Universitas Sumatera Utara
Otto Lerbinger 1997 mengungkapkan terdapat delapan tipe krisis, baik yang disebabkan kegagalan manajemen maupun kekuatan lingkungan, yaitu:
krisis alami, krisis teknologi, konfrontasi, krisis kedengkian, nilai manajemen yang menyimpang, sikap manajemen yang tidak senonoh, penipuan serta krisis
bisnis dan ekonomi. Upaya yang cukup serius mengenai tipe-tipe krisis dikemukakan Claudia Reinhardt 1987 yang membuat kategori krisis berdasarkan
waktu yaitu: 1. Krisis bersifat segera immediate crises. Tipe krisis yang paling ditakuti
karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Krisis jenis ini
membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk mempersiapkan rencana umum general plan mengenai bagaimana
bereaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang
muncul.
2. Krisis yang baru muncul emerging crises. Tipe krisis ini masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan
perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama tidak ditangani. Tantangan bagi praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini
adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis mencapai tahapan krisis.
3. Krisis bertahan sustained crises adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah dilakukan upaya
terbaik oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengatasinya Morissan, 2008: 172-173.
2.2.2.2 Anatomi Krisis
Steven Fink seorang konsultan krisis Amerika mengembangkan konsep anatomi krisis. Fink mendeskripsikan krisis seperti layaknya penyakit yang
menyerang tubuh manusia, dan membagi tahapan krisis sesuai dengan terminologi kedokteran yang dipakai untuk melihat stadium penyakit yang menyerang
manusia sebagai berikut: 1 tahap prodromal, 2 tahap akut, 3 tahap kronis, 4 tahap resolusi penyembuhan.
Fink mengungkapkan bahwa keempat tahap tersebut saling memiliki keterkaitan dan berpotensi membentuk suatu siklus. Lama waktu yang ditempuh
oleh setiap tahap sangat dipengauhi oleh sejumlah variable seperti dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Variabel Pembentuk Siklus
Sumber: www.ut.ac.id Apabila krisis yang terjadi tidak terlalu parah, maka waktu yang
dibutuhkan oleh masing-masing fase tidak akan terlalu lama. Sebaliknya, apabila krisis yang terjadi termasuk krisis yang berat dan juga tidak tertangani dengan
baik, maka kemungkinan terburuk yang bisa dialami perusahaan adalah runtuhnya perusahaan.
Gambar 2.3 Siklus Krisis
Sumber: Fink dalam Kasali, 1999
Penjelasan mendalam tentang siklus krisis diatas dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tahap Prodromal
Pada tahap ini krisis belum dirasakan perusahaan sehingga krisis pada tahap ini kerap diabaikan. Tahap ini disebut juga dengan tahap peringatan karena
sesungguhnya pada krisis ini sudah muncul gejala yang harus diatasi. Tahap ini disebut sebagai tahap peringatan yang memberi sinyal tanda bahaya, ada tindakan
yang mesti dilakukan supaya krisis tidak menjadi akut. Bisa dikatakan tahap ini
Tubuh Manusia Krisis di Perusahaan
Jenis Virus Jenis bahaya
Usia Pasien Usia perusahaan
Kondisi kesehatan pasien Kondisi perusahaan
Potensi untuk menerima pengobatan Potensi untuk menerima treatment
Keterampilan dokter Keterampilan para manajer
Krisis Prodromal Krisis Akut
Krisis Kronik Krisis Resolusi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
merupakan fase yang menentukan. Apabila perusahaan mampu mengatasi gejala- gejala yang timbul, maka krisis tidak akan melebar dan memasuki fase-fase
berikutnya. Namun seandainya pada tahap ini krisis juga tidak berhasil ditangani paling tidak perusahaan sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi tahap akut.
Tahap prodomal ini biasanya muncul dalam salah satu dari 3 bentuk berikut ini. a. Jelas sekali, yakni tatkala gejala awal memang sudah bisa dilihat dengan
jelas seperti munculnya desas-desus atau adanya kebocoran pipa gas pabrik
b. Samar-samar, yakni gejala yang muncul hanya samar-samar sehingga sulit menafsirkan dan menduga luasnya suatu kejadian, seperti munculnya
pesaing baru atau tindakanucapan dari pemuka pendapat c. Tidak terlihat sama sekali. Perusahaan tidak bisa membaca gejala apa-apa
karena kelihatannya tidak ada masalah dan kegiatan perusahaan berjalan dengan baik, wajar dan biasa saja Iriantara, 2004: 122.
2. Tahap Akut Pada tahap ini gejala yang semula samar-samar atau bahkan tidak terlihat
sama sekali mulai tampak jelas. Krisis pada tahap akut sering disebut sebagai the point of no return, artinya apabila gejala yang muncul pada fase peringatan tahap
prodromal tidak terdeteksi sehingga tidak tertangani, maka krisis memasuki tahap akut yang tidak akan bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan,
reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut ini adalah intensitas dan kecepatan serangan
yang datang dari berbagai pihak menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan, sedangkan intensitasnya ditentukan oleh
kompleksnya permasalahan. Namun demikian, seberapa jauh krisis menimbulkan kerugian sangat tergantung pada para aktor yang menangani krisis karena ahap
akut merupakan antara, yang bila tidak ditangani dengan baik akan membawa organisasi pada tahapan krisis berikutnya, yakni tahap kronis Iriantara, 2004:
123. 3. Tahap Kronis
Pada tahap ini, jika diibaratkan badai maka pada fase ini badai telah berlalu, yang tinggal adalah reruntuhan bangunan akibat serangan badai. Dengan
berakhirnya tahap akut maka saatnya melakukan langkah-langkah pembersihan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tahap ini disebut juga sebagai the clean up phase atau the post mortem atau tahap recovery atau selfanalysis. Tahap ini ditandai dengan perubahan struktural, seperti
pergantian manajemen, pergantian pemilik, atau bahkan mungkin juga perusahaan dilikuidasi. Perusahaan harus segera mengambil keputusan apakah ingin terus
hidup atau sebaliknya. Jika masih ingin terus hidup maka perusahaan harus segera melancarkan langkah-langkah pemulihan Iriantara, 2004: 123.
4. Tahap Resolusi Penyembuhan Pada tahap ini perusahaan sedang menjalani masa penyembuhan, kondisi
krisis perusahaan mulai pulih. Namun yang perlu diingat, tahapan-tahapan krisis ini merupakan siklus yang berputar, maka bila telah memasuki tahap resolusi
sebaiknya perusahaan tetap waspada. Tahap ini berpotensi kembali ke tahap prodromal jika proses penyembuhan tidak dilakukan dengan benar-benar tuntas
Iriantara, 2004: 123.
2.2.2.3 Penanganan Krisis