Analisis Pengaruh Mekanismecorporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2012-2014

(1)

LAMPIRAN

No Kode Ukuran Perusahan

2012 2013 2014

1 APLN 2,94 2,95 2,96

2 ASRI 2,79 2,8 2,81

3 BEST 2,68 2,71 2,72

4 BKSL 2,75 2,78 2,78

5 BSDE 2,81 2,83 2,84

6 COWL 2,67 2,67 2,72

7 CTRP 2,75 2,76 2,77

8 CTRS 2,73 2,75 2,75

9 DILD 2,75 2,76 2,77

10 DUTI 2,75 2,76 2,77

11 ELTY 2,81 2,79 2,8

12 EMDE 2,62 2,42 2,48

13 FMII 2,55 2,56 2,57

14 JRPT 2,74 2,75 2,75

15 KIJA 2,76 2,77 2,77

16 LPCK 2,7 2,72 2,73

17 LPKR 2,83 2,85 2,86

18 MDLN 2,73 2,78 2,78

19 MTLA 2,68 2,7 2,71

20 MORE 2,61 2,61 2,61

21 PWON 2,76 2,78 2,81

22 RDTX 2,64 2,66 2,66

23 RODA 2,69 2,7 2,7

No Kode Corporate Governance 2012 2013 2014

1 APLN -0,36 -0,34 -0,33

2 ASRI -0,76 -0,66 -0,66

3 BEST -0,29 -0,49 -2,19

4 BKSL -0,9 -0,81 -0,74

5 BSDE -0,46 -0,46 -0,43

6 COWL -0,05 -0,07 -0,07

7 CTRP -0,52 -0,52 -0,52

8 CTRS -0,47 -0,47 -0,47

9 DILD -0,86 -0,84 -0,84

10 DUTI -0,12 -0,12 -0,12

11 ELTY -1,77 -1,87 -1,41

12 EMDE -0,23 -0,3 -2,9

13 FMII -0,13 -0,13 -0,13

14 JRPT -0,22 -0,22 -0,22

15 KIJA -1,74 -1,61 -1,61

16 LPCK -0,86 -0,86 -0,86

17 LPKR -1,65 -1,65 -1,41

18 MDLN -0,89 -1 -1,02

19 MTLA -0,12 -0,12 -0,12

20 MORE -0,1 -0,1 -0,1

21 PWON -0,65 -0,65 -0,55

22 RDTX -0,19 -0,19 -0,18


(2)

No Kode Manajemen Laba

2012 2013 2014

1 APLN 2,52 1,94 -2,66

2 ASRI -0,06 -1,9 -0,21

3 BEST -0,22 -1,47 -0,58

4 BKSL -0,43 -1,83 -1,05

5 BSDE 0,13 1,75 -0,14

6 COWL 1,09 -1,11 0,02

7 CTRP -0,42 0,78 -0,82

8 CTRS 0,01 -0,27 1,45

9 DILD -0,89 -0,27 -0,34

10 DUTI 0,54 -0,63 -0,53

11 ELTY -2,12 -0,14 1,94

12 EMDE 0,36 -0,63 -0,39

13 FMII -2,41 3,55 2,54

14 JRPT 3,88 0,23 -2,81

15 KIJA 0,55 -0,8 -0,16

16 LPCK 1,67 0,07 -0,82

17 LPKR 0,49 -1,14 0,62

18 MDLN 0,75 0,11 -0,62

19 MTLA 6,54 1,15 0,77

20 MORE 0,22 0,1 0,73

21 PWON 0,03 -0,67 1,24

22 RDTX 0,88 0,8 1,47

23 RODA 0,78 1,69 1,23

No Kode Dewan Komisaris

2012 2013 2014

1 APLN -1,1 -1,1 -1,1

2 ASRI -0,92 -0,92 -1,1

3 BEST -1,1 -1,1 -0,92

4 BKSL -0,85 -0,85 -0,85

5 BSDE -0,98 -0,98 -0,98

6 COWL -1,1 -1,1 -1,1

7 CTRP -0,92 -0,92 -0,92

8 CTRS -0,29 -0,69 -0,69

9 DILD -1,1 -1,79 -1,79

10 DUTI -1,1 -1,1 -1,1

11 ELTY -1,1 -0,92 -0,92

12 EMDE -1,1 -1,1 -1,1

13 FMII -1,1 -1,1 -1,1

14 JRPT -0,92 -0,92 -0,92

15 KIJA -0,69 -1,39 -1,39

16 LPCK -0,51 -0,69 -0,81

17 LPKR -0,34 -0,47 -0,41

18 MDLN -0,69 -0,92 -0,92

19 MTLA -1,1 -1,1 -1,1

20 MORE -0,69 -0,51 -1,1

21 PWON -1,1 -0,41 -0,41

22 RDTX -1,1 -1,1 -1,1


(3)

