BAB III PERAN, TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM
RANGKA MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG JUJUR, BERSIH, TRANSPARAN DAN BEBAS KKN
A. Good governance
1. Pengertian
Istilah “government” dan “governance” seringkali dianggap memiliki arti yang sama yaitu cara menerapkan otoritas dalam suatu organisasi, lembaga atau
negara. Government atau pemerintah juga adalah nama yang diberikan kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan dalam suatu negara. Istilah
“governance” sebenarnya sudah dikenal dalam literature administrasi dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson memperkenalkan bidang studi tersebut
kira-kira 1125 tahun yang lalu. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam konteks pengelolaan organisasi korporat dan lembaga pendidikan tinggi. Oleh para
teoritisi dan praktisi administrasi negara Indonesia, term “good governance” telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, tata
pemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggunjawab, dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih.
82
82
Sofian Effendi, Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance, Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri Negara
PAN 22 September 2005.
78
Perbedaan paling pokok antara konsep “government” dan “governance” terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi dan
administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa. Konsep “pemerintahan” berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan dalam penyelenggaran berbagai
otoritas tadi. Sedangkan dalam governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah
yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipation dan kemitraan.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000, merumuskan arti Good Governance adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-
prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Dalam hal ini, “good governance” adalah negara yaitu pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya harus konsekuen dengan peraturan yang berlaku, di
mana peraturan yang diberlakukan di dalam negara tidak hanya diwajibkan kepada masyarakat, tetapi juga berlaku kepada para pejabat pemerintahan.
Penerapan good governance dalam kaitannya dengan konsepsi good governance adalah secara konseptual pengertian kata ”good” dalam istilah
kepemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman, Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional kemandirian, 79
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan tersebut. Sehubungan dengan pengertian good governance di atas, dapat disimpulkan
bahwa: wujud good governance, adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga
“kesinergisan” interaksi yang kontruktif di antara domain negara, sektor swasta dan masyarakat.
83
2. Prinsip-prinsip Good Governance
Di mana kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip- prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini
84
1. Partisipasi Masyarakat :
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
83
LAN-BPKP, Akuntabilitas Dan Good governance, Jakarta: LANRI, 2000, hal. 2
84
http:www.mypulau.comadedidikirawanblog736488 diakses pada tanggal 17 Maret 2010
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
Prinsip partisipasi mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan agar roda pemerintahan terus berjalan meskipun
terkadang tidak sesuai dengan harapan. Meskipun terkadang pemerintah dalam bertindak hanya mengatasnamakan rakyat. Padahal apa yang dilakukan dan
diucapkan tidak sesuai. Menurut Jewell Siegall partisipasi adalah keterlibatan anggota organisasi
di dalam semua kegiatan organisasi. Di lain pihak Handoko menyatakan partisipasi merupakan tindakan ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan di dalam organisasi.
85
85
Herry Wibawa, Pengawasan Ombudsman terhadap Penyelenggara Negara dan Pemerintahan, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 85.
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini
meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui
perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, 81
evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
Instrumen dasar partisipasi adalah peraturan yang menjamin hak untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan
instrumen-instrumen pendukung adalah pedoman-pedoman pemerintahan partisipatif yang mengakomodasi hak penyampaian pendapat dalam segala proses perumusan
kebijakan dan peraturan, proses penyusunan strategi pembangunan, tata-ruang, program pembangunan, penganggaran, pengadaan dan pemantauan.
Menurut Jeff dan Shah good governance digunakan untuk melihat partisipasi melalui:
86
2. Tegaknya Supremasi Hukum Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, jumlah masyarakat
yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, tingkat kuantitas dan kualitas masukan kritik dan saran untuk pembangunan daerah dan terjadinya perubahan
sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap setiap langkah pembangunan.
Penegakan hukum adalah pelaksanaan semua ketentuan hukum dengan konsisten tanpa memandang subjek dari hukum itu. Prinsip penegakan hukum
mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.
