Dangding sufistik dan pemertahanan keberaksaraan lokal

293 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4

2. Dangding sebagai ekspresi lokalitas sastra sufistik Sunda

Dangding sebagai karya sastra lokal digunakan sebagai ekspresi lokalitas pengalaman suistik Mustapa yang tidak beranjak dari narasi besar tasawuf Islam. Dangding Mustapa sebagai sebuah karya sastra yang mewadahi alam mistiknya benar-benar merupakan puisi bermutu tinggi yang penuh metafor, purwakanti, yang menimbulkan asosiasi berlapis-lapis dan seakan-akan mengalir secara alami. Semuanya terasa wajar keluar dari imaji pikiran dan mentalnya dengan memenuhi segala kaidah puisi dangding yang sangat rumit. Puisinya lebih dari sekedar sastra, karena merupakan pertemuan antara ekspresi suistik dengan puisi sebagai wadah atau cangkang suluk-nya. Di satu sisi ia merupakan ungkapan mistis, tetapi di sisi lain juga dituangkan ke dalam sebuah bentuk karya sastra puisi yang disesuaikan dengan sifat dan watak puisinya sendiri secara tepat. Dalam konteks narasi besar suistik, dangding Mustafa dianggap mewakili ekspresi lokalitas suistik yang diungkapkan dengan rasa bahasa dan sastra Sunda. Sebagaimana gubahan puisi suistik Arab dari Al-Hallaj, Ibn Arabi, Al-Sadi, Ibn Farid, atau puisi suistik Persia dan Turki ala Attar dan Rumi, dan banyak sui kawasan lainnya, 197 puisi Mustapa mengekspresikan hal yang sama. Demikian pula puisi karya Hamzah Fansuri dan sejumlah sastra suluk Jawa menunjukkan pengaruh narasi besar suistik yang diekspresikan ke dalam bahasa puisi lokal. 198 Bahasa simbolis puitik mampu mewakili perasaan spiritual mistis yang dialami oleh siapapun yang merasakan kedekatannya dengan Tuhan. Karenanya tidak salah bila dikatakan bahwa sastrawan merupakan penyebar utama pemikiran suistik. 199 Puisi dan pemikiran mistis bertemu karena berada dalam masalah yang sama, yakni bagaimana mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan how to speak the unspeakable. 200

3. Dangding dalam bingkai pertemuan Islam dan Sunda

Melalui dangding-nya pula Mustapa berhasil mempertemukan alam budaya Sunda dengan ajaran Islam suistik. Nuansa alam parahiyangan, mitos dan legenda dalam tradisi Sunda diinterpretasikan secara suistik. Warisan kekayaan batin Sunda di tangannya seakan bisa menemukan tempat berlabuh dalam khazanah spiritualitas Islam. Inilah yang dalam bahasa Ricklefs disebut sebagai bentuk paling nyata dari sintesis mistis dalam kebudayaan Sunda. 201 Sebuah kesadaran identitas sebagai seorang Muslim sekaligus Sunda. Kontribusi utama dangding suistik Mustapa sebetulnya terletak pada sisi artikulasi tradisi tasawuf ini yang diselaraskan dengan nuansa alam pikiran Sunda. Dangding Mustapa bisa dijadikan contoh bagaimana identitas Islam diresepsi, dibentuk dan diartikulasikan ke dalam bentuk lokal melalui jalur suistik Sunda. Ia merupakan cermin proses indigenisasi Islam yang dilakukan manusia Sunda melalui tradisi sastra suistik Sunda. 294 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4 Dalam banyak bait puisi dangding lainnya, Mustapa misalnya juga mengulas berbagai cerita rakyat yang dipahaminya sebagai kekayaan mistik pasulukukan orang Sunda hingga dipertemukannya dengan ajaran suistik Islam. Mustapa misalnya mengulas perjalanan orang Sunda dalam menerima berbagai kekayaan spiritual mistis dari Sunda, Jawa hingga Islam dalam Asmarandana Hariring nu Hudang Gering: Jangkarna jati walagri, Waluya kasampurnaan, Kaperong bawatna bohong, Disulukan disindiran, Bukaeun di pawekasan, Mungguh pasulukan Bandung, Kacarita Sangkuriang. ... Rarangan tepi ka jangji, Sangkuriang kabeurangan, Mun teu kitu lain bohong, Siloka bagbagan nyawa, Pakeeun urang jatnika, Gunung Tangkuban Parahu, Geus aya ti babaheula. ... Palayaranana mukti, Pasulukan di Pasundan, Anjing bagong anjing bagong, Turunan jeung turunan, Kumaha bujanggana, Pasulukan di Galunggung, Gumelar di Pajajaran. Pajajaran Siliwangi, Pasulukan papantunan, Basisiran paparahon, Kakapalan lalautan, Leuleuweungan gugunungan, Pasulukan jaman buhun, Kajawan ku pawayangan. Pawayangan mun ditulis, Ku kaula béak kertas, Kalah ka saat kamangsén, Datang agama drigama, Babaran para anbiya, Jangkarnya sehat sejati, Selamat kesempurnaan, Tampak perbawanya bohong, Disuluk disindir, Untuk dibuka di akhir nanti, Sungguh pasulukan Bandung, Diceritakan tentang Sangkuriang. ... Larangan sampai pada janji, Sangkuriang kesiangan, Kalau begitu bukannya bohong, Perlambang tentang nyawa, Untuk dipakai orang agar mulia, Gunung Tangkuban Parahu, Sudah ada dari dulunya. ... Pelayarannya senang, Pasulukan di Pasundan, Anjing babi anjing babi, Turunan dengan turunan, Bagaimana pujangganya, Pasulukan di Galunggung, Muncul di Pajajaran. Pajajaran Siliwangi, Pasulukan bermain pantun, Pesisiran perahu-perahuan, Kapal-kapalan laut-lautan, Hutan-hutanan gunung-gunungan, Pasulukan zaman dahulu, Terjawakan oleh pewayangan. Pewayangan kalau ditulis, Oleh aku akan habis kertas, Malah sampai kering tinta, Datang agama darigama, Penjelasan para anbiya,