Hasil Output SPSS

UJI KOEFISIEN DETERMINASI DAN AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .255a .065 .022 1.49482 2.255

a. Predictors: (Constant), Dewan komisaris, Ukuran Perusahaan, Corporate Governance

b. Dependent Variable: Manajemen Laba

UJI STIMULTAN

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 10.112 3 3.371 1.508 .221a

Residual 145.242 65 2.234

Total 155.354 68

a. Predictors: (Constant), Dewan komisaris, Ukuran Perusahaan, Corporate Governance b. Dependent Variable: Manajemen Laba


(4)

ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA, UJI PARSIAL DAN MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc e VIF 1 (Constant) 4.827 5.415 .891 .376

Corporate Governance

.577 .313 .227 1.846 .069 .955 1.047

Ukuran Perusahaan -1.449 1.948 -.091 -.744 .460 .956 1.046 Dewan komisaris .268 .662 .049 .404 .687 .968 1.033 a. Dependent Variable: Manajemen Laba


(5)

(6)

UJI NORMALITAS STATISTIK

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.46147752 Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .107

Negative -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .887

Asymp. Sig. (2-tailed) .411

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Corporate Governance 69 2.85 -2.90 -.05 -.6499 .59324 .352 Ukuran Perusahaan 69 .54 2.42 2.96 2.7347 .09518 .009 Dewan komisaris 69 1.50 -1.79 -.29 -.9581 .27821 .077 Manajemen Laba 69 9.35 -2.81 6.54 .2330 1.51150 2.285 Valid N (listwise) 69


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Ayres , F.L. (1994). “Perception of Earnings Quality: What Managers Need to Know?” Management Accounting.

Bukit & Iskandar. 2009. Pengaruh Surplus Arus Kas Bebas Terhadap Manajemen Laba dan Pengaruh Komite Audit Dalam Memoderasi Pengaruh Surplus Arus Kas Bebas Terhadap Manajemen Laba.

Darmawati, D., Komsiyah 2003. Hubungan Corporate Governance Kinerja Perusahaan: Suatu Studi Empiris, Jurnal Bisnis dan Akuntansi.

Darmawaty, Deni. Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu, Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan, SNA VII, Denpasar – Bali, Desember2004.

Financial Accounting Standard Board. (1980). Statement of Financial Consepts No. 3: Element of Financial Statement of Business Entreprises. Norwalk, Connecticut: FASB.

Fischer, Marly dan Kenneth Rozenzweigg (1995). Z’attitude of Student Practitiones Concerting the Etjical Acceptability of Earnings management” . Journal of business Ethic.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

_______, 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.FCGI. 2002, Tata Kelola Perusahaan (CG); The Essence of Good Corporate Governance; Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia.Yayasan Pendidikan Pasar Modal Industri & Sinergy Communication. Jakarta.

Healy dan Wahlen, 1999. “ Estimating Earnings Respons Coeffients: Pooled versus Firm Specific Models”. Journal of Accounting Ecconomics 21(June). IkatanAkuntan Indonesia. 2009. StandarAkutansiKeuangan,per 1 Juli 2009.

Jakarta: SalembaEmpat.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economic.

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance, Indonesia, Jakarta, 2006.


(8)

Lambert, R.A. 2001.“Contracting Theory and Accounting.” Journal of Accounting &Economics.

Ningsaptiti, Restie, 2010. Analisis Pengaruh Urusan Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

NurulHayatidan Christina.2011, PengaruhArusKas TerhadapLikuiditaspada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI, Jurnal Spread.

Nuryaman. 2008. “PengaruhKonsentrasiKepemilikan, Ukuran Perusahaan, danMekanismeCorporate Governance TerhadapManajemenLaba”. SimposiumNasionalAkuntansiXI.Pontianak.

Penman, S.H, dan Zhang, X.J. 2002. “Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Returns.” The Accounting Review

Putri, W., (2006), Analisis Pengaruh Corporate Governance dan

JumlahKomisaris Terhadap Kinerja perusahaan, Skripsi Tidak

Diterbitkan.Yogyakarta:Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia.

Rahmawati, Suparno,Y. & Qomariyah,N.. 2006. Pengaruh Asimetri InformasiTerhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yangTerdaftar di Bursa Efek Jakarta.Artikel yang Dipresentasikan padaSimposium Nasional Akuntansi 9 Padang tanggal 23 – 26 Agustus 2006

Scott, R. William, 2000. Financial Accounting Theory, 2th edition, Prentice Hall Canada Inc, Ontario.

