. Informan pertama melihat strategi corrective action dan adaptive strategy yang diterapkan melalui komunikasi langsung baik wisata listrik maupun metode lainnya dianggap paling efektif untuk meredakan emosi masyarakat. Informan ketiga menyatakan bahwa sosialisasi melalui komunikasi langsung dapat dikatakan media paling efektif. Sedangkan informan 2 dan 4 melihat bahwa semua media yang dilibatkan untuk menerapkan strategi itu dianggap efektif. Bagi 87 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mereka media yang digunakan bergantung pada masyarakat mana yang menjadi sasarannya. Hasil penelitian ini membantu peneliti menyimpulkan bahwa krisis listrik di Sumatera Utara yang berujung pada diberlakukannya pemadaman listrik bergilir sudah terjadi sejak 15 tahun terakhir. Krisis listrik ini dipicu oleh terjadinya kegagalan membangun mesin-mesin pembangkit yang seharunya sudah dapat dioperasikan selambat-lambatnya pada tahun 2013. Melalui penelitian ini juga dapat disimpulkan, bahwa praktisi public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara sudah melaksanakan strategi manajemen krisis yang mereka anggap paling tepat untuk diterapkan yakni strategi corrective action dan adaptive strategy dengan melibatkan media-media pendukung. 88 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sebagai penutup, berdasarkan hasil penelitian tentang strategi public relations dalam manajemen krisis, dapat dikemukakan bagian-bagian penting yang merupakan simpulan dari penelitian sebagai berikut: 1. Krisis listrik yang terjadi di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2013 berawal dari terjadinya krisis moneter 1998. Krisis keuangan dan ekonomi negara ini akhirnya menggagalkan rencana pembangunan mesin pembangkit yang sudah dicanangkan sejak 1995. Pada tahun 2007 krisis yang sama sudah pernah terjadi di wilayah Sumatera Utara namun beberapa mesin pembangkit dan genset masih bisa mengkover kebutuhan listrik hingga beberapa tahun berikut. Kondisi tersebut tidak berlangsung lama karena krisis yang sama kembali terjadi di pertengahan 2013 lalu. Kegagalan membangun mesin pembangkit dan semakin menuanya mesin pembangkit yang ada diiringi dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumsi listrik di Sumatera Utara menjadi penyebab utama krisis listrik saat itu. Jumlah cadangan listrik PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara yang seimbang dengan kebutuhan listrik masyarakat akhirnya membawa Sumatera Utara pada tren pemadaman listrik bergilir. 2. Dalam menghadapi situasi krisis, divisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara telah melakukan beberapa strategi yang dianggap berpotensi meminimalisir krisis yang terjadi. Dari sekian banyak strategi yang ditawarkan, corrective action strategy dan adaptive strategy menjadi strategi yang paling tepat untuk diterapkan. Strategi ini digunakan untuk menyampaikan permohonan maaf disertai dengan upaya menginformasikan segala sesuatu yang terjadi terkait krisis juga upaya mengajak masyarakat untuk melaksanakan gerakan hemat listrik. Strategi ini pun melibatkan hampir semua media yang ada, yakni above the line, below the line dan activity. 89 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

1 57 150

STRATEGI MEDIA RELATIONS PT. DIRGANTARA INDONESIA Strategi Media Relations Pt. Dirgantara Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Dalam Usaha Meningkatkan Citra PT. Dirgantara Indonesia Persero Pasca Krisis).

0 4 17

PENDAHULUAN Strategi Media Relations Pt. Dirgantara Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Dalam Usaha Meningkatkan Citra PT. Dirgantara Indonesia Persero Pasca Krisis).

0 7 38

STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS PT. KIMIA FARMA (Studi deskriptif kualitatif Strategi Marketing Public Relations PT. Kimia Farma dalam meningkatkan citra perusahaan).

19 58 106

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 15

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 1

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 9

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 2 28

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 1 3

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 41