86
Muslimin, Amrah, Beberapa Asas Dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi Dan Hukum Administrasi, Penerbit Alumni, Bandung, 1985. hal. 41-47.
Berdasarkan kewenangannya, pemerintah daerah harus mendukung tegaknya supremasi hukum dengan melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundang-
undangan dan menghidupkan kembali nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Di samping itu pemerintah daerah perlu mengupayakan peraturan daerah
yang bijaksana dan efektif, serta didukung penegakan hukum yang adil dan tepat. Pemerintah daerah, DRPD maupun masyarakat perlu menghilangkan kebiasaan yang
dapat menimbulkan KKN. Instrumen dasar penegakan hukum adalah peraturan perundang-undangan
yang ada, dengan komitmen politik terhadap penegakan hukum maupun keterpaduan dari sistem yuridis kepolisian, pengadilan dan kejaksaan, sedangkan instrumen-
instrumen pendukung adalah penyuluhan dan fasilitas ombudsman. Menurut Jeff dan Shah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
penegakan hukum, yaitu:
87
Penegakan hukum ini tidak hanya ditekankan kepada masyarakat, tetapi juga di kalangan pemerintahan. Seperti istilah yang ada di masyarakat, pihak yang
Berkurangnya praktek KKN dan pelanggaran hukum, meningkatnya kecepatan dan kepastian proses penegakan hukum, berlakunya
nilainorma di masyarakat living law dan adanya kepercayaan masyarakat pada aparat penegak hukum sebagai pembela kebenaran. Kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
87
Ibid.
mengerti hukum biasanya cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran hukum, karena ia tahu bagaimana cara keluar dari masalah hukum itu sendiri. Jadi,
masyarakat dan pemerintah benar-benar harus sama-sama mengawasi penegakan supremasi hukum ini.
3. Transparansi Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.
Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses
masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur
pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat. Informasi ini harus secara merata dibagikan kepada masyarakat, agar tidak terjadi kesimpangsiuran berita
yang disampaikan. 84
Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen-instrumen pendukung adalah fasilitas
database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk penyebarluasan produk- produk dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah, maupun prosedur
pengaduan. Menurut Jeff dan Shah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur transparansi, yaitu:
88
4. Peduli pada Stakeholder Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkat-nya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam
pembangunan daerahnya dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Tidak boleh tebang pilih, karena masyarakat
masing-masing memiliki hak asasi. 5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik
bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
88
Ibid.
6. Kesetaraan Kesetaraan adalah perlakuan yang sama kepada semua unsur tanpa
memandang atribut yang menempel pada subyek tersebut. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Siapapun berhak mendapatkan informasi yang benar.
7. Efektifitas dan Efisiensi Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga Efisiensi berkaitan dengan penghematan keuangan, sedangkan efektivitas
berkaitan dengan ketepatan cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Prinsip ini menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pelayanan masyarakat harus mengutamakan kepuasan masyarakat, dan didukung
mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga- lembaga yang bergerak di bidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan
tentang biaya dan jenis pelayanannya. Untuk menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan perlu ada desentralisasi
kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat keluruhandesa. Instrumen dasar dari efisiensi dan efektivitas adalah komitmen politik
sedangkan instrumen pendukungnya adalah struktur pemerintahan yang sesuai kepentingan pelayanan masyarakat, adanya standar-standar dan indikator kinerja
untuk menilai efektivitas pelayanan, pembukuan keuangan yang memungkinkan diketahuinya satuan biaya, dan adanya survei-survei kepuasan konsumen.
Menurut Jeff dan Shah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas, yaitu:
89
8. Akuntabilitas Efisiensi: Meningkatnya kesejahteraan dan nilai
tambah dari pelayanan masyarakat, berkurangnya penyimpangan pembelanjaan, berkurangnya biaya operasional pelayanan dan mendapatkan pelayanan.