_______, 2006.Financial Accounting Theory 4 th Edition. Prentice-Hall, New Jersey.

Sri Sulistyanto, 2008, “Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris”, Grasindo. Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

_______, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sulistiawan,2011.CreativeAccounting:MengungkapManajemenLabadanSkandalA kuntansi, SalembaEmpat, Jakarta.

Susanto, San dan Erni Ekawati, 2006. ”Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.


(9)

Tjager (2003).”Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia. “PT.Prenhallindo, Jakarta.

Ujiyantho, ArifMuh. dan B.A. Pramuka. 2007.Mekanisme CorporateGovernance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.SimposiumNasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli.

Xie, 2001.“Earnings Management and Corporate Governance: The Roles of the Board and the Audit Committee”,Social Science Research Network.


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antaravariabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba.

3.2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan real estate yang periodenya dari tahun 2012-2014. Data yang digunakan bersumber dari data yang ada di situs resmi Bursa Efek Indonesia. Data yang diambil merupakan data kuantitatif atau data dalam bentuk angka.

3.3. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 44 perusahaan. Pemilihan perusahaan Property dan Real Estate


(11)

sebagai objek penelitian adalah dengan pertimbangan sektor ini merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang yang besar dengan rasio pemilikan rumah yang cukup rendah.

3.4. Sampel

Penentuan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan sampel penelitian dengan menggunakan kriteria khusus yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2012-2014.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2012-2014.

3. Perusahaan property dan real estate yang memiliki website perusahaan yang masih aktif sampai tahun 2014.

Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menetapkan sebanyak 69 data (23x3 tahun) perusahaan yang masuk ke dalam data sampel penelitian. Daftar nama perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode Kriteria 1 2 3 Sampel 1 Agung Podomoro Land Tbk APLN √ √ √ Sampel 1 2 Alam Sutera Reality Tbk ASRI √ √ √ Sampel 2 3 Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA √ - √


(12)

4 Bumi Citra Permai Tbk BCIP √ - √

5 Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST √ √ √ Sampel 3 6 Bhuawanatala Indah Permai Tbk BIPP √ - √

7 Bukit Darmo Property Tbk BKDP √ - √

8 Sentul City Tbk BKSL √ √ √ Sampel 4

9 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE √ √ √ Sampel 5 10 Cowell Development Tbk COWL √ √ √ Sampel 6 11 Ciputra Development Tbk CTRA √ - √

12 Ciputra Property Tbk CTRP √ √ √ Sampel 7 13 Ciputra Surya Tbk CTRS √ √ √ Sampel 8 14 Duta Anggada Realty Tbk DART √ - √

15 Intiland Development Tbk DILD √ √ √ Sampel 9

16 Duta Pertiwi Tbk DUTI √ √ √ Sampel 10

17 Bakrieland Development Tbk ELTY √ √ √ Sampel 11 18 Megapolitan Development Tbk EMDE √ √ √ Sampel 12 19 Fortune Mate Indonesia Tbk FMII √ √ √ Sampel 13 20 Gading Development Tbk GAMA √ - √

21 Goa Makassar Tourism Development

Tbk GMTD

√ - √

22 Perdana Gapura Prima Tbk GPRA √ - √ 23 Greenwood Sejahtera Tbk GWSA √ - √

24 Jaya Real Property Tbk JRPT √ √ √ Sampel 14 25 Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA √ √ √ Sampel 15 26 Global Land and Development Tbk KPIG √ - √

27 Lamicitra Nusantara Tbk LAMI √ - √ 28 Laguna Cipta Griya Tbk LCGP √ - √

29 Lippo Cikarang Tbk LPCK √ √ √ Sampel 16 30 Lippo Karawaci Tbk LPKR √ √ √ Sampel 17 31 Modernland Realty Tbk MDLN √ √ √ Sampel 18 32 Metropolitan Kentjana Tbk MKPI √ - √

33 Metropolitan Land Tbk MTLA √ √ √ Sampel 19

34 Metro Realty Tbk MTSM √ - √

35 Nirvana Development Tbk NIRO √ - √

36 Indonesia Prima Property Tbk OMRE √ √ √ Sampel 20 37 Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN √ - √

38 Pudjiati Prestige Tbk PUDP √ - √

39 Pakuwon Jati Tbk PWON √ √ √ Sampel 21

40 Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk RBMS √ - √

41 Roda Vivatex Tbk RDTX √ √ √ Sampel 22

42 Pikko Land Development Tbk RODA √ √ √ Sampel 23 43 Dadanayasa Arthatama Tbk SCBD √ - √


(13)

3.5.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Dokumenter yaitu pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masing – masing perusahaan property dan real estate yang diperoleh dari Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

