Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
Penelitian ini membahas tentang aktivitas divisi public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dalam upaya mengatasi krisis listrik yang
terjadi di Sumatera Utara. Aktivitas yang diwujudkan melalui beberapa strategi manajemen krisis akan dibahas sedemikian rupa kemudian dikaitkan dengan
beberapa kajian public relations dan manajemen krisis yang dapat dijadikan indikator dalam pembahasan ini. Sebelum membahas tentang aktivitas dan strategi
yang dilakukan perlu ditinjau lebih jauh terkait perjalanan krisis yang sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Walaupun demikian peneliti tidak akan membahas lebih
jauh penyebab krisis yang bersifat privasi dan subjektif. Pemetaan krisis yang dilakukan hanya untuk mengetahui sejak kapan krisis terjadi dan kaitannya
dengan strategi yang telah dan sedang dilakukan PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara secara umum dan strategi divisi public relations-nya secara
khusus. Penelitian ini melibatkan empat orang informan yang dimintai penjelasan
dan informasi mendalam terkait dua tujuan penelitian yang dituangkan dalam bab I penelitian ini. Kedua tujuan tersebut yakni, untuk mengetahui pemetaan krisis
yang terjadi di PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dan untuk mengetahui strategi manajemen krisis public relations PT PLN Persero Wilayah Sumatera
Utara. Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa krisis listrik yang terjadi
di Sumatera Utara sudah terjadi sejak terjadinya krisis moneter 1998. Kenyataan ini diungkapkan oleh tiga informan terakhir yang secara sistematis mencoba
mengurutkan riwayat krisis yang akhirnya kembali bergejolak di pertengahan tahun 2013. Informan kedua dan ketiga menyatakan bahwa krisis moneter 1998
mengganggu stabilitas keuangan dan ekonomi negara. Gangguan ini semakin nyata dengan terhentinya pembangunan perusahaan-perusahaan besar termasuk
rencana pembangunan pembangkit listrik oleh PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Informan keempat menambahkan penjelasannya bahwa sebenarnya program penambahan mesin pembangkit listrik sudah disusun sejak tahun 1995
namun rencana itu akhirnya kandas setelah terjadinya krisis moneter 1998. Hingga terjadilah defisit listrik yang cukup parah di tahun 2007 yang juga menimbulkan
pemadaman listrik bergilir. Informan pertama menyatakan krisis listrik di tahun 2013 merupakan krisis berulang yang sudah pernah terjadi di 2007. Penjelasan
informan pertama tersebut bisa dipengaruhi oleh keberadaannya yang tergolong masih baru di perusahaan. Informan pertama mengatakan krisis listrik ini terjadi
karena ketidaksesuaian waktu pengoperasian mesin pembangkit dengan jadwal yang sudah disusun sedemikian rupa.
Pengoperasian yang tidak sesuai jadwal dikarenakan pembangunan mesin pembangkit yang sempat terhenti dan baru mulai dilanjutkan tahun 2008. Selain
karena kemandekan pembangunan pembangkit listrik, keempat informan menyatakan pemadaman listrik bergilir yang cukup meresahkan di tahun 2013
memang tidak dapat dihindarkan akibat sudah semakin tuanya mesin-mesin pembangkit yang ada. Akibatnya di waktu yang bersamaan harus mengalami
perbaikan karena kerusakan tertentu dan pemeliharaan rutin maintenance. Hal inilah yang semakin memperparah frekuensi pemadaman listrik bergilir pada
tahun 2013. Informan pertama, kedua, ketiga dan keempat menyatakan bahwa krisis
listrik yang melanda Sumatera Utara dapat dikategorikan ke dalam lingkup krisis yang disebabkan defisit. Pasokan daya listrik yang kurang akibat terbatasnya
mesin-mesin pembangkit yang ada. Keempat Informan menyatakan bahwa defisit listrik terjadi akibat penangguhan pembangunan pembangkit listrik pasca krisis
moneter 1998 diikuti dengan sulitnya mendapatkan izin membangun dari pemerintah dan masyarakat. Informan ketiga dan keempat menyatakan bahwa saat
ini daya listrik yang dibutuhkan masyarakat dengan yang dimiliki PLN seimbang. Kondisi iniah yang pada akhirnya mengharuskan diberlakukannya pemadaman
listrik bergilir. Karena jika mesin pembangkit yang menghasilkan 300 MW harus dimatikan untuk pemeliharaan maka pemadaman listrik bergilir 3 x 2 jam tidak
dapat dielakkan. Oleh sebab itu, sebagai negara yang mengaku berkembang dan memantapkan langkah menuju negara maju, Indonesia seharusnya memiliki
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
cadangan daya 30 sampai 40 persen dari seluruh daya yang dimiliki. Jika hal ini sudah tercapai, pemadaman listrik seharusnya tidak akan terjadi lagi.
