Dengan dana tersebut ,maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama
diuntungkan. 3 Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana
dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil.
D. Kerangka Berpikir
Sehubungan dengan masalah yang diteliti pada penelitian ini, maka dapat dibuat alur berpikir dari penulis sebagai berikut :
Untuk menunjang kondisi perekonomian nasional yang kuat, salah satu unsur yang mendukung terciptanya stabilitas perkonomian adalah usaha perbankan.
Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional saat ini. Perbankan melalui kegiatannya sebagai lembaga keuangan, yang bertugas menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, dan sebagai agent of development mempunyai tugas yang tidaklah mudah.
Permasalahan perekonomian nasional, salah satunya adalah kondisi perbankan nasional yang tidak sehat. Hal ini tercermin pada masih tingginya angka
kredit macet non performing loan NPL , yang berimbas pada kondisi perekonomian nasional. Disebabkan masih lemahnya kontrol pengawasan dari
pemerintah, melalui Bank Indonesia, dan para pelaku usaha perbankan yang masih
belum mengindahkan arti pentingnya prinsip kehati-hatian, didalam melakukan segala kegiatan usahanya yang penuh dengan resiko full risk business .
Oleh karena itu, pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas keuangan dan perbankan, berusaha untuk membuat suatu kebijakan yang
digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi perbankan nasional, dalam melakukan kegiatan usahanya, khususnya mengenai pemberian kredit. Kebijakan tersebut harus
memuat mengenai prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle , yang merupakan prinsip dasar didalam menjalankan usaha perbankan, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Perbankan. Adapun kebijakan tersebut tertuang didalam bentuk peraturan perundang-undangan, yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
seperti Peraturan Bank Indonesia, dan Surat Edaran Bank Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah kebijakan apakah yang telah dikeluarkan
oleh Bank Indonesia, sebagai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan. Sedangkan permasalahan lainnya adalah berkaitan dengan apa yang menjadi
persamaan dan perbedaan dari substansi kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia tersebut, dengan Undang-undang perbankan kaitannya dengan prinsip kehati-hatian.
Alur pemikiran tersebut diatas dapat penulis gambarkan dalam bentuk bagan, sebagaimana lampiran berikut :
KERANGKA BERPIKIR
Bagan 1. Kerangka Pemikiran Perekonomian Nasional
Perbankan Bank Indonesia
Kredit Perbankan
- PBI No.58PBI2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
- SE BI No.521DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
- UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 2
- UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun
1992 Tentang Perbankan Pasal 8, 11, dan 29
BAB III METODE PENELITIAN