3.6.Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh keberadaan variabel independen atau variabel bebas (Sugiyono,2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan nilai discretionary accruals dengan Modified Jones Model(Sulistyanto 2008). Model Perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai total akrual dengan formulasi:

TACit = NIit - CFOit...(1) 2. Menentukan nilai parameter β1, β2, β3 .Variabel dibagi dengan aset

tahun sebelumnya (TAit-1), sehingga formulasinya berubah menjadi:

����

���� =�� � �

����−��+�� � ∆�����

����−��+�� � �����

����−��...(2)

3. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:


(14)

4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator manajemen laba dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual nondiskresioner, dengan formulasi:

DAit = �������� - NDAit ... (4)

Keterangan:

DAit = Discretionary accrual perusahaan pada periode t NDAit =Non discretionary accrual perusahaan pada periode t TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t

NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t

CFOit = Kas aktivitas operasi perusahaan i pada periode t TAit = Total aset perusahaan i pada periode t

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t

PPEit =Gross property, plant, and equipment pada perusahaan i pada periode t.

ΔTRit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t ß1- ß3 = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi. εit = Error term perusahaan i pada periode t.

3.6.2. Variabel Independen

Menurut Erlina (2011:43) “variabel independen atau variabelbebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:


(15)

a. Corporate Governance

Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Governance yang akan diukur menggunakan kepemilikan manajerial. Dalam penelitian ini semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Corporate Governance dalam penelitian ini akan dihitung dengan:

���������������������=��ℎ����������������

��ℎ��������� × 100%

b. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan sampel tahun 2010-2012. Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar (Fitriani, 2001 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Ukuran perusahaan selanjutnya ditulis dengan “ukuran” yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:


(16)

c. Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Perhitungan dari independensi dewan komisaris adalah sebagai berikut:

��������������= Jumlah anggota komisris independen

Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

Tabel 3.2

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No Variabel

dependen Deskripsi Indikator Pengukuran Skala

1. Manajemen laba Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabakan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang

DAit = �������� - NDAit Ratio

2. Corporate Governance seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur

��=��ℎ����������������


(17)

hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak 3. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satuindikator yang digunakan investor dalam menilai asset maupun kinerja perusahaan

Ln Total Asset

Ratio 4. Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan

Jumlah anggota komisris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

Ratio

3.7.Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif– komparatif, yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya


(18)

dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206).

Data dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows. Analisis statistik yang dilakukan antara lain dengan menggunakan alat analisis. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

3.7.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Adapun uji asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garisdiagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang


(19)

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut :

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikutiarah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau

tidakmengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan poladistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhiasumsi normalitas.

2. Analisis Statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat pula dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho : data terdistribusi secara normal (sig. > 0,05) Ha : data tidak terdistribusi normal (sig. < 0,05)


(20)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov

(K-S test) adalah sebagai berikut :

a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independennya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006).

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang


(21)

nilainya lebih dari 95%, Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikantelah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(22)

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

a. Bila nilai DW terletak diantara batas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berartitidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti tidak ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Tabel 3.3

Kriteria Nilai Uji Watson

No NILAI DW KESIMPULAN

1 1,65<DW<2,35 Tidak ada Autokorelasi 2 1,21<DW<1,65 Tidak dapat disimpulkan 3 2,35<DW<2,79 Tidak dapat disimpulkan 4 DW<1,21 Terjadi Autokorelasi 5 DW>2,79 Terjadi Autokorelasi


(23)

3.7.2. Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan antara lain : a. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel dependen. Apabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka Ho diterima. Sedangkan apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Ho ditolak. Langkah – langkah pengujian yang dilakukan adalahdengan pengujian dua arah, sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel depende secara parsial.

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c. Membandingkan thitung dengan t tabel.

Nilai thitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)

t

hitung =

koefisen regresi standart deviasi

d. Berdasarkan probabilitas.

1. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) artinya variabelindependen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(24)

2. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.

b. Uji signifikansi Simultan (uji –F)

Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)

F

hitung

=

R2/k−1 (1−R2)/(n−k)

dimana:

R2 = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi


(25)

N = Banyaknya Observasi d. Berdasarkan probabilitas.

1. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

e. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya. 4.1Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasivariabel dependen. Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


(26)

3.7.3. Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis pengaruh corporate governance, dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, dengan model dasar sebagai berikut :

Y = α + b1X1+ b2X2+ b3X3 + e Keterangan :

Y = Manajemen Laba A = Konstanta

X1 = Corporate Governance X2 = Dewan Komisaris

X3 = Ukuran perusahaan (Size) b1...b3 = Koefisien Regresi e = error term


(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2012-2014 yang berjumlah 43 perusahaan.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masing – masing perusahaan property dan real estate yang diperoleh dari Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dengan menentukan kriteria khusus untuk pengambilan sampel. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, perusahaan yang yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini selama periode tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 23 perusahaan,dengan jumlah data sebanyak 69 data (23x3 tahun) perusahaan yang masuk ke dalam data sampel penelitian.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0. Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data yang akan diuji ke dalam program SPSS, yang kemudian menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya.


