21
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
1914: Guru Jamaluddin dan beberapa ulama lain mendirikan madrasah
Darussalam Assalam yang berorientasi ke Arab di Martapura.
1917: Ditulis teks Hikayat Seri Rama versi Shellabear
1918: Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau Syeikh Bayang
menulis Rasul 25. Nazam Rasul 25 berisi tentang kisah nabi-nabi Allah s.w.t. 25 Rasul.
1919: Kasus Cimareme atau SI-Afdeeling B.
1923: Khalil Bangkalan wafat.
1926, 21 Oktober: Muktamar NU ke-1 yang menetapkan boleh mubah nya
tari-tarian lenggak-lenggok dan gemulai.
1926: Syekh Hamid Al-Qari bersama beberapa orang saudaranya
diminta pengurus Assalam untuk memimpin dan mengasuh di madrasah Darussalam. Ia berhasil mengembangkan lembaga
pendidikan Islam itu tidak hanya khusus bagi orang Arab, melainkan terbuka bagi orang-orang Banjar.
1937: Berdiri grup mamanda di desa Tubau Rantau, kabupaten Hulu
Sungai Tengah.
1942: Lagu genjer-genjer diciptakan
1945: Ludruk Marhaen nama grup, tidak ada kaitannya dengan
marhaenisme PNI didirikan oleh Pemuda Sosialis Indonesia Pesindo, kelompok yang kemudian menjadi Pemuda Rakyat.
1947: Arbain, seorang migran Banjar di Tembilahan, bersama para
migran Banjar yang lain merintis Mamanda dan memberi nama grupnya Parit Empat Belas.
1950: Arbain menyerahkan kepemimpinan grup Parit Empat Belas
kepada Usman Ancau yang ternyata mampu mengembangkan kesenian itu sehingga diparesiasi oleh penduduk yang bukan
migran Banjar
1950-an: Pesantren salaiyah Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah didirikan
oleh kiai Chudori murid pertama kiai Chozin, Bendo
1958: Ditulis Hikayat Aceh edisi Iskandar
22
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
1959: Wawacan ditulis oleh Asep Martawijaya di Garut berdasarkan
nasehat seseorang bernama Ki Ajar Padang.
1960: Publikasi dangding Mustapa dilakukan Ajip Rosidi, dan itu
tampak pada Dangding Djilid nu Kaopat yang memuat empat belas judul dangding.
1960: Syair Nazam Ratap Fatimah disalin oleh Angku Bilal di Supanjang,
Limo Kaum, Tanah Datar, dari sebuah naskah yang berasal dari Pariaman. Tidak sama dengan wilayah asalnya, syair ini
didendangkan di rumah duka dengan irama ratap.
1960: Njoto dan rombongan Lekra melawat ke Banyuwangi
1960-1970-an
:Lagu “Panggilan Jihad” ciptaan Buya Hamka populer di Indonesia
1962: Naskah Kropak Maulana Malik Ibrahim ditransliterasi oleh J
Soegiarto dan dikirim ke Leiden. Sampai sekarang naskah ini dan transliterasinya masih tersimpan di Perpustakaan Museum
Leiden dengan no. code MS Cod. Or. 10811. Di Leiden naskah ini dikaji dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris oleh G. W.
J. Drewes.
1964: Diselenggarakan Kongres Barisan Reyog Ponorogo di kota
Ponorogo dihadiri oleh 364 perkumpulan grup dari 303 desa di seluruh Ponorogo yang dalam pemilihan ketuanya berhasil
memenangkan Lekra.
1969: Pementasan Mendu di Sedanau berlangsung
1970: muncul grup orkes gambus Melayu, El-Surayya di bawah
pimpinanAhmadBaqi.
1970: Bimbo menciptakan lagu bertema keagamaan dengan debut
pertamanya berjudul Tuhan yang sangat populer.
1973: Rhoma Irama mulai merubah orientasinya dari lagu-lagu dangdut
hiburan ke dangdut dakwah. Sejak itu, lagu-lagu Rhoma didominasi lagu-lagu bersyair dakwah diantaranya Kematian,
Masya Allah, Sebujur Bangkai, Nyanyian Setan, Terseat, Takwa, Setetes Air Hina, Qur’an dan Koran, Janji Itu Hutang, Pesta Pasti
Berakhir, Bencana, Kiamat, Ibumu dan Judi .