Dilakukannya swastanisasi dari pelayanan masyarakat. Efektivitas: Meningkatnya masukan dari masyarakat terhadap penyimpangan kebocoran, pemborosan,
penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain melalui media massa dan berkurangnya penyimpangan.
Akuntabilitas adalah kemampuan untuk mempertanggung jawabkan semua tindakan dan kebijakan yang telah ditempuh. Prinsip ini mengandung makna
meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat kebijakan pada semua
tingkatan harus memahami kebijakan yang diambil harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja secara obyektif perlu adanya indikator
yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
89
Ibid. hal. 50.
Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme
pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan
dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. Menurut Jeff dan Shah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
akuntabilitas, yaitu:
90
9. Visi Strategis Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap
pemerintah, tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat, dan berkurangnya kasus-kasus
KKN.
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan
sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut. Pengertian Asas Umum Pemerintahan yang baik Algemene beginselen van
behoorlijk bestuur mencakup :
91
1. Asas kecermatan formal, artinya cermat dalam mempersiapkan serta
mengeluarkan keputusan institusi yang bersangkutan bersikap jujur dengan
90
Ibid.
91
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1991.
mempertimbangkan semua fakta yang relevan, kepentingan para pihak termasuk pihak ketiga.
2. Asas fairplay, yang mengeluarkan keputusan tidak bersikap menghalang-
halangi kesempatan orang yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang menguntungkan baginya.
3. Asas pertimbangan, berarti bahwa keputusan pejabat publik harus disertai
dengan pertimbangan yang memadai. Pertimbangan didukung oleh fakta-fakta yang benar dan relevan. Pertimbangan putusan tidak boleh bertentangan
dengan kebiasaan yang telah dipublikasikan, tidak bersifat umum namun konkrit.
4. Asas kepastian hukum formal, artinya mengandung kejelasan dan tidak
samar-samar. 5.
Asas kepastian hukum material, artinya keputusan dari pejabat publik yang bersifat membebani tidak boleh diberlakukan secara surut.
6. Asas kepercayaan, apabila suatu keputusan telah menimbulkan harapan-
harapan dengan janjirencana maka janji semacam itu tidak boleh diingkari. Kepercayaan dapat ditimbulkan dengan pemberlakuan kebijakan yang sama
dalam kurun waktu tertentu yang cukup lama.
7. Asas persamaan, hal atau keadaan yang sama diperlakukan secara sama pula.
Keadaan tersebut harus sama relevansinya artinya relevan dari segi kepentingan yang akan diperhatikan dengan pengeluaran keputusan yang
bersangkutan.
8. Asas kecermatan material, artinya bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak
melebihi keuntunganmanfaat yang diperoleh dengn adanya keputusan pejabat publik yang bersangkutan.
9. Asas keseimbangan, ada keseimbangan antara sanksi yang diterapkan dengan
bobot pelanggaran yang dilakukan.
Memperhatikan kesembilan Asas Pemerintahan yang Baik Good governance di atas maka Ombudsman melalui pengawasan yang dilakukan
berkewajiban agar asas-asas tersebut diaplikasikan oleh penyelenggara negara.
92
92
Antonius Sujata dan RM Surachman, Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman Internasional, Jakarta: Komisi Ombudsman Indonesia, hal. 16.
Selain prinsip-prinsip yang bersifat universal dalam perjalanannya Ombudsman Internasional telah mengembangkan konsep baru demi lebih mendayagunakan
penerapan pengawasan oleh masyarakat terhadap institusi penyelenggara negara. 89
Apabila pada umumnya Ombudsman melaksanakan fungsi pengawasan berdasarkan laporan masyarakat, saat ini Lembaga Ombudsman sering bertindak atas
inisiatif sendiri. The Ombudsman usually conduct inquiries on the basis of complaints but can also launch inquiries on his own initiative.