(28)

4.2 ANALISIS DATA

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi data yang digunakan dalam penelitian.Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah datayang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilaimaksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasidari masing-masing variabel.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Corporate Governance (CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris sebagai variabel independen serta Manajemen laba sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Descriptive Statistics (Data asli)

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Corporate

Governance

69 2.85 -2.90 -.05 -.6499 .59324 .352

Ukuran Perusahaan 69 .54 2.42 2.96 2.7347 .09518 .009 Dewan komisaris 69 1.50 -1.79 -.29 -.9581 .27821 .077 Manajemen Laba 69 9.35 -2.81 6.54 .2330 1.51150 2.285 Valid N (listwise) 69

Sumber: Data sekunder diolah

1. StatistikdeskriptifpadaTabel4.1menampilkanManajemen Laba sebagaivariabel dependen memiliki nilai minimum-2,81 dan nilai


(29)

maksimum6,54. Nilai rata-rata ManajemenLabaadalah0,2330dan standar deviasinyaadalah 1,51150 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data. 2. Variabel Corporate Governancememilikinilai minimum-2,90dannilai

maksimum-0,05dengannilairata-rata0,6499danstandardeviasisebesar

0,59324. Jumlahpengamatanpadavariabel Corporate Governance berjumlah69 data pengamatan.

3. Hasilanalisisstatistikdeskriptif untukvariabelUkuran Perusahaan menunjukkannilaiminimumsebesar0,54dannilaimaksimumnyasebesar 2,42.Rata-rataUkuranPerusahaanbernilai2.7347denganstandardeviasi 0.09518sertajumlah pengamatan sebanyak 69 data.

4. Dewan Komisarismemilikinilaiminimum-1.79dannilaimaksimum-0.29.Rata-rata nilai Dewan komisaris sebesar -0.9581denganstandar deviasi0.27821serta jumlah pengamatannyaberjumlah 69 data.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garisdiagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.


(30)

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal.

Histogram

Gambar 4.1

Grafik Histogram (Data Asli) Sumber: Data sekunder diolah

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekatinormal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya datahanya dilihat dari grafik histogram, namun hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkandistribusi


(31)

kumulatif dari distribusi normal.Uji normalitas dengan melihat Normal Probability Plot dapat dillihat padagambar 4.2 berikut:

Probability Plot

Gambar 4.2

Normal Probability Plot (Data Asli) Sumber: Data sekunder diolah

Grafik Normal Probability Plot pada gambar 4.2 di atas menunjukkan data terdistribusi mendekati normal karenadistribusi data residualnya mengikuti arah garis diagonal(garis normal).

2. Analisis statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat pula dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji


(32)

Kolmogorov-Smirnov (K-S test). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Data Asli)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.46147752 Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .107

Negative -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .887

Asymp. Sig. (2-tailed) .411

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal.Hal ini ditunjukkan oleh nilaisignifikansi diatas 0.05 yaitu sebesar 0.411.

b.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independennya.Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation


(33)

Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%, Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006).Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah

ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics tolerance VIF (Constant)

Corporate Governance Ukuran Perusahaan Dewan komisaris

0,955 1,047 0,956 1,046 0,968 1,033

Sumber: Data sekunder diolah

` Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF >10. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.3 menunjukkan VIF memiliki nilai < 10 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas antar variabel pada model regresi penelitian ini.Hal tersebut menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan tidak ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen.

c.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik Scatter-Plot antara nilai prediksi variabel terkait


(34)

(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dari grafik Scatter-Plot pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menyimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik Scatter-Plot berikut ini :

Scatter-Plot

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Sumber: Data sekunder diolah

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.Uji autokorelasi


(35)

dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dengan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model Durbin-Watson

1 2,255

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini sebesar 2,255. Nilai D-W tersebut berada di antara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan menunjukkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.