Pembahasan ini juga menunjukkan bahwa keempat informan menyatakan ketidaksetujuannya terkait siklus krisis yang terjadi sudah memasuki fase akut.
Menurut mereka krisis yang terjadi tidak dalam fase akut dan tidak akan memasuki fase akut. Siklus krisis yang dijabarkan dalam Kasali oleh Fink 1999
dimulai dari tahap prodromal dimana krisis belum dirasakan perusahaan. Sesuai bentuknya tahap prodromal ini dibagi ke dalam tiga jenis yaitu jelas sekali, samar-
samar dan tidak terlihat sama sekali. Dilanjutkan pada tahap akut dimana krisis sudah terlihat jelas, kerusakan mulai terjadi, kerugian mulai bermunculan, respon
negatif pun mulai dirasakan. Tahap kronis menjadi tahap selanjutnya jika tahap akut memarah dan tidak dapat langsung diatasi. Pada tahap ini dinyatakan bahwa
perusahaan sudah runtuh, gulung tikar atau mulai membangun kembali. Tahap resolusi menjadi tahap terakhir yang dilalui krisis. Dalam fase ini perusahaan
sedang menjalani masa penyembuhan. Informan kedua menyatakan bahwa, kondisi ini bukan fase akut karena sampai saat ini PT PLN Sumut masih bisa
berjalan dan beroperasi. Kembali keempat informan sepakat bahwa tahap ini akan berlalu dan segera memasuki fase resolusi atau penyembuhan.
Usaha memetakan krisis yang terjadi di tubuh PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara memperlihatkan dampak yang diakibatkan krisis listrik tersebut.
Seperti informasi dari informan pertama, kedua, ketiga dan keempat, krisis ini termasuk paling diperhitungkan karena menimbulkan dampak yang sangat
merugikan baik ditengah-tengah masyarakat maupun di lingkungan PLN sendiri. Dampak negatif ini mulai terlihat melalui makian kasar yang dimuat di beberapa
pemberitaan, kekesalan masyarakat melalui jejaring sosial, diperparah dengan aksi demonstrasi hingga pembakaran beberapa kantor cabang PLN.
Respon negatif ini memang tidak dapat dihindarkan mengingat cukup tingginya kerugian yang dirasakan banyak pihak akibat krisis listrik yang
berujung pemadaman listrik bergilir ini. Usaha kecil menengah yang harus rela pendapatannya berkurang karena usahanya memang bergantung pada stabilitas
energi listrik. Ditambah kerusakan barang-barang elektronik akibat loncatan arus dan sebagainya. Keempat informan juga turut prihatin dengan kondisi ini. Namun
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat disangkal, mereka secara organisasi dan pribadi juga terkena dampak krisis listrik ini. Informan pertama mengaku jam kerja semakin tidak teratur akibat
pemadaman listrik bergilir yang terjadi, bahkan kadang-kadang hingga larut malam masih harus melayani keluhan masyarakat.
Informan kedua dan ketiga mengakui bagaimana mereka harus membangun beban mental ditengah-tengah keluarga dan masyarakat untuk
menghadapi dan menjawab setiap pertanyaan di situasi sulit ini. Informan keempat yang mengaku perusahaan ikut merugi jika pemadaman listrik terus
terjadi. Tagihan listrik yang dihitung dengan meteran akan menurun karena apabila listrik padam maka meteran pun mati.
