Desentralisasi Fiskal dan Perekonomian

dengan prioritas nasioanal, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau mendorong percepatan pembangunan Daerah. Lain-lain pendapatan yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan dana darurat. Pendapatan hibah terdiri atas hibah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan atau lembaga asing, badan atau lembaga asing, badan atau lembaga internasional, pemerintah, badan lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli, dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Kemudian, dana darurat merupakan dana yang dialokasikan Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasiaonal atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD. Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat perekonomian Daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah sendiri serta stabilitas ekonomi dan moneter secara nasional. Oleh karena itu, pinjaman daerah perlu mengikuti kriteria, persyaratan, mekanisme dan sanksi pinjaman daerah yang diatur dalm undang-undang No. 32 Tahun 2004.

2.1.7 Desentralisasi Fiskal dan Perekonomian

Hubungan antara desentralisasi fiskal dan perekonomian ini secara teoritis oleh beberapa ahli dijelaskan melalui Tiebout Model. Berdasarkan teori Tiebout Model yang menjadi landasan konsep desentralisasi fiskal, kondisi peningkatan pelayanan barang publik ini dalam kaitannya dengan hubungan antar daerah Universitas Sumatera Utara otonomi akan meningkatkan persaingan antar kabupatenkota untuk memaksimalkan kepuasan bagi masyarakatnya. Peningkatan kemampuan daerah oleh pemerintah daerah yang bersangkutan adalah karena pemerintah daerah dipandang lebih mengetahui kebutuhan dan karakter masyarakat lokal, sehingga program-program dari kebijakan pemerintah akan lebih efektif untuk dijalankan Sumarsono dan Utomo, 2009. Penerapan desentralisasi fiskal di Indonesia hingga saat ini, masih didominasi dari sisi penerimaan yaitu bagaimana daerah secara efektif memanfaatkan berbagai sumber penerimaan daerahnya dalam menigkatkan perekonomian daerah atau efektivitas fiskal daerah. Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas fiskal sebagai salah satu indikator desentralisasi fiskal adalah kontribusi peran pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan daerah. Kegiatan perekonomian suatu daerah dapat kita lihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang penting dalam menggambarkan kemajuankegiatan perekonomian suatu daerah, dalam lingkup suatu negara. Produk Domestik Bruto PDB dapat diartikan sebagai nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun, berarti Produk Domestik Regional Bruto mempunyai pengertian yang sama tapi hanya dalam lingkup suatu daerah Wijaya, 1999:13. Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan besarnya nilai uang dari output tahunan yang dihasilkan. Dari pengalaman, diketahui bahwa nilai satuan Universitas Sumatera Utara uang sepanjang waktu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi secara umum karena penurunan nilai uang, akibat inflasi atau kenaikan harga umum, ataupun sebaliknya terjadi penurunan tingkat harga umum. Jika kegiatan perekonomian meningkatProduk Domestik Regional Bruto yang dalam hal ini diwakili oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi mengalami peningkatan secara dinamis, maka kecenderungan tingkat pendapatan masyarakat naik, tingkat kekayaan bertambah dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah akan mengalami kenaikan, sehingga sangat dimungkinkan ada hubungan antara Produk Domestik Regional Bruto dengan Pendapatan Asli Daerah. Meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat, memiliki ketertarikan yang erat dengan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor, hal ini dikarenakan bahwa tinggi dan rendahnya penerimaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah tidak dapat dipisahkan dari perekonomian dan jumlah penduduk yang bermukim serta jumlah kendaraan bermotor yang merupakan sarana transportasi dalam menggerakkan perekonomian. Artinya dengan semakin meningkatnya perekonomianProduk Domestik Regional Bruto berarti tingkat kesejahteraan dan tingkat sosial ekonomi semakin baik, meskipun Produk Domestik Regional Bruto belum sepenuhnya menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat suatu daerah secara keseluruhan.

2.1.8 Belanja Modal