4.2.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba baik secara simultan maupun parsial.

a. Uji t (Uji Parsial)

Ujistatistik tdilakukan untuk mengujipengaruh variabelCorporate governance, ukuran perusahaan dan Dewan


(36)

Komisarisberpengaruhsecara parsialterhadap manajemen laba. Hasil uji t padapenelitian ini dapat dilihat padaTabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.5 Hasil Uji t

Model T Sig

(Constant)

Corporate Governance Ukuran Perusahaan Dewan komisaris

0,891 0,376 1,846 0,069 -0,744 0,460 0,404 0,687

a. Dependent Variable: S.DA

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil uji t yang terdapat pada tabel di atas maka pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial secara parsial terhadap manajemen laba dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Variabel Corporate Governance memiliki nilai signifikan sebesar 0,069 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel CG tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan sebesar 0,460 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel UP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Variabel dewan komisaris memiliki nilai signifikan sebesar 0,687 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel DK tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


(37)

b.Uji signifikansi Simultan (uji –F)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji statistik F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Anova

Model Sig

Regression Residual Total

0.221

Dari hasil uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fsig sebesar 0,221 lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa Corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris secara simultan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

c.Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Ada dua pilihan, memakai R Square atau memakai Adjusted R Square.Apabila jumlah variabel lebih dari dua maka digunakan Adjusted R Square. Untuk melihat kekuatan hubungan antar variabel ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :


(38)

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,65 atau 65% artinya variabel independen yang terdiri dari corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris dapat menjelaskan manajemen laba sebesar 65% dan sisanya sebesar 35% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Sedangkan nilai Adjusted R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,22 berarti 22% manajemen laba mampu diprediksikan oleh corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris sisanya 78% merupakan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan lebih dari 2 variabel maka nilai yang digunakan sebagai koefisien determinasi adalah 65%.

4.3 Analisis Regresi Berganda

Hasilpengujianpadamodelregresilinierbergandadalampenelitianini dapat dilihat padaTabel 4.5 berikut :

Tabel 4.8

Persamaan Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized

Coefficients

(Constant) Corporate governance

Ukuran Perusahaan Dewan komisaris

B Std Error 4,827 5,415 0,577 0,313 -1,449 1,948 0,268 0,268 Model R R Square Adjusted R Square


(39)

Dari tabel tersebut, maka model regresi berganda antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan berikut ini :

Y = 4,827+ 0,577 X1 +-1,449 X2 + 0,268 X3 + e

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel corporate governance (X1) , ukuran perusahaan (X2) dan dewan komisaris (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba (Y).

4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil uji statistik t dapat dilihat pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba

Hasil uji regresi mengenai pengaruh variabel CG terhadap manajemen laba dapat dilihat dari nilai signifikan CG sebesar 0,069 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa variabel CG tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel CG bukan merupakan variabel yang dapat mempengaruhi manajemen laba perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan seberapapun besar corporae governance tidak akan mempengaruhi besarnya manajemen laba yang dilakukan pihak manajer perusahaan. Rata-rata corporate governance yang masih relatif kecil menyebabkan corporate governance belum dapat memberikan pengaruh


(40)

yang signifikan terhadap manajemen laba perusahaan.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya dimana penelitian sebelumnya menemukan tidak adanya pengaruh signifikan antara corporate governance terhadap manajemen laba maruf (2005) dan Rudi (2007).

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Hasil uji regresi mengenai pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dapat dilihat dari nilai signifikan UP sebesar 0,0,460 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa variabel UP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel UP merupakan variabel yang tidak dapat mempengaruhi manajemen laba perusahaan.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu Fanny difianti (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Pengaruh dewan komisaris terhadap Manajemen Laba

Hasil uji regresi mengenai pengaruh variabel dewan komisaris terhadap manajemen laba dapat dilihat dari nilai signifikan KM sebesar 0,687 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel dewan komisaris merupakan variabel yang tidak mempengaruhi manajemen laba perusahaan.Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yaitu Fanny difianti (2014)yang menemukan bahwa


(41)

dewan komisaris merupakan variabel yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Berdasarkan penjelasan di atas, H1 : Corporate governancetidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governancetidak berpengaruh secara individual atau parsial terhadap manajemen laba, H2 : ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governance tidak berpengaruh secara individual atau parsial, H3 : Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governance tidak berpengaruh secara individual atau parsial.

Berdasarkan hasil uji statistik F yang dilakukan diketahui bahwa nilai F sebesar 41,021 dengan nilai F signifikansi sebesar 0,221 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris secara simultan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini secara simultan dapat diperbandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dimana terdapat persamaan hasil uji yaitu secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi tidak variabel dependen Fanny difianti (2014).

Berdasarkan penjelasan di atas, H4 :Corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara simultan diterima.


(42)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1.Berdasarkan pengujian secara parsial didapat hasil sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa sekalipun informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen lebih banyak dibanding pihak lain, hal ini tidak menjadikan manajer perusahaan tersebut melakukan tindakan manajemen laba.

2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya perusahaan tidak mempengaruhi tindakan perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

3. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa tingkat dewan komisaris tidak menjadi alasan bagi pihak komisaris untuk melakukan manajemen laba.