Usaha penanganan krisis menawarkan beberapa langkah sistematis mulai dari identifikasi krisis, analisis krisis, isolasi krisis, pilihan strategi hingga
program pengendalian. Namun melalui wawancara yang dilakukan terhadap keempat informan didapati bahwa public relations PT PLN Persero Wilayah
Sumatera Utara melakukan usaha-usaha penanganan krisis namun tidak mengikuti persis sistematika penanganan krisis yang ditawarkan. Informan pertama dan
kedua mengaku bahwa dalam menangani krisis praktisi public relations melakukan tahapan-tahapan mulai dari identifikasi hingga pengendalian secara
sistematis. Namun pernyataan ini kurang akurat karena kedua informan tidak dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang tahapan penanganan krisis
yang mereka lakukan. Berbeda dengan informan ketiga dan keempat yang menyatakan bahwa identifikasi maupun analisis krisis tetap dilakukan meskipun
tidak sedetail dan selengkap langkah-langkah yang ada. Pernyataan keempat informan dilengkapi dengan pengumpulan data
melalui data online didapati bahwa PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara melakukan ketiga strategi generik dan program pengendalian yang ditawarkan
dalam penanganan krisis. Meskipun PLN Sumut melakukan ketiga strategi generik namun PLN Sumut tidak melakukan semua langkah yang ditawarkan
pada masing-masing strategi. Strategi generik yang pertama ialah Defensive Strategy Strategi defensif. Dari tiga langkah yang disarankan yakni; 1
mengulur waktu, 2 tidak melakukan apa-apa, 3 membentengi dengan kuat, PLN Sumut hanya melakukan langkah mengulur waktu. Tindakan ini ditunjukkan
83
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
melalui pernyataan Deputi Humas PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara tentang masa berakhirnya pemadaman listrik bergilir. Dalam sebuah pemberitaan
Deputi Humas PT PLN Sumut tersebut menyatakan bahwa pemadaman listrik bergilir akan berakhir pada 10 Maret 2014 namun hingga April 2014 pemadaman
listrik bergilir masih terjadi. Pernyataan bahwa pemadaman listrik akan segera berakhir sudah pernah disuarakan November 2013 namun seperti yang dituliskan
sebelumnya, pemadaman listrik bergilir masih terjadi hingga April 2014. Mengulur-ulur waktu oleh PLN ini jelas membuat masyarakat marah dan kesal.
Kesannya pihak PLN hanya ingin menenangkan hati masyarakat dengan mengumbar janji yang tak kunjung ditepati.
Strategi generik yang kedua adalah Adaptive Strategy Strategi adaptif dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1 Mengubah kebijakan, 2 Modifikasi
operasional, 3 Kompromi, 4 Meluruskan citra. Dalam hal ini peneliti tidak mendapati adanya langkah kompromi yang dilakukan PLN Sumut. Informan
kedua, ketiga dan keempat mengatakan bahwa langkah mengubah kebijakan melalui pemindahtugasan salah satu direksi PLN ke Medan, Sumatera Utara.
Upaya ini diharapkan dapat lebih mempercepat segala proses perbaikan dan pengoperasian pembangkit listrik. Langkah modifikasi operasional dilakukan
melalui perbaikan-perbaikan mesin pembangkit diikuti dengan percepatan pengoperasian mesin pembangkit listrik yang pembangunannya sudah dimulai
sejak tahun 2008. Kerusakan mesin pembangkit listrik yang mengakibatkan pemadaman listrik bergilir harus terjadi karena rusaknya PLTU Labuhan Angin
Unit I dan Unit II Sibolga. Kerusakan ini menimbulkan defisit listrik hingga 200 megawatt MW. Informan keempat menambahkan kendala perizinanan untuk
pengoperasian pembangkit listrik di Kuala Namu semakin memperparah kondisi defisit listrik di Sumatera Utara. Sedangkan langkah meluruskan citra ditunjukkan
melalui kepedulian PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara terhadap korban gunung Sinabung. Kepedulian perusahaan ini dilakukan melalui penyerahan 600
paket berisi tas ransel, buku dan alat tulis kepada pengungsi Gunung Sinabung. Dynamic Strategy Strategi Dinamis menjadi strategi generik ketiga yang
ditawarkan dalam menangani krisis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam strategi ini yakni, 1 Merger dan Akuisisi, 2 Investasi baru, 3 Menjual saham,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4 Meluncurkan produk baru menarik peredaran produk lama, 5 Menggandeng kekuasaan, 6 Melemparkan isu baru untuk mengalihkan perhatian. PLN Sumut
hanya melakukan satu dari enam langkah diatas yaitu menggandeng kekuasaan. Langkah menggandeng kekuasaan yang dilakukan PLN Sumatera Utara ialah
dengan menjalin kerjasama dengan Kodam IBB dalam hal pengamanan dan kelancaran pembangunan pembangkit yang sedang dikerjakan. Keseriusan ini
ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antara Manajer PT PLN UIP II dan Pangdam I Bukit Barisan.
PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara juga melakukan implemetasi program pengendalian dalam menangani krisis listrik yang terjadi. Informan
pertama menyatakan bahwa implementasi pengendalian diterapkan pada perusahaan beserta cabang yakni dengan melibatkan PLN cabang untuk turut
melakukan kegiatan sosialisasi berupa talkshow di radio daerah. Beliau menambahkan bahwa program pengendalian ini diterapkan pada industri yang
dalam hal ini adalah perusahaan Inalum agar membantu memberi pasokan daya yang lebih besar dari sebelumnya. Informan pertama juga menyatakan
keterlibatan komunitas dalam hal ini para pemuka agama, agar turut menyampaikan budaya hemat listrik di setiap ceramah mereka. Informan kedua
dan keempat menyampaikan bahwa implementasi program pengendalian diterapkan pada divisi-divisi perusahaan, yakni dengan menginstruksikan setiap
pegawai agar berperan sebagai public relations PLN dimanapun berada. Strategi generik merupakan rumusan strategi yang sudah disiapkan
sebelum krisis terjadi. Hal ini selaras dengan pernyataan keempat informan yang dengan kompak menyatakan bahwa krisis listrik yang melanda PT PLN Persero
wilayah Sumatera Utara bukan krisis yang terjadi tiba-tiba namun sudah dapat dirasakan sebelumnya. Artinya public relations PT PLN Persero Wilayah
Sumatera Utara sudah menyiapkan beberapa langkah pencegahan. Sehingga ketika krisis harus sampai pada agenda pemadaman listrik bergilir yang menyulut
emosi masyarakat, praktisi public relations PLN Sumut sudah berusaha menyusun dan melaksanakan beberapa program atau strategi walau tidak secara sistematis
untuk meredam emosi masyarakat. Dari banyak pilihan strategi yang diutarakan pada bab II, divisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara
85
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lebih cenderung menerapkan strategi corrective action yakni langkah yang diambil untuk memperbaiki kerusakan akibat krisis dan akan melakukan
pencegahan apabila akan terjadi. Dan dari tiga strategi generik yang dijabarkan sebelumnya PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara lebih dominan melakukan
strategi adaptif Adaptive strategy. Strategi manajemen krisis berupa corrective action dan Adaptive Srategy
tersebut disampaikan melalui above the line media lini atas, below the line media pendukung dan activity aktivitas pendukung. Media lini atas yang
dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar, internet dan telepon. Di televisi keempat informan menyatakan telah melakukan komunikasi dengan masyarakat
melalui talkshow satu arah. Dalam talkshow ini dijelaskan tentang apakah perusahaan listrik negara itu, apa saja bagian-bagiannya, apa yang menjadi
penyebab krisis listrik, langkah-langkah yang dilakukan PLN untuk meminimalisir krisis, permohonan maaf perusahaan atas ketidanyaman ini dan
himbauan agar masyarakat bisa ikut menerapkan gerakan hemat listrik. Informan ketiga menambahkan bahwa selain talkshow mereka juga melakukan line news di
salah satu televisi lokal di Medan. Sosialisasi yang dilakukan di radio menunjukkan kesehatian empat
informan yang melontarkan jawaban-jawaban yang sepadan. Di media radio mereka juga menyapa masyarakat melalui talkshow yang bersifat dua arah.
Talkshow yang demikian memungkinkan narasumber dan masyarakat terlibat dalam dialog interaktif melalui telepon. Informan pertama juga menyatakan
bahwa sosialisasi juga dilakukan melalui adlib yang dibacakan para penyiar radio. Informan ketiga dan keempat menambahkan bahwa selain dua hal di atas, iklan
juga digunakan untuk menyuarakan gerakan hemat listrik. Surat kabar menjadi media yang cukup representatif mengingat jumlahnya
yang besar dan informasi yang dimuat bisa lebih detail. Keempat informan mengungkapkan keterkaitan surat kabar dilihat dari press release yang dimuat.
Pengiriman Press release dilakukan secara kondisional artinya hanya jika ada suatu informasi atau jadwal acara yang harus disampaikan secara meluas kepada
masyarakat. Informan pertama, ketiga dan keempat menyatakan bahwa surat 86
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kabar juga difungsikan untuk memberitahukan jadwal daerah yang terkena pemadaman listrik setiap harinya.
Keempat informan juga menyatakan usaha mereka mendekatkan diri dengan masyarakat di media internet melalui website resmi PLN, akun facebook
dan twitter. Tidak jauh berbeda dengan media-media sebelumnya, informasi yang mereka berikan adalah terkait info pemadaman listrik bergilir, himbauan untuk
hemat listrik dan sebagainya. Mereka juga menyampaikan bahwa praktisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara mengaktifkan call center 123
sehingga memungkinkan masyarakat untuk menghubungi langsung petugas pelayanan PLN untuk menyampaikan keluhan mereka.
