Penggunaan anastesia regional, seperti anestesia epidural, blok pudendal karena obat-obatan tersebut sering menimbulkan paralisis
temporer pada saraf-saraf yang mempersarafi kandung kemih. d
Posisi tidur telentang pada masa intrapartum Kebanyakan penelitian dilakukan selama kehamilan tua dengan
subjek dalam posisi telentang dapat menimbulkan perubahan hemodinamik sistemik yang menyolok, yang menimbulkan perubahan
pada beberapa aspek fungsi ginjal. Misalnya aliran urin dan eksresi natrium sangat dipengaruhi oleh postur tubuh. Kecepatan eksresi pada
posisi telentang rata-rata kurang dari separuh dibandingkan dengan posisi telentang.
3. Penanganan retensi urin post partum
Selama periode post partum awal, diuresis nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setelah melahirkan. Menurut Blackburn Loper 1992,
ibu post partum diharapkan agar dapat segera berkemih 6-8 jam setelah persalinan, namun pada kebanyakan wanita terjadi keterlambatan sensasi
berkemih, resiko ketidakmampuan berkemih baik parsial maupun komplet yang dapat terjadi akibat trauma persalinan Johnson Taylor, 2004.
Tindakan yang paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan dalam menangani masalah kemih ini adalah dengan penggunaan kateter,
yaitu suatu tindakan memasukkan selang lateks atau plastik mellaui uretra ke dalam kandung kemih. Yang sebenarnya menurut Getliffe 2003, tindakan ini
yang menyebabkan resiko infeksi, sumbatan, dan trauma uretra dan sebaiknya dilakukan penanganan lain dalam hal ini Potter Perry, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal inilah menurut United Kingdom Central Council 1998, pentingnya peran dan tanggung jawab bidan melakukan pencatatan. Khususnya
bila ibu mengalami kesulitan berkemih disuria. Dan perlunya tindakan non invasif sehingga penggunaan kateter dapat diminimalisir sebagai upaya
pencegahan infeksi Johnson Taylor, 2004. Ada tiga area utama yang harus diperhatikan bidan saat berupaya
meningkatkan urinasi normal:
a. Menstimulasi refleks urinasi
1. Posisi
Posisi tegak, condong ke depan dapat memfasilitasi kontraksi otot panggul dan intra abdomen, mengejan, kontraksi kandung kemih, dan kontrol
sfingter. Hal ini sulit dilakukan di tempat tidur, dianjurkan untuk menggunakan pispot atau commode di samping tempat tidur atau untuk
pergi ke toilet Johnson Taylor, 2004. 2.
Kurangi ansietas Ansietas dapat menyebabkan urgensi dan frekuensi, menyebabkan
keluarnya sedikit urin dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna karena otot abdomen dan perineum serta sfingter uretra
eksternal tidak rileks. Ansietas dapat terjadi akibat privasi yang kurang, rasa malu, ketakutan untuk berkemih dan penggunaan pispot yang dingin.
Berada di dekat ibu saat ibu akan berkemih dapat menghambat urinasi.
Universitas Sumatera Utara
Bila ibu merasa tidak tenang, ia mungkin memerlukan seseorang berada di dekatnya; kebutuhan ibu harus dipenuhi. Penggunana toilet akan
meningkatkan privasi. Memberikan cukup waktu untuk rileks dan berkemih juga merupakan hal yang penting. Menggunakan cukup waktu
untuk rileks dan berkemih juga merupakan hal yang penting. Mengguyurkan air hangat ke daerah perineum juga dapat membantu
relaksasi Johnson Taylor, 2004. 3.
Gunakan stimulus sensorik a
Posisi Dengan menggunakan kekuatan sugesti, Kilpatrick 1997
menganjurkan digunakannya bunyi air mengalir. Bila ibu merasa malu dengan bunyi yang terjadi ketika berkemih, terutama bila ada orang lain di
dekatnya, maka suara air yang mengalir dapat menyamarkan bunyi tersebut. Usapan di bagian dalam paha, menyelupkan tangan ibu ke air
hangat atau memberikan banyak minum akan menstimulasi saraf sensorik yang akhirnya akan menstimulasi refleks urinasi Johnson Taylor,
2004.
b Kurangi kekuatan terhadap nyeri
Nyeri atau ketakutan terhadap nyeri, sering menimbulkan efek inhibisi urinasi. Hal ini biasanya terjadi setelah perslianan dengan trauma
perineum. Urin yang pekat dapat meningkatkan nyeri, dianjurkan untuk memberikan asupan cairan tambahan. Strategi untuk mengurangi nyeri
aktual harus dilakukan, misalnya dengan memberikan analgesia Johnson Taylor, 2004.
Universitas Sumatera Utara
c Anjurkan pengosongan kandung kemih secara teratur
Hal ini penting terutama pada kondisi tidak adanya keinginan berkemih akibat penggunaan kateter menetap yang terlalu lama,
kerusakan persarafan, setelah pembedahan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya Johnson Taylor, 2004.
d Stimulasi tonus otot
Lemahnya otot-otot dasar panggul, misalnya setelah persalinan per vaginam, pemasangan kateter menetap atau konstipasi yang terlalu lama
dapat mempengaruhi urinasi. Dolman 1997 merekomendasikan dilakukannya latihan otot dasar panggul secara teratur agar volume otot
meningkat. Hal ini meningkatkan tekanan maksimal penutupan uretra, meningkatkan kontraksi refleks yang lebih kuat yang diikuti dengan
peningkatan tekanan maksimal penutupan uretra, meningkatkan kontraksi refleks yang lebih kuat yang diikuti dengan peningkatan
tekanan intra abdomen Johnson Taylor, 2004. e
Cegah konstipasi berat yang dapat menghambat pengeluaran urin.
b. Mempertahankan pola eliminasi
Memberikan dukungan kepada ibu untuk mengadapatsi posisi dan rutinitas termasuk di dalamnya kebiasaan, seperti membaca yang ia gunakan untuk
membantu urinasi. c.
Mempertahankan asupan cairan yang adekuat Untuk dapat berfungsi normal, ginjal memerlukan 2000-2500 ml
per hari, meskipun Kilpatrick 1997 menyatakan bahwa 1200-1500 ml
Universitas Sumatera Utara
saja sudah memadai dan bidan harus mendorong asupan cairan secara teratur Johnson Taylor, 2004.
D. Bladder training