Histologi Kultur Polymerase Chain Reaction PCR

Nama Obat Dosis Kategori FDA Pyridoxine vitamin B6 25 mg oral, 3 kali sehari A Antiemetik Chlorpromazine 10-25 mg oral, 2-4 kali sehari C Prochlorperazine 5-10 mg oral, 3-4 kali sehari C Promethazine 12,5-25 mg oral, setiap 4- 6 jam C Trimethobenzamide 250 mg oral, 3-4 kali sehari C Ondansetron 8 mg oral, 2-3 kali sehari B Droperidol 0,5-2 mg IVIM, tiap 3-4jam C Antihistamin dan Antikolinergik Diphenhydramine 25-50 mg oral, tiap 4- 8jam B Meclizine 25 mg oral, tiap 4-6 jam B Dimenhydrinate 50-100 mg oral, tiap 4-6 jam B Motility drug Metoclopramide 5-10 mg oral, 3 kali sehari B Kortikosteroid Methylprednisolone 16 mg oral, 3 kali sehari kemudian C diturunkan Tabel 2.3. : Terapi Tambahan Vitamin, Antiemetik, Antihistamin dan Kortikosteroid. 5

2.3. Tes Diagnostik

Sekarang ini ada beberapa cara populer untuk mendeteksi adanya infeksi H. pylori, masing-masing memiliki kelebihan, kekurangan dan keterbatasan. Pada dasarnya tes yang tersedia untuk diagnosis ada 2 metode yaitu metode invasif dan metode non invasif. Pada metode yang invasif dapat dilakukan biopsi endoskopi untuk pemeriksaan histologi, kultur, Polymerase Chain Reaction PCR dan Rapid Urease Test. Pada yang non invasif dapat dilakukan Urea Breath Test, Serologi Test dan Stool Antigen Test. 9,12,13,14

2.3.1. Histologi

Evaluasi histologi merupakan metode standar emas untuk memastikan adanya kuman H. pylori pada lambung. Untuk evaluasi ini diperlukan tindakan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi. Dengan sensitivitas 98 dan spesifitas 95 namun tidak dapat dilakukan pada wanita hamil. Diangosis dengan metode endoskopi untuk evaluasi histologi hanya boleh digunakan jika prosedur ini diperlukan untuk mendeteksi kondisi lainnya selain infeksi H. pylori. Metode endoskopi dengan pengambilan sampel jaringan pada pasien dengan riwayat penyakit ulcus peptik bisa memberikan diagnosis yang lebih Universitas Sumatera Utara pasti dari infeksi H. pylori, dan juga tingkat inflamasi atau metaplasia dan keberadaan lymphoma MALT atau kanker lambung lainnya pada pasien risiko tinggi. 9 Biopsi endoskopi pada antrum dan corpus untuk pemeriksaan histopatologi dilakukan oleh Bagis di Turkey tahun 2002 terhadap 20 pasien dengan hiperemesis gravidarum dan 10 pasien asimptomatik. H. pylori di diagnosis pada 19 pasien 95 . 17 Kelemahan teknik evaluasi histologi ini adalah diperlukannya endoskopi untuk mendapatkan jaringan. Keterbatasan yang lain adalah jumlah yang tidak layak dari spesimen biopsi yang diperoleh atau kegagalan mendapatkan spesimen dari daerah lambung. Pada sebagian kasus, teknik pemulasan yang berbeda-beda mungkin diperlukan, yang bisa melibatkan waktu pemprosesan yang lebih lama dan biaya yang lebih tinggi. 9,18

2.3.2. Kultur

Karena H. pylori sulit tumbuh pada medium kultur, peranan kultur dalam diagnosis infeksi sebagian besar terbatas pada penelitian dan pertimbangan epidemiologi. Pemeriksaan kultur mahal, memakan waktu yang lama dan intensif, namun kultur tetap memegang peranan dalam studi kerentanan terhadap antibiotik dan studi tentang faktor- faktor pertumbuhan dan metabolisme. Di Amerika Serikat, kultur tidak dianggap cara diagnosis lini pertama yang rutin. 9,19

2.3.3. Polymerase Chain Reaction PCR

Dengan lahirnya PCR, banyak kemungkinan yang menarik muncul untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan infeksi H. pylori. PCR memungkinkan identifikasi organisme dalam sampel kecil dengan sedikit bakteri dan tidak membutuhkan persyaratan khusus dalam pemprosesan dan pengangkutan. PCR bisa dilaksanakan dengan cepat dan bisa digunakan untuk mengidentifikasi strain-strain bakteri yang berbeda untuk studi epidemiologi. PCR juga sedang dievaluasi manfaatnya dalam mengidentifikasi H. pylori dalam sampel plak gigi, saliva dan feces yang mudah diambil sampelnya. Keterbatasan dari PCR adalah bahwa relatif sedikit laboratorium yang memiliki kemampuan untuk mengoperasikan pengujian ini. Selain itu, karena PCR bisa mendeteksi segmen-segmen DNA H. pylori dalam mukosa lambung pasien yang diobati sebelumnya, hasil positif palsu bisa terjadi. 9,19,20 Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Rapid Urease Test