(43)

Berdasarkan penjelasan di atas, H1 : Corporate governance tidakberpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governance tidak berpengaruh secara individual atau parsial terhadap manajemen laba, H2 : ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governance tidak berpengaruh secara individual atau parsial, H3 : Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba secara parsial ditolak karena variabel Corporate governance tidak berpengaruh secara individual atau parsial.

2.Secara simultan variabel asimetri informasi (X1), ukuran perusahaan (X2) dan kepemilikan manajerial (X3) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (Y) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

Berdasarkan penjelasan di atas, H2 : Asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba secara simultan diterima.

5.2 Keterbatasan dan Saran 5.2.1 Keterbatasan

Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan interpretasi data adalah sebagai berikut:


(44)

1. Objek penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan sector property dan real estate saja sehingga data bersifat homogeny dan kurang digeneralisasi.

2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 variabel dimana hanya satu variabel yang mempengaruhi manajemen laba.

3. Penelitian ini hanya mengguanakan tiga variable independen yaitu Corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris padahal masih banyak variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi manajemen laba.

4. Penggunaanmodel untuk mendeteksimanajemenlabadalam penelitianini mungkinbelummampumendeteksimanajemen laba dengan baik sehingga masih memerlukanjustifikasimodellainterutamauntukmencari

discretionaryaccrualnya. 5.2.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, maka adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini untukmengembangkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dalampenelitianselanjutnyadiharapkanmenambahkanvariablela in seperti kinerja masa kini, leverage, mekanisme kualitas audit atau struktur kepemilikan. selain itu memperpanjang periode dalam penelitian.


(45)

2. Selain itu diharapkan untuk memperpanjang periode dalam penelitian dan mengganti sampel perusahaan untuk memperkuat pengamatan.

3. Perlunya mempertimbangkanmodelberbedayang

akandigunakan dalam menentukandiscretionaryaccrualsehinggadapatmelihatadanya

manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda. .


(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Teori Agensi

Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Teori agensi terfokus pada dua individu yaitu prinsipal dan agen. Teori keagenan adalah teori yang menggambarkan hubungan antara pihak agen dan pihak prinsipal dengan membuat kontrak yang menyatakan bahwa prinsipal akan menggunakan jasa agen untuk menjalankan perusahan dengan memisahkan kepemilikan dan kontrol perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).

Manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya memiliki lebih banyak informasi seputar perusahaan daripada pemilik perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk kemajuan perusahaan di masa depan, manajer wajib memberikan signal kepada pemilik. Namun, informasi yang disampaikan manajer seringkali tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Lambert, 2001).Dalam model keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal, dan dapat memuaskan serta menjamin agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan.


(47)

Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak pada maksimalisasi manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala (constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh manajemen (agent). Karena kepentingan yang berbeda sering muncul konflik kepentingan antara pemegang saham/ pemilik (principal) dengan manajemen (agent).

Karena perbedaan kepentingan inilah masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan pribadi. Prinsipal menginginkan return yang besar dan cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian dividen. Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat insentif yang tinggi, manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam kinerja manajer.

2.2.Manajemen Laba

a. Defenisi Manajemen Laba

Fisher dan Rosenzweig (1995) Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabakan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan transaksi penataan untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi


(48)

yang mendasari perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan (Bukit,2009).

Motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah adanya program bonus, perusahaan akan go public, motivasi perjanjian utang, pergantian CEO,meningkatkan kepercayaan kreditor dan investor, ataupun menghindari pajak dan kebijakaan pemerintah (Scoot, 2006). Menurut Scoot (2006), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Manajemen memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang dilaporkan.

b. Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Manajemen Laba

Menurut Rahmawati dan Qomariyah (2006) ada tiga hipotesis yang mendorong terjadinya manajemen laba, yaitu:

1) Bonus Plan Hypothesis Perusahaan yang memberikan bonus kepada manajernya berdasarkan laba yang diperoleh akan mendorong manajer memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba agar manajer tersebut memperoleh bonus yang tinggi.

2) Debt Covenant Hypothesis Manajer yang ingin menjaga nama baik terhadap pihak luar dengan tidak melanggar perjajnjian kredit, akan menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.


(49)

3) Polytical Cost Hypothesis Manajemen laba dapat juga dilakukan karena alasan pajak, laba yang tinggi akan meningkatkan pajak penghasilanperusahaan.