93
Selain itu sasaran keluhan masyarakat types of admissible complaints juga mengalami perkembangan. Pengertian mal-administrasi tidak sekedar bersifat formal
dalam arti tidak sesuai dengan kewajiban sebagaimana ditulis dalam peraturan perundangan namun juga mencakup kepatutan equity. Dalam memberi
pertimbangan ataupun rekomendasi landasan yang dipergunakan Ombudsman tidak hanya berpaku pada hukum tertulis akan tetapi juga nilai ataupun tatanan yang
berkembang sehingga keadilan yang diperjuangkan tidak sekedar dipertanggungkawabkan secara formal namun juga dapat dipertanggungjawabkan
secara substansial sebab apa yang menurut hukum tertulis dapat dibenarkan belum tentu dirasakan adil dan patut oleh orang perorang sebagai anggota masyarakat.
Maksudnya adalah “Ombudsman biasanya melakukan penyelidikan berdasarkan laporan tetapi dapat
juga melakukan penyelidikan atas inisiatifnya sendiri”.
Juga merupakan perkembangan baru bagi Ombudsman berkaitan dengan keterbukaan transparancy sebagai salah satu akses menuju pengawasan. Tidak
hanya transparansi serta tindakan menolak member informasi lack of transparency
93
Jacobs Soderman, The European Ombudsman Basic Documents – Visit by the National Ombudsman and Justice Ministry Official of Indonesia Strasbourg, 28 November 2000.
and refusal of access to information oleh pejabat publik kini telah menjadi bagian daripada mal-administrasi itu sendiri.
Berkaitan dengan sasaran pelaksanaan fungsi Ombudsman adalah sangat penting untuk memperoleh pengertian apa sebenarnya mal-administrasi
penyimpangan pejabat publik tersebut. Keberadaan ORI sebagai salah satu lembaga Negara yang berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja aparatur
pemerintahan baik aparatur pemerintah pusat maupun daerah berperan sangat strategis untuk membantu memulihkan hak-hak masyarakat bila terjadi
penyalahgunaan kekuasaan abuse of power atau pun kesalahan pelayanan administrasi mall administration yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan.
94
Definisi mal-administrasi menurut Laporan tahunan 1997 Ombudsman Eropa : “Maladministration accurs when a public body fail to act ini accordance with the
rule or principle which isbinding upon it penyiangan terjadi apabila institusi publik tidak berhasil melakukan kewajiban undang-undang ataupun asas-asas yang mengikat
pejabat publik terkait.
95
3. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat berhak mendapatkan pelayanan advokasi, perlindungan, dan pemenuhan pelayanan. Pemerintah tengah menyusun Rancangan Peraturan
Pemerintah RPP tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
94
Faisal Akbar Nasution, Kedudukan dan Peran Ombudsman RI dalam Membangun Tatakelola Pemerintahan yang Baik di Indonesia dan Khususnya di Provinsi Sumatera Utara.,
Makalah, Medan, 2008, hal. 5.
95
The European Ombudsman Annual Report For 1999, hal. 17.
Pelayanan Publik. Implementasi Undang-Undang yang sudah berlaku sejak 18 Juli 2009 silam itu sangat tergantung pada peraturan teknis. Nah, RPP itulah yang
dikonsultasikan ke publik belum lama ini. Setidaknya dalam tiga pekan terakhir sudah dua kali UU Pelayanan Publik
dan peraturan teknisnya dibawa ke publik. Pertama, seminar nasional “Masa Depan Indonesia Menuju Pelayanan Publik yang Berkualitas” pada 3 Maret lalu di
Universitas
Salah satu isu yang mencuat adalah peluang yang mendorong gratifikasi dari penyelenggara atau pelaksana pelayanan publik kepada masyarakat. Peluang ini
dibuka melalui rumusan pasal 15 dan pasal 16 RPP Pelaksanaan UU Pelayanan Publik. Penyelenggara pelayanan publik bisa mendapatkan
Indonesia. Acara kedua adalah konsultasi publik RPP yang diselenggarakan Indonesian Parliamentary Center IPC dan Masyarakat Peduli
Pelayanan Publik MP3 pada 18 Maret.
Direktur IPC, Sulastio, mengatakan bahwa masuknya peran serta masyarakat sebenarnya merupakan salah satu sisi positif UU No. 25 Tahun 2009, selain
keberpihakan kepada kelompok rentan dan paradigma pemenuhan hak. reward. Masyarakat
berperan serta dalam pemberian penghargaan itu. Pasal 16 merumuskan “masyarakat dapat berperan serta untuk memberikan penghargaan secara swadaya sesuai
kemampuan atau kompetensinya”. Jika suatu penyelenggara pelayanan publik ingin mendapatkan reward, penyelenggara bisa memberikan uang agar masyarakat tertentu
memilih dia. Di sinilah kemungkinan kongkalikong terjadi. 92
Tabel 2 Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Pelayanan Publik
Hak Kewajiban
a. Mendapatkan pelayanan
yang berkualitas
sesuai dengan asas dan tujuan
pelayanan; b. mengetahui
sistim, mekanisme dan prosedur
pelayanan; c. mendapatkan
tanggapan atas keluhan yang diajukan
secara layak; d. mendapatkan
advokasi, perlindungan
dan pemenuhan pelayanan.
a. Mengawasi dan memberitahukan kepada penyelenggara
untuk memperbaiki
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku;
b. melaporkan penyimpangan
pelaksanaan pelayanan kepada Ombudsman apabila
penyelenggara tidak
memperbaiki pelayanan;
c. mematuhi dan memenuhi persyaratan, sistim, dan mekanisme prosedur dalam
mendapatkan pelayanan; d. menjaga dan turut memelihara berbagai
sarana dan prasarana pelayanan umum; dan e. berpartisipasi aktif dan mematuhi segala
keputusan penyelenggara.
Sumber : www.hukumonline.com
Namun, bukan peran serta masyarakat tersebut tak mengandung kelemahan. Kriteria standar pelayanan yang baik juga tak dirumuskan secara detil dalam RPP.
RPP ini disusun melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dalam catatan MP3, beberapa poin yang perlu masuk dalam
RPP tersebut adalah ruang lingkup pelayanan publik, pedoman penyusunan standar pelayanan, keikutsertaan masyarakat dalam pelayanan publik, proporsi akses dan
kategori masyarakat dalam pelayanan berjenjang, serta sistim pelayanan terpadu. Akademisi Ilmu Administrasi Universitas Gadjah Mada, Ratminto,
berpendapat UU Pelayanan Publik masih belum sempurna. Tetapi kehadiran Undang- Undang ini tetap memberi peluang besar untuk memperbaiki kinerja pelayanan
publik. “UU ini memberikan kesempatan yang sangat besar kepada masyarakat untuk 93
dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik,” papar dosen ilmu administrasi ini.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Good governance
Untuk dapat melaksanakan tugas task pencapaian good governance dengan baik, ada beberapa faktor dan syarat yang perlu mendapat perhatian, concern
yaitu
96
1. Faktor Manusia Pelaksana Man :
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan good governance sebagian besar tergantung pada pemerintah daerah local goverment yang terdiri dari unsur
pimpinan daerah, DPRD. Di samping itu terdapat aparatur atau alat perlengakapan daerah lainnya yaitu para pegawai daerah itu sendiri.
2. Faktor Partisipasi Masyarakat public partisipation Keberhasilan penyelenggaraan good governance juga tidak terlepas dari
adanya partisipasi aktif anggota masyarakat public participation. Masyarakat di daerah baik sebagai sistem maupun sebagai individu merupakan bagian integral yang
sangat penting dalam sistem pemerintah daerah. Salah satu wujud dari rasa tanggungjawab masyarakat terhadap pencapaian good governance adalah sikap
mendukung terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Adapun wujud partisipasi aktif masyarakat antara lain:
a. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan decision making;
96
Ibid. hal. 60.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan actuation participation; c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil cost benefit evaluation
d. Partisipasi dalam evaluasi evaluation participation Berarti partisipasi masyarakat ini, bukan hanya dalam satu bidang, tetapi
setiap tindakan pemerintah, harusnya masyarakat ikut berperan serta demi terwujudnya tujuan bangsa. Kerja sama antar pemerintah dan rakyatnya merupakan
tonggak negara yang dapat memperkokoh kekuatan negara tersebut. 3. Faktor Keuangan Daerah funding or budgeting
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self supporting
dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dlam mengukur tingakt pencapain good governance.
Ini berarti bahwa penerapan dan pencapaian good governance di daerahlokal membutuhkan danafinansial. Faktor financial ini dapat diatasi apabila, faktor
transparansi berjalan dengan baik. Di mana masyarakat menjalankan kewajibannya terhadap negara seperti halnya membayar pajak, dan pemerintah mengelola
keuangan secara tepat dan terbuka, sehingga masalah keuangan negara bisa teratasi, bahkan kecil kemungkinan dalam hal melakukan pinjaman ke luar negeri.
4. Faktor Peralatan tools Faktor peralatan juga tergolong penting dalam pelaksanaan dan pencapaian
good governance. Dalam pengertian ini peralatan adalah setiap benda atau alat yang 95
dipergunakan untuk memperlancar dan mempermudah pekerjaan gerak dan activitas pemerintah dalam upaya pencapaian dan perwujudan good governance.
5. Faktor Organisasi dan Manajemen organization and management Faktor kelima yang mempengaruhi pelaksanaan good governance adalah
faktor organisasi dan manajemen meliputi fungsi manajemen: POAC planning, Organizing, actuating dan controllingPOSCORB: Planning, Organizing, Staffing,
Coodinating . Agar pencapaian good governance dapat terwujud maka diperlukan adanya organisasi dan manajemen yang baik pula.
B. Peran Ombudsman untuk mendorong penyelenggaraan administrasi yang
semakin baik
Untuk mendorong penyelenggaraan administrasi yang baik itu Ombudsman menjadikan dan menggunakan asas-asas dan norma-norma umum pemerintahan yang
baik dan norma-norma etika yang berlaku bagi aparat penyelenggara administrasi pemerintahan yang sudah tercakup dalam asas-asas umum pemerintahan yang baik
itu sebagai tolok ukur untuk menilai sejauh mana aparat telah melakukan perbuatan mal-administrasi.
Hal ini dengan jelas dapat dilihat dari petunjuk Kepatutan Behoorlijkheidswijzer yang digunakan oleh Ombudsman Nasional Belanda
97
97
Lihat Ombudsman Republik Indonesia, Ombudspridensi, Jakarta, 2009, hal. 28.
yang dipakai sebagai tolok ukur untuk penilaian mal-administrasi oleh Ombudsman negara
96
tersebut. Perbandingan antara cara kerja lembaga-lembaga penegak hukum pejabat negara, polisi, jaksa dan pengadilan dengan ORI :
98
1. Dasar atau standar tolok ukur penilaian Ombudsman tidak hanya sekedar
menilai berdasarkan ketentuan undang-undang saja, seperti polisi, jaksa atau hakim, tetapi lebih jauh dari itu, ia juga menggunakan tolok ukur kepatutan
behoorlijkheid, kewajaran rederlijkheid, kehati-hatian zorgvuldigheid, sopan santun beleefdheid en fatsoen, bahkan keramahan coulance sebagai
faktor-faktor untuk menentukan, sejauh mana seseorang aparat penyelenggara pemerintah telah melalaikan kewajiban hukumnya atau telah bersalah
melakukan perbuatan mal-administrasi. 2.
Ombudsman memang tidak hanya berperan dalam penegakan hukum, tetapi lebih dari itu berperan dalam upaya peningkatan efisiensi, efektivitas, bahkan
etika dan sopan santun aparat yang menyelenggarakan pelayanan publik dan administrasi pemerintahan pada umumnya.
