Tinjauan Umum Tentang Perbankan Dan Hukum Perbankan

c. Masyarakat d. dan Budaya Menurut Muhcsin dan Fadillah Putra, hubungan hukum dan kebijakan publik dari sudut pandang kebutuhan hukum ada dua keterkaitan. Keterkaitan yang pertama adalah antara hukum dan kebijakan publik memiliki kesamaan, keterkaitan ini terutama terlihat pada proses pembentukan hukum dengan proses formulasi kebijakan publik, yakni keduanya sama-sama berangkat dari realita yang ada dalam masyarakat dan berakhir pada penetapan sebuah solusi atas realita tersebut. Sedangkan keterkaitan yang kedua adalah bahwa produk hukum Undang- undang memerlukan sebuah kekuatan dan kemapanan dari kandungannya, dan untuk hal tersebut memerlukan sebuah cara yang sangat kuat untuk menuju pada hasil yang mapan pada substansi tersebut. Kebijakan publik sebagai sebuah proses ternyata sedikit banyak mampu memenuhi kebutuhan kemapanan hasil atau produk hukum Undang-undang tersebut. Ayub Torry Satriyokusumo, 2007:15.

C. Tinjauan Umum Tentang Perbankan Dan Hukum Perbankan

1. Tinjauan umum tentang perbankan a. Pengertian perbankan Pengertian bank berasal dari bahasa Italia yaitu Branca yang berarti suatu banku atau tempat duduk. Hal ini terjadi, karena pasa saat itu pada abad pertengahan, pihak banker Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya dengan duduk di bangku-bangku halaman pasar Abdurrachman A, 1991:80 Apabila akan membicarakan tentang lembaga keuangan bank, ada dua istilah yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu perbankan dan bank. Menurut Pasal 1, angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka 2 pasal tersebut disebutkan pengertian bank, yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Melihat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian perbankan bermakna lebih luas, dibanding pengertian bank. Sedangkan pengertian tentang bank yang lain yaitu ; Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini sebagai media perantara Financial Intermediary antara debitur dengan kreditur. Ruddy Tri Santoso, 1997:1 Sedangkan menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Kamus Hukum Fockema. Andrea, 1983:40 b. Fungsi bank Bank sebagai lembaga keuangan, mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut ; Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, 2006:5 1 Agent of trust, Bank adalah lembaga yang landasannya adalah kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uang akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. 2 Agent of development, Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. 3 Agent of service, Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. c. Jenis-jenis bank Menurut fungsinya bank dibedakan menjadi ; Abdulkadir Muhammad, 2004:36 1 Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia, yang mempunyai tugas sebagai lembaga negara yang berwenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. 2 Bank Umum, yang berfungsi sebagai bank yang dapat menjalankan segala jenis usaha di bidang jasa perbankan. 3 Bank Perkreditan Rakyat, berfungsi sebagai bank yang menjalankan usaha di bidang jasa perbankan tidak termasuk jasa lalu lintas pembayaran, terutama untuk melayani usaha kecil dan rakyat pedesaan. Sedangkan jenis - jenis bank yang disebutkan didalam Undang-Undang Nomor 7 Nomor 1992 jo.Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yaitu : 1 Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2 Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Tinjauan umum tentang Bank Indonesia Didalam pembagian jenis-jenis bank, yang diuraikan didepan. Bahwa terdapat salah satu jenis bank yakni Bank Sentral. Bank sentral disini yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank sentral dalam Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 tidak dikategorikan sebagai suatu jenis bank yang diaturnya, hal tersebut karena fungsi, tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas moneter, serta melakukan pengawasan dan pembinaan bank. Oleh karena itu bank sentral bukan merupakan jenis bank yang diatur dalam undang-undang ini, tetapi justru merupakan lembaga negara yang ikut bertanggung jawab atas dilaksanakannya Undang-Undang Perbankan dimaksud, sehingga diatur dengan undang-undang tersendiri. Menurut Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. a. Status Bank Indonesia Status bank Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999. Menurut ketentuan pasal tersebut Bank Indonesia mempunyai 3 tiga macam status, yaitu ; 1 Bank sentral Bank sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. Bank sentral mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti yang dilakukan bank pada umumnya. 2 Lembaga negara independen Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia. 3 Badan hukum publik Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan Undang-Undang Bank Indonesia. Dengan demikian terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri terlepas dari Anggaran dan Belanja Negara. Selain itu Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalm batas kewenangannya. b. Tugas dan tujuan Bank Indonesia Sedangkan mengenai tugas dari Bank Indonesia sendiri, selaku bank sentral seperti yang terdapat didalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, guna mencapai tujuan dari Bank Indonesia, antara lain sebagai berikut ; Budi Untung, 2000:20 1 Memberikan ketentuan tentang kesehatan bank 2 Meminta penjelasan dan keterangan 3 Melakukan pemeriksaan buku-buku, berkas dan dokumen perbankan 4 Melakukan pemeriksaan secara berkala atau insidentil 5 Memberikan laporan kepada Dewan Moneter 6 Menetapkan persyaratan dan tata cara pemeriksaan bank 7 Meminta bank-bank untuk menyampaikan neraca, perhitungan laba rugi, serta laporan berkala lainnya 8 Menetapkan tata cara pembuatan dan pengumuman neraca, dan perhitungan laba rugi bank 9 Menetapkan pengecualian bagi bank-bank perkreditan rakyat untuk diaudit oleh akuntan publik 10 Melakukan tindakan-tindakan penyelamatan jika suatu bank membahayakan keselamatannya 11 Mencabut ijin suatu bank dan memerintahkan likuidasi 12 Meminta pemerintah untuk membentuk badan khusus dalam rangka penyehatan bank Adapun tujuan dari Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dari perkembangan laju inflasi. Sedangkan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur dari nilai tukar dengan mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah ini sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. c. Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah Dalam hubungannya dengan pemerintah Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas pemerintah. Sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia menatausahakan rekening pemerintah, bertindak untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan kewajiban dan tagihan, dan kewajiban pemerintah terhadap pihak luar negeri. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia, dan atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan tugas dari Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara serta kebijakan lainnya yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat hutang negara, pemerintah wajib terlebih dahulu untuk berkonsultasi dengan Bank Indonesia. 3. Tinjauan tentang hukum perbankan Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpan untuk benda- benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan Abdurrachman A, 1991 :80 Hukum perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur masalah- masalah perbankan yang berlaku di Indonesia. Hukum perbankan adalah sekumpulan peraturan yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. Muhamad Djumhana, 1993:10 Adapun yang merupakan ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut : Muhamad Djumhana, 1993 :10. a. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, hubungan, hak dan kewajiban bank; b. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan terbatas. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank asing. c. Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti pencegahan persaingan yang tidak sehat, perlindungan nasabah, dan lain- lain. d. Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang yang berhubungan dengan bidang perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral, dan lain-lain. e. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif, pengawasan, prudent banking, dan lain-lain. Di dalam mempelajari tentang hukum perbankan, terdapat asas hukum mengenai lembaga keuangan dalam kegiatan operasionalnya, antara lain yaitu : a. Asas Kepercayaan fiduciary relation Asas kepercayaan adalah asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. bank berusaha dari dana yang disimpan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap orang perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Rachmadi Usman., 2001:16 b. Asas Kerahasiaan confiential relation Adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank itu sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Ronny Sautma Bako,1995:46 c. Asas Kehati-hatian prudential relation Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan pada bank. Veronica Diaz,2006:11 d. Asas Mengenal Nasabah know your customer priciples Asas ini merupakan salah satu asas dalam operasional bank yang dikedepankan sebagai sebuah asas yang patut untuk diperhatikan dan memiliki urgensi bagi pelaku bisnis bank agar bersikap lebih concern dalam mengenal nasabah yang bertransaksi dengan bank tersebut. Veronica Diaz,2006:11 4. Tinjauan umum tentang kredit Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda ekonomi bangsa. kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan, dan sebagainya. Siswanto Sutojo, 1997:2 a. Pengertian kredit Penyaluran dana fund lending adalah kegiatan usaha meminjamkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit hutang . Menurut ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 : “ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. “ Kredit yang berasal dari kata dalam bahasa Romawi, yaitu ‘ credere ‘ yang artinya percaya Belanda : vertruwen ; Inggris : believe, trust, or confidenced . Mariam Darus Badrulzaman, 1985:21 dengan kata lain adalah mempercayakan uang atau barang kepada orang yang mampu mengembalikan. b. Unsur-unsur kredit Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, secara yuridis dapat dirinci dan dijelaskan unsur- unsur kredit seperti berikut : Abdulkadir Muhammad , Rilda Muniarti, 2004:58 1 penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank, atau 2 tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah, pembelian kendaraan; 3 kewajiban pihak peminjam debitur melunasi hutangnya menurut jangka waktu, disertai pembayaran bunga ; 4 berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam uang antara bank dan peminjam debitur dengan persyaratan yang disepakati bersama. Apabila ditelaah secara konseptual, maka dalam konsep kredit selalu terkandung unsur-unsur esensial berikut ini : Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003:34 1 kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dan pihak Bank atas atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu. 2 waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasanya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana. 3 prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga imbalan. 4 risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dan nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan c. Prinsip-prinsip pemberian kredit Didalam pemberian kredit perbankan, seharusnya bank berpedoman pada prinsip-prinsip seperti berikut : Erna Indriasari, 2005 :39 1 Prinsip kepercayaan Sesuai dengan arti kredit yang berarti kepercayaan, maka kredit seharusnya diberikan berdasarkan kepercayaan. Untuk memenuhi unsur kepercayaan ini kreditur harus dapat melihat apakah calon debitur dapat memenuhi berbagai kriteria yang biasanya diberlakukan terhadap pemberian suatu kredit oleh karena itu timbul prinsip lain yang disebut kehati-hatian Prudent Banking Principle . 2 Prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle Prinsip kehati-hatian ini adalah suatu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle ini, dilakukan berbagai usaha pengawasan baik oleh bank itu sendiri internal maupun oleh pihak luar eksternal Keharusan adanya jaminan hutang dalam setiap pemberian kredit sebenarnya juga mempunyai tujuan agar kredit diberikan secara hati-hati, sehingga ada jaminan bahwa kredit yang bersangkutan akan dibayar kembali oleh pihak debitur. Prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle ini diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, Pasal 8, Pasal 11, dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Prinsip 5 C, dalam dunia perbankan dikenal prinsip 5 C yang biasa disebut sebagai “ The Five of Credit Analysis ” , prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : Budi Untung, 2000:123 a Character sifat-sifat calon debitur b Capital modal dasar dari calon debitur c Capacity kemampuan untuk membayar kembali dari calon debitur d Collateral jaminan yang disediakan oleh calon debitur e Condition of economy kondisi perekonomian Ada juga Prinsip 3 R, yang antara lain sebagai berikut ; Johannes Ibrahim,2004:100 a Return hasil yang diperoleh Merupakan hasil yang diperoleh debitur, dalam hal ini kredit yang diberikan harus diantisipasi oleh calon kreditur bank . b Repayment pembayaran kembali Kemampuan membayar dari pihak debitur juga mesti dipertimbangkan dan apakah kemampuan bayar tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran kembali c Risk hearing ability kemampuan menangung risiko Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung risiko d. Tujuan kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut : Kasmir, 2004:105 1 Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping juga untuk membesarka usaha bank tersebut. 2 Membantu usaha nasabah Dengan dana tersebut ,maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan. 3 Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil.

D. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pemberian Kredit (Studi Pada PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO)Tbk)

0 29 121

Analisis Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Guna Bhakti Pada PT. Bank BJB Cabang Utama Bandung

0 16 38

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN.

0 2 10

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI – HATIAN SEBUAH BANK DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI BANK BNI SYARIAH PUSAT YOGYAKARTA.

0 4 12

PENUTUP IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI – HATIAN SEBUAH BANK DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI BANK BNI SYARIAH PUSAT YOGYAKARTA.

0 2 5

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN (PRUDENT BANKING PRINCIPLE) DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG PADANG.

0 0 6

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN PADA X-TRA DANA DI BANK CIMB NIAGA TbkDIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERBANKAN.

0 0 1

PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN DENGAN DEBITUR YANG BERITIKAD TIDAK BAIK DIKAITKAN DENGAN PRINSIP KEHATI-HATIAN BANK.

0 1 1

BAB II PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN SESUAI DENGAN PENANGANAN BISNIS KARTU KREDIT DALAM ATURAN INTERNAL PT.BANK NEGARA INDONESIA A. Prinsip Kehati-hatian Dalam Perbankan. 1. Pengertian dan Pengaturan Prinsip Kehati-hatian Dalam Undang- undang Perbankan

0 0 38

BAB II KEWAJIBAN MENERAPKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT A. Pengaturan Prinsip Kehati-hatian dalam Undang-undang Perbankan - Prinsip Kehati-Hatian Dalam Program Kredit Usaha Rakyat

0 0 15