kali urin keluar menetes atau sedikit-sedikit Kapita Selekta Kedokteran, 2000.
Pada kasus akut, bila penyebabnya tidak segera ditemukan maka kerusakan lebih berat yang sifatnya permanen dapat terjadi, karena otot
detrusor atau ganglia parasimpatik pada dinding kandung kemih menjadi tidak dapat berkompromi Pribakti, 2011.
b Retensi urin kronis
Penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih miksi, merasakan nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit
atau tidak sama sekali walaupun kandung kemih penuh Kapita Selekta Kedokteran, 2000.
Pada retensi urin kronik, terdapat masalah khusus akibat peningkatan tekanan intravesikal yang menyebabkan refluks uretra,
infeksi saluran kemih atas dan penurunan fungsi ginjal Pribakti, 2011. Retensi urin juga dapat terjadi sebagian atau total
a Retensi urin sebagian yaitu penderita masih bisa mengeluarkan urin tetapi
terdapat sisa urin yang cukup banyak di dalam kandung kemih. b
Retensi urin total yaitu penderita sama sekali tidak dapat mengeluarkan urin.
4. Gambaran klinis
a Ketidaknyamanan daerah pubis
b Distensi vesika urinaria
c Ketidaksanggupan berkemih
d Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin 25-50 ml
Universitas Sumatera Utara
e Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
f Meningkat keresahan dan keinginan berkemih
g Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Uliyah Hidayat, 2006.
5. Pemeriksaan retensi urin
a Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subjektif dengan mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien dan yang digali melalui anamnesis yang sistematik.
b Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadapa pasien untuk mencari data-data yang objektif mengenai keadaan
pasien. c
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan mampu memilih
berbagai pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium, pencitraan imaging. Pada beberapa
keadaan mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang yang lebih bersifat spesialistik, yakni urolometri atau urodinamika, elektromiografi,
endourologi, dan laparoskopi Purnomo, 2011.
6. Penatalaksanaan
a Retensi urin akut
Pada pasien dengan retensi akut, terapi segera perlu dilakukan adalah mendrainase kandung kemih. Karena resiko pendarahan kandung
Universitas Sumatera Utara
kemih, hipotensi, atau drainase pasca obstruktif, dekompresi kandung kemih secara cepat biasanya dihindari. Pada banyak kasus, drainase terus-
menerus dengan kateter folley atau kateter intermitten, perlu dilakukan sampai fungsi kandung kemih kembali normal, biasanya 48-72 jam.
Pemberian antibiotik juga perlu dipertimbangkan dalam penanganan retensi urin ini Pribakti, 2011.
b Retensi urin kronik
Pada kasus ini perlu adanya intervensi medis jangka panjang secara langsung mencegah kerusakan ginjal dan mengkoreksi penyebab yang
mendasari terjadinya retensi urin. Beberapa intervensi terapi spesifik yang dapat dilakukan diantaranya terapi farmakologik, katerisasi,
neuromodulasi radiks saraf, dan bahkan intervensi bedah Pribakti, 2011.
C. Retensi Urin Post Partum 1.