3. Oleh sebab itu penempatan ORI di dalam RUU tentang Administrasi
Pemerintahan dan di dalam UU tentang Pelayanan Publik sebagai lembaga yang boleh menerima pengaduan masyarakat, sudah tepat; yaitu setelah
pengaduan kepada atasan dari pejabat yang dikeluhkan tidak menghasilkan apa-apa. Prosedur itu memang merupakan prosedur yang ditempuh oleh
98
Antonius Sujata dan RM Surachman, Op. cit., hal. 70-80.
kebanyakan Ombudsman di dunia, dan merupakan “standard procedure” bagi penerimaan pengaduan oleh Ombudsman.
4. Oleh sebab itu, kiranya pengadaan suatu lembaga Penegakan Etika, yang nota
bene tidak hanya akan diadakan di Pusat, tetapi juga di semua daerah Otonomi, merupakan hal yang sebenarya tidak perlu, mubazir dan
menghabiskan dana secara sia-sia, di samping akan memperpanjang rantai penyelesaian sengketa ke arah peningkatan pelayanan pubik dan pemerintahan
yang baik. Oleh sebab itu, kiranya fungsi lembaga Penegakan Etika dapat dan memang sudah dilakukan oleh Ombudsman selama 8 delapan tahun
berpengalaman dan bergerak di bidang ini. 5.
Yang justru diperlukan bukanlah pengadaan lembaga yang baru tetapi peningkatan upaya pemberdayaan lembaga yang sudah ada, khususnya
pemberdayaan ORI dan pendirian kantor-kantor Perwakilan ORI di ProvinsiKabupaten atau Kota yang memang sudah dimulai oleh Ombudsman
sejak 5 lima tahun yang lalu, sehingga pada saat ini tahun 2008 ORI sudah mempunyai 4 empat kantor Perwakilan, yaitu di kota Yogyakarta, Kupang,
Medan dan Manado. 6.
Di samping itu kiranya lembaga-lembaga dan aparat pengawasan intern juga perlu lebih diberdayakan dan diaktifkan, seperti misalnya :
a Peranan pengawasan melekat atasasn terhadap bawahan;
b Peranan pengawasan Inspektur Jenderal terhadap aparat departemen atau
badan yang bersangkutan; c
Peranan pengawasan badan Pengawas daerah; d
Dan lain-lain. Sebab semakin bagus, efisien dan efektif pelaksanaan lembagaaparat
pengawasan intern ini melaksanakan tugasnya, semakin kurang diperlukan keterlibatan dan campur tangan lembaga pengawasan ekstern seperti ORI dan
Komisi Pemberantasan tindak Pidana Korupsi KPK. Saat ini, KPK menjadi lembaga pengawas negara yang paling dipercaya,
karena KPK dapat melakukan penyelidikan secara langsung meski laporan belum ada. Tetapi, penegakan etika tidak dijalankan, akibatnya bukannya
sebagai pengawas, malah menjadi lembaga yang wajib diawasi oleh masyarakat, karena kasus korupsi yang terbesar telah dilakukan oleh beberapa
anggota KPK itu sendiri. Pasalnya, sejumlah pejabat KPK mengaku bertemu dengan M Nazaruddin, yang kini telah ditangkap dan ditahan karena kasus
suap Sesmenpora. Pengakuan Chandra M Hamzah, Ade Rahardja dan Johan Budi SP yang bertemu dengan M. Nazaruddin ditengarai melanggar kode etik.
Bertemu dengan orang itu boleh. Tetapi, bila sedang berperkara, maka akan melanggar kode etik. Terlebih bila menerima uang, itu adalah pelanggaran
hukum, ujarnya.
99
99
www.Liputan6.com, , Zainal Arifin Mochtar Direktur Pusat Kajian Antikorupsi Pukat UGM, Jakarta: Sabtu, 30 Juli 2011.
Karena itu, Zainal pun mendukung langkah KPK yang membentuk Komite Etik untuk memeriksa pimpinan KPK yang diduga melanggar kode etik.
