Angka Jumlah Balita dengan gizi buruk prevalensi gizi buruk.

79 kerjasama lintas sektoral untuk menggerakkan masyarakat di bidang kesehatan masih kurang, misalnya kegiatan di posyandu atau poskeskel. Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, beberapa strategi telah disusun antara lain meningkatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan surveilans gizi pada anak balita dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait. Meningkatkan promosi kesehatan tentang kesehatan dan gizi, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dan gizi dengan pendekatan siklus kehidupan terutama fokus pada 1000 hari pertama kehidupan sejak hamil sampai anak berusia 2 tahun, meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam perbaikan gizi, serta penguatan peran lintas sektoral dalam intervensi masalah gizi sensitif dan spesifik

2. Angkajumlah kematian bayi.

Angka kematian bayi dihitung berdasarkan jumlah kematian bayi dengan umur kehamilan lebih dari 22 minggu yang lahir dalam keadaan hidup kemudian meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun 12 bulan, dengan capaian sebesar 197,65, indikator kinerja AngkaJumlah Kematian Bayi terealisasi 0,541.000 KH sebanyak enam belas kasus dari 29.366 kelahiran hidup, dari target 231.000 KH atau angka kematian bayi mampu ditekan sebesar 22,461000 KH di Kota Palembang pada tahun 2016 indikator kinerja ini mendapat kriteria penilaian sangat tinggi. Tetapi capaian indikator ini turun sebesar 7,69 dari Tahun 2015, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sistem pelaporan, pelacakan dan pendataan kematian bayi pada 80 semua fasilitas layanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta dan rumah sakit yang ada semakin baik. Juga meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan bayi sudah semakin membaik, terutama dalam penanganan kasus kegawatdaruratan neonatal. Termasuk adanya kegiatan kajian kasus kematian maternal perinatal yang fokus pada pembelajaran dan perbaikan mutu pelayanan KIA, tidak hanya menyalahkan. Serta meningkatnya kegiatan pembinaan fasilitas kesehatan pemberi pelayanan kesehatan KIA. Hambatan yang masih ditemui antara lain cakupan pelayanan kesehatan neonatal sudah sangat baik, namun kualitas pelayanan masih belum optimal. Disamping itu kompetensi tenaga kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan masih kurang perlu di-update, juga peran rumah sakit PONEK yang belum optimal. Serta penyebab tersering kematian bayi terkait masalah gizi BBLR dan infeksi, sehingga untuk penangannya memerlukan keterlibatan lintas sektor terkait. Strategi untuk perbaikan ke depan adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar 10T dengan distribusi 1- 1-2, meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan remaja di puskesmas dan sekolah melalui kegiatan UKS dan skrinning anak sekolah sesuai dengan standar nasional PKPR, meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan neonatal dengan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda MTBM, meningkatkan kompetensi tenaga 81 kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan neonatal secara berkala, serta menjamin ketersediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.

3. Angkajumlah kematian ibu Indikator kinerja AngkaJumlahKematian Ibu terealisasi 33,87100.000

KH dari target 102100.000KH berarti Pada Tahun 2016 Pemerintah Kota Palembang berhasil menekan Angkajumlah kematian ibu 98,17100.000 KH sehingga indikator kinerja sasaran ini tercapai sebesar 166,86 dan mendapat kriteria penilaian sangat tinggi. Capaian indikator Kinerja Sasaran ini naik sebesar 13,83 dari Tahun 2015, faktor yang mendukung keberhasilan capaian ini antara lain akses dan mutu pelayanan KIA di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rujukan yang sudah semakin membaik, termasuk sistem pelaporan, pelacakan, dan pendataan kematian ibu yang juga membaik. Adanya kegiatan kajian kasus kematian perinatal yang fokus pada upaya pembelajaran dan perbaikan mutu pelayanan KIA, tidak hanya menyalahkan. Serta meningkatnya upaya perbaikan gizi pada ibu hamil dan remaja putri. Sedangkan hambatan yang masih ditemui adalah peran puskesmas PONED dan rumah sakit PONEK belum optimal, belum seluruh fasilitas pemberi layanan KIA Bidan Praktek Mandiri dan Rumah Bersalin memberikan pelayanan antenatal sesuai standar antenatal terpadu 10T, kompetensi tenaga kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan