22
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
1959: Wawacan ditulis oleh Asep Martawijaya di Garut berdasarkan
nasehat seseorang bernama Ki Ajar Padang.
1960: Publikasi dangding Mustapa dilakukan Ajip Rosidi, dan itu
tampak pada Dangding Djilid nu Kaopat yang memuat empat belas judul dangding.
1960: Syair Nazam Ratap Fatimah disalin oleh Angku Bilal di Supanjang,
Limo Kaum, Tanah Datar, dari sebuah naskah yang berasal dari Pariaman. Tidak sama dengan wilayah asalnya, syair ini
didendangkan di rumah duka dengan irama ratap.
1960: Njoto dan rombongan Lekra melawat ke Banyuwangi
1960-1970-an
:Lagu “Panggilan Jihad” ciptaan Buya Hamka populer di Indonesia
1962: Naskah Kropak Maulana Malik Ibrahim ditransliterasi oleh J
Soegiarto dan dikirim ke Leiden. Sampai sekarang naskah ini dan transliterasinya masih tersimpan di Perpustakaan Museum
Leiden dengan no. code MS Cod. Or. 10811. Di Leiden naskah ini dikaji dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris oleh G. W.
J. Drewes.
1964: Diselenggarakan Kongres Barisan Reyog Ponorogo di kota
Ponorogo dihadiri oleh 364 perkumpulan grup dari 303 desa di seluruh Ponorogo yang dalam pemilihan ketuanya berhasil
memenangkan Lekra.
1969: Pementasan Mendu di Sedanau berlangsung
1970: muncul grup orkes gambus Melayu, El-Surayya di bawah
pimpinanAhmadBaqi.
1970: Bimbo menciptakan lagu bertema keagamaan dengan debut
pertamanya berjudul Tuhan yang sangat populer.
1973: Rhoma Irama mulai merubah orientasinya dari lagu-lagu dangdut
hiburan ke dangdut dakwah. Sejak itu, lagu-lagu Rhoma didominasi lagu-lagu bersyair dakwah diantaranya Kematian,
Masya Allah, Sebujur Bangkai, Nyanyian Setan, Terseat, Takwa, Setetes Air Hina, Qur’an dan Koran, Janji Itu Hutang, Pesta Pasti
Berakhir, Bencana, Kiamat, Ibumu dan Judi .
23
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
1975: Di Sabah Malaysia, orkes gambus Gelora Dakwah didirikan oleh
Tuan Haji Umar Sidik
1975: Nasidah Ria didirikan dan memulai debutnya membawakan
lagu-lagu kasidah modern yang diberi sedikit sentuhan nuansa dangdut. Sejak berdirinya, Nasida Ria sudah mengeluarkan 34
album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab.
1975: Syair Ratap Fatimah dibawa ke surau untuk dikaji. Surau
Tembok Supanjang adalah surau yang pertama menjadi tempat pengajiannya dan dipimpin oleh Angku Bilal.
Tujuan pendendangan Syair Ratap Fatimah ini adalah untuk menggantikan tradisi maratok yang ada di beberapa daerah di
Minangkabau, terutama di daerah Tanah Datar, tetapi dilarang dalam Islam.
1975: Ditulis Hikayat Muhammad Hanaiah edisi Brakel
1976: Jajasan Kudjang mempublikasikan tujuh belas judul dangding
dalam Gendingan Dangding Sunda Birahi Katut Wirahmana Djilid A.
1978: Kelompok Noor El-Kawakib didirikan oleh Tuan Haji Jalidar bin
Abd Rahim.
1978: Album Nasidah Ria perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi
di bawah PT Ira Puspita Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Nasida Ria berawal dari grup rebana yang dianggap
memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab.
1980: Beberapa dangding Mustapa ikut dimuat dalam Puisi Guguritan
Sunda karya Yus Rusyana dan Ami Raksanegara sebanyak dua judul.
1982: Pertunjukan Mendu di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Pertunjukan
tersebut nyaris gagal, hanya karena panitia tidak menyediakan pohon pulae.
1982: Fetival mendu di Tarempa Anambas
1983: Muktamar NU Situbondo diprakarsai oleh para kiai: Mahrus Ali,
AliMa’shum,AhmadSidiq,kiaiAs’adSyamsulAriinwaktuitu: ketua Mustasyar NU