Termasuk, pemeriksaan terhadap beberapa pegawai KPK oleh Pengawas Internal. Mengenai pentingnya menghadirkan M. Nazaruddin di sidang
komite, Ia masih mempertanyakan perlu atau tidaknya kehadiran mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu.
7. Bagaimanapun juga, akibat globalisasi yang menyebabkan terjadinya
pengaruh langsung yang lebih sering merupakan pengaruh negatif dari pengaruh positif terhadap kehidupan berbangsa, bernegara dan bermayarakat
di Indonesia teori Trias Politika dari Montesquieu, yang hanya membedakan 3 tiga kekuasaan negara, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
dan yang berasal dari abad ke-18, agaknya sudah tidak memadai lagi untuk abad ke-21. Karena dunia dalam kenyataannya memang sudah lama melihat
perlunya peranan lembaga-lembaga pengawasan, seperti BPK, lembaga- lembaga pengawasan intern seperti Inspektur Jenderal, Bawasda, dan lain-
lain dan Ombudsman nasional sebagai lembaga pengawsan ekstern terhadap lembaga-lembaga penyelenggaraan administrasi negara dan pelayanan publik
sebagai “kekuasaan keempat” atau Fourth Power
100
100
Baca Prof. G.H. Addink : the Ombudsman as the Fourth Power.
sebagaimana sudah sangat lama diakui di RRC dan Taiwan, Balanda dan Uni Eropa, yang juga
sudah mendirikan lembaga European Ombudsman. 100
Untuk saat ini, Ombudsman harusnya menjadi lembaga pengawas tinggi, karena sejak berdirinya sampai dengan sekarang ini telah terbukti bersih dari
KKN, mengambilalih tugas lembaga-lembaga pengawas lainnya. 8.
Bagaimana pun juga ORI tidak pernah akan menggantikan pengadilan dan proses peradilan yang didasarkan pada penegakan berdasarkan hukum,
sekali pun tidak atas undang-undang semata. 9.
Pemeriksaan oleh Ombudsman adalah : a.
Fakultatif boleh dipergunakan, boleh juga tidak, sesuai dengan pertimbangan anggota masyarakat yang telah dirugikan oleh aparat
pemerintah atau pengadilan; b.
Dibuka sesudah dan manakala laporan kepada atasan pejabat yang dikeluhkanterlapor tidak memperoleh respons yang memuaskan;
c. Tidak formal informal;
d. Tanpa dipungut biaya;
e. Dan di samping memperhatikan ketentuan dan teori hukum, juga sangat
memperhatikan aspek kepatutan behhoorlijkheid, kewajaran redelijkheid dan bahkan kesopanan dan etika.
Itulah sebabnya salah satu tujuan diadakannya lembaga Ombudsman sering dikatakan adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat menjadi lebih
beradab dari sebelumnya. Bukan hanya masyarakat, bahkan pemerintah pun menjadi lebih beradab, menjunjung tinggi nilai kejujuran kepada masyarakat
yang dipimpinnya. Di mana masyarakat lebih beradab dan sopan dalam menyatakan keluhan ataupun pendapatnya terhadap pemerintah, dan
pemerintah lebih beradab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, yakni melayani masyarakat secara adil dan bijaksana.
10. Akhirnya karena Ombudsman dapat bertindak sebagai mediator antara warga
yang lemah di satu pihak dan lembaga pemerintah yang sangat kuat di lain pihak, maka pemeriksaan oleh Ombudsman merupakan cara penyelesaian
sengketa alternatif Alternatif Dispute Resolution di luar pengadilan, tetapi yang tetap memperhatikan :
a. Keharusan obyektivitas ketidakberpihakan;
b. Indenpendensi;
c. Asas-asas hukum dan norma-norma pemerintahand an pengambilan
keputusan yang baik; khususnya d.
Keadilan, keseimbangan dan non-diskriminasi; serta e.
Sopan santun.
C. Tugas Ombudsman