Below the line media pendukung meliputi spanduk dan selebaran. Melalui media pajang ini, informan pertama dan ketiga menyatakan bahwa
mereka memaksimalkan fungsi media ini untuk menyampaikan permohonan maaf PLN Sumatera Utara diikuti dengan informasi seputar PLN dan defisit yang
terjadi serta himbauan hemat listrik. Activity aktivitas pendukung yang dilakukan para praktisi PRs berupa
sosialisasi melalui pertemuan-pertemuan. Keempat informan menyampaikan bahwa pertemuan tersebut dilakukan melalui kegiatan wisata listrik dimana dalam
pelaksanaannya memungkinkan peserta untuk melihat langsung kondisi pembangkit sembari mendengar penjelasan tentang wahana kelistrikan. Informan
pertama mengatakan, dengan mengadakan wisata listrik yang melibatkan mahasiswa, pemuka agama, media, dan beberapa anggota masyarakat diharapkan
dapat menjadi perpanjangan informasi PLN kepada masyarakat. Selain wisata listrik kegiatan sosialisasi juga dilakukan melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah,
perguruan tinggi dan pertemuan dengan bakohumas. Informan pertama melihat strategi corrective action dan adaptive strategy
yang diterapkan melalui komunikasi langsung baik wisata listrik maupun metode lainnya dianggap paling efektif untuk meredakan emosi masyarakat. Informan
ketiga menyatakan bahwa sosialisasi melalui komunikasi langsung dapat dikatakan media paling efektif. Sedangkan informan 2 dan 4 melihat bahwa
semua media yang dilibatkan untuk menerapkan strategi itu dianggap efektif. Bagi 87
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mereka media yang digunakan bergantung pada masyarakat mana yang menjadi sasarannya.
Hasil penelitian ini membantu peneliti menyimpulkan bahwa krisis listrik di Sumatera Utara yang berujung pada diberlakukannya pemadaman listrik
bergilir sudah terjadi sejak 15 tahun terakhir. Krisis listrik ini dipicu oleh terjadinya kegagalan membangun mesin-mesin pembangkit yang seharunya sudah
dapat dioperasikan selambat-lambatnya pada tahun 2013. Melalui penelitian ini juga dapat disimpulkan, bahwa praktisi public relations PT PLN Persero
Wilayah Sumatera Utara sudah melaksanakan strategi manajemen krisis yang mereka anggap paling tepat untuk diterapkan yakni strategi corrective action dan
adaptive strategy dengan melibatkan media-media pendukung. 88
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sebagai penutup, berdasarkan hasil penelitian tentang strategi public relations dalam manajemen krisis, dapat dikemukakan bagian-bagian penting
yang merupakan simpulan dari penelitian sebagai berikut: 1. Krisis listrik yang terjadi di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2013
berawal dari terjadinya krisis moneter 1998. Krisis keuangan dan ekonomi negara ini akhirnya menggagalkan rencana pembangunan mesin
pembangkit yang sudah dicanangkan sejak 1995. Pada tahun 2007 krisis yang sama sudah pernah terjadi di wilayah Sumatera Utara namun
beberapa mesin pembangkit dan genset masih bisa mengkover kebutuhan listrik hingga beberapa tahun berikut. Kondisi tersebut tidak berlangsung
lama karena krisis yang sama kembali terjadi di pertengahan 2013 lalu. Kegagalan membangun mesin pembangkit dan semakin menuanya mesin
pembangkit yang ada diiringi dengan meningkatnya kebutuhan dan konsumsi listrik di Sumatera Utara menjadi penyebab utama krisis listrik
saat itu. Jumlah cadangan listrik PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara yang seimbang dengan kebutuhan listrik masyarakat akhirnya
membawa Sumatera Utara pada tren pemadaman listrik bergilir. 2. Dalam menghadapi situasi krisis, divisi public relations PT PLN Persero
wilayah Sumatera Utara telah melakukan beberapa strategi yang dianggap berpotensi meminimalisir krisis yang terjadi. Dari sekian banyak strategi
yang ditawarkan, corrective action strategy dan adaptive strategy menjadi strategi yang paling tepat untuk diterapkan. Strategi ini digunakan untuk
menyampaikan permohonan maaf disertai dengan upaya menginformasikan segala sesuatu yang terjadi terkait krisis juga upaya
mengajak masyarakat untuk melaksanakan gerakan hemat listrik. Strategi ini pun melibatkan hampir semua media yang ada, yakni above the line,
below the line dan activity.
89
Universitas Sumatera Utara