76
Foto.III.16 Wakil Walikota Palembang Meresmikan
POSKESKEL
Sasaran strategis 15 ini merupakan salah satu
upaya mencapai
misi keenam
sebagaimana tertuang
dalam Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah RPJMD Kota
Palembang Tahun
2013
‒2018, yaitu. ”Melanjutkan pembangunan Kota Palembang yang elok sebagai Kota Metropolitan bertaraf Internasional, beradat dan sejahtera
” dan juga untuk mencapai tujuan ”Mewujudkan sumber daya manusia yang
sehat, cerdas, mandiri dan berdaya saing tinggi
”. Sasaran ini dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang, dimana capaian rata-rata indicator
kinerja sebesar 187,79 dan mendapat kriteria penilaian sangat tinggi.
Pengukuran sasaran ini menggunakan tiga indikator kinerja sasaran sebagaimana tersaji pada table III.31 dibawah ini:
Meningkatnya mutu kesehatan masyarakat
Sasaran Strategis 15
77
Foto.III.17 Wakil Walikota Palembang memantau pelayanan
posyandu
Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2016
Hasil pengukuran tabel III.31 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Angka Jumlah Balita dengan gizi buruk prevalensi gizi buruk.
Pada Tahun
2016 Pemerintah Kota Palembang
berhasil menekan AngkaJumlah Balita
dengan gizi
buruk prevalensi gizi buruk sebesar
0,89 data ini didapat dari
program gizi Dinas Kesehatan Kota
Palembang yang
dilaksanakan selama Tahun 2016, dari sembilan belas balita penderita gizi buruk yang paling banyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Taman
No Indikator kinerja
Capaian Realisasi
2015 Tahun 2016
Target Realisasi
capaian
1 Angka Jumlah
Balita dengan gizi buruk prevalensi
gizi buruk
197,77 0,9
0,01 198,88
2 Angkajumlah
kematian bayi
195,69 231000 KH
0,541000 KH
197,65 3
Angkajumlah kematian ibu
153,03 102100.00
0 KH 34,05100.
000KH 166,86
Rata - rata capaian kinerja 187,79
Tabel III.31 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 15
78
Bacaan sebanyak tujuh balita, karena dari target 0,9 indikator kinerja sasaran ini terealisasi sebesar 0,01 sehingga indikator kinerja ini tercapai 198,88.
Capaian ini naik sebesar 1,11 dari Tahun 2015, faktor-faktor yang
mempengaruhi capaian indikator kinerja sasaran ini adalah dukungan peran aktif petugas puskesmas, kader posyandu, dan peran aktif masyarakat dalam
penemuan dan tatalaksana kasus. Juga didukung oleh meningkatnya kegiatan deteksi dini gangguan pertumbuhan pada balita melalui kegiatan
penimbangan di posyandu, meningkatnya kualitas hidup atau derajat kesehatan ibu hamil termasuk remaja putri, meningkatnya akses masyarakat
terhadap informasi tentang ASI Ekslusif, pemberian ASI eksklusif di tempat kerja yang cenderung meningkat terkait adanya kebijakan yang mendukung
kualitas hidup bayi yaitu Perda No 2 Tahun 2015 tentang ASI Eksklusif, meningkatnya kompetensi petugas kesehatan dalam tatalaksana gizi buruk
sehingga mutu pelayanan kesehatan semakin baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama puskesmas maupun fasilitas kesehatan lanjutan rumah
sakit. Selain dukungan, masih ada hambatan yang ditemukan yaitu seluruh kasus gizi buruk didasari oleh penyakit penyerta, tetapi penanganannya
terutama didominasi oleh sektor kesehatan, keterlibatan lintas sektor terkait masih kurang. Intervensi gizi sensitif ini keterlibatan lintas sektor mempunyai
kontribusi yang cukup besar 70 dalam penanganan masalah gizi. Kesadaran masyarakat untuk menimbang bayibalitanya setiap bulan ke
posyandu masih kurang, terutama setelah jadwal imunisasi selesai. Serta
79
kerjasama lintas sektoral untuk menggerakkan masyarakat di bidang kesehatan masih kurang, misalnya kegiatan di posyandu atau poskeskel.
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, beberapa strategi telah disusun antara lain meningkatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan
surveilans gizi pada anak balita dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait. Meningkatkan promosi kesehatan tentang kesehatan dan gizi,
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dan gizi dengan pendekatan siklus kehidupan terutama fokus pada 1000 hari pertama
kehidupan sejak hamil sampai anak berusia 2 tahun, meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam perbaikan gizi, serta penguatan
peran lintas sektoral dalam intervensi masalah gizi sensitif dan spesifik
2. Angkajumlah kematian bayi.
Angka kematian bayi dihitung berdasarkan jumlah kematian bayi dengan umur kehamilan lebih dari 22 minggu yang lahir dalam keadaan hidup
kemudian meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun 12 bulan, dengan capaian sebesar 197,65, indikator kinerja AngkaJumlah Kematian Bayi
terealisasi 0,541.000 KH sebanyak enam belas kasus dari 29.366 kelahiran hidup, dari target 231.000 KH atau angka kematian bayi mampu ditekan
sebesar 22,461000 KH di Kota Palembang pada tahun 2016 indikator kinerja
ini mendapat kriteria penilaian sangat tinggi. Tetapi capaian indikator ini turun
sebesar 7,69 dari Tahun 2015, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sistem pelaporan, pelacakan dan pendataan kematian bayi pada