kemih, hipotensi, atau drainase pasca obstruktif, dekompresi kandung kemih secara cepat biasanya dihindari. Pada banyak kasus, drainase terus-
menerus dengan kateter folley atau kateter intermitten, perlu dilakukan sampai fungsi kandung kemih kembali normal, biasanya 48-72 jam.
Pemberian antibiotik juga perlu dipertimbangkan dalam penanganan retensi urin ini Pribakti, 2011.
b Retensi urin kronik
Pada kasus ini perlu adanya intervensi medis jangka panjang secara langsung mencegah kerusakan ginjal dan mengkoreksi penyebab yang
mendasari terjadinya retensi urin. Beberapa intervensi terapi spesifik yang dapat dilakukan diantaranya terapi farmakologik, katerisasi,
neuromodulasi radiks saraf, dan bahkan intervensi bedah Pribakti, 2011.
C. Retensi Urin Post Partum 1.
Jenis retensi urin post partum
a Retensi urin overt retensi urin akut post partum dengan gejala klinis
Merupakan retensi urin post partum yang tampak secara klinis, terjadi ketidakmampuan berkemih secara spontan setelah proses
persalinan. b
Retensi urin covert retensi urin post partum tanpa gejala klinis Merupakan retensi urin post partum yang tidak terdeteksi oleh
pemeriksa setelah 6 jam post partum AUCKLAND, 2013.
2. Penyebab retensi urin post partum
Universitas Sumatera Utara
a Trauma saat persalinan
Retensi urin terjadi akibat penekanan pada pleksus sakrum yang menyebabkan terjadinya inhibisi impuls oleh bagian terendah janin saat
memasuki rongga panggul dan dapat dipengaruhi pula oleh posisi oksipito posterior kepala janin.
Kandung kemih penuh tetapi tingkat timbul keinginan untuk berkemih tidak ada. Hal ini disertai dengan distensi yang menghambat saraf reseptor
pada dinding kandung kemih . Tekanan dari bagian terendah janin terjadi pada kandung kemih dan uretra, terutama pada daerah pertemuan keduanya.
Tekanan ini mencegah keluarnya urin meskipun ada keinginan untuk berkemih Johnson Taylor, 2004.
b Refleks kejang cramp sfingter uretra
Hal ini terjadi apabila pasien post partum tersebut merasa ketakutan akan timbul perih dan sakit jika urinnya mengenai luka episiotomi sewaktu
berkemih. Gangguan ini bersifat sementara. c
Hipotonia selama masa kehamilan dan masa nifas Tonus otot-otot otot detrusor detrusor vesika urinaria sejak hamil
dan post partum terjadi penurunan karena pengaruh hormonal progesteron dan efek relaksan pada serabut-serabut otot polos menyebabkan terjadinya
dilatasi, pemanjangan dan penekukan ureter. Penumpukan urin terjadi dalam ureter bagian bawah dan penurunan
tonus kandung kemih dapat menimbulkan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas dan meningkatkan terjadinya infeksi salurah kemih.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan anastesia regional, seperti anestesia epidural, blok pudendal karena obat-obatan tersebut sering menimbulkan paralisis
temporer pada saraf-saraf yang mempersarafi kandung kemih. d
Posisi tidur telentang pada masa intrapartum Kebanyakan penelitian dilakukan selama kehamilan tua dengan
subjek dalam posisi telentang dapat menimbulkan perubahan hemodinamik sistemik yang menyolok, yang menimbulkan perubahan
pada beberapa aspek fungsi ginjal. Misalnya aliran urin dan eksresi natrium sangat dipengaruhi oleh postur tubuh. Kecepatan eksresi pada
posisi telentang rata-rata kurang dari separuh dibandingkan dengan posisi telentang.
3. Penanganan retensi urin post partum