Oleh karen itu perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang menurunkan laba.Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya manajemen laba semuanya karena keadaan dan tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh manajer perusahaan. Manajer perusahaan akan menaikkan laba jika dalam keadaan ingin memperoleh insentif atau bonus atas kinerjanya, ingin menjaga nama baik perusahaan terhadap pihak kreditur agar tetap diberikan pinjaman, dalam masa-masa-masa akan pensiunnya CEO agar mendapat bonus, dan pada saat penawaran perdana saham agar harga saham perusahaan tersebut naik. Dan manajer perusahaan akan menurunkan laba misalnya untuk tujuan menurunkan pajak.

c. Teknik Manajemen Laba

Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat beberapa teknik yang mungkin dilakukan. Menurut Ayres (1994), teknik-teknik terebut adalah sebagai berikut:

1) Manajemen Akrual (Accrual Management)

Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (manager discretion). Contoh, memepercepat atau menunda pengakuan pendapatan


(50)

(revenue), menganggap sebagai suatu beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of an investnment)

2) Penerapan Kebijaksanaan Akuntansi Wajib (Adoption of mandotory Accouting changes)

Terkait dengan penerapan suatu kebijaksaan akuntansi yang wajib dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua pilihan yaitu apakah menerapkan lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksaan tersebut.

3) Perubahan Akuntansi Secara Sukarela (Voluntary Accounting Changes)

Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya menejer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang sesuai dengan prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

2.3.Corporate Governance

Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak (Putri W, 2006).


(51)

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2002) menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:

1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan atas, tranparansi, akuntablitas, reosponsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan.

2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

3) Mendorong pemegang saham, dewan komisaris, dan anggota direksi agar membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Prinsip-prinsip GCG menyangkut lima bidang utama: hak-hak para pemegang saham dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan (disclosure) yang


(52)

akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris maupun Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas prinsip-prinsip dapat dirangkum sebagai: perlakuan yang setara (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), dan independensi (Tjager et al., 2003).

2.4.Ukuran Perusahaan

Menurut Christina, (2011) Ukuran perusahaan merupakan salah satuindikator yang digunakan investor dalam menilai asset maupun kinerja perusahaan. Menurut FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 3 sebagai berikut: “Aktiva adalah manfaat ekonomis mendatang yang mungkin akan diperoleh atau dikendalikanoleh kesatuan ekonomi tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa yang lalu”.

Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik (Ekawati, 2006).

Menurut Nuryaman (2009), perusahaan yang berukuran besar memiliki basis kepentingan yang luas, sehingga berbagai kebijakan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik daripada perusahaan kecil. Dengan begitu publik lebih memerhatikan perusahaan dan bisa menekan tindakan manajemen laba.


(53)

2.5.Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2002). Namun dalam praktiknya, dewan komisaris hanya bersifat pasif bahkan tidak menjalankan tugas pengawasannya sama sekali. FCGI (2002) menyatakan bahwa fakta di Indonesia menunjukkan banyak dewan komisaris yang memang tidak memiliki kemampuan dan tidak menunjukkan independensinya (sehingga dalam banyak kasus, dewan komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas).

Dewan komisaris memiliki tiga tanggung jawab besar dalam perusahaan, yaitu pertama bertanggung jawab atas arahan strategis bagi perusahaan (Cairnes 2003). Kedua memberikan nasehat dan landasan bagi terbentuknya jaringan dalam komunitas korporat. Ketiga, atas nama pemegang saham dewan komisaris melakukan fungsi monitoring terhadap eksekutif.

Menurut Sulistyanto (2008) dewan komisaris juga merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam menyediakan laporan keuangan yang reliable selain komite audit. Oleh sebab itu, keberadaan dewan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan dipakai sebagai ukuran tingkat rekayasa keuangan yang dilakukan seorang manajer.

Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman GCG Indonesia (2006) menyatakan bahwa komisaris independen adalah anggota dewan


(54)

komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri.

Beberapa kriteria lainnya mengenai komisaris independen adalah sebagai berikut:

a. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan.

b. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

c. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal

2.6.Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu beserta dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini:


(55)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Deni

Darmawati (2003)

Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu Studi Empiris Mekanisme GCG (pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional)

Hanya satu variabel dalam

mekanisme GCG, yaitu kualitas

hubungan perusahaan dengan

stakeholders yang berhubungan

negatif dengan praktik manajemen laba. Muhammad Maruf (2006) Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Go publik yang terdaftar di BEJ

Manajemen laba, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba, Marihot Nasution dan Doddy Setiawan (2007) Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di industri perbankan Indonesia Komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan

(1) komposisi dewan komisaris dan

ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba (2) komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Muh. Arif Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka (2007) Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Manajemen laba,kinerja keuanagan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif


(56)

komisaris independen, ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba, keberadaan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, ukuran

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen

laba, secara simultan kepemilikan

institusional, kepemilikan

manajerial, keberadaan komisaris

independen, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba Rudi Isnanta (2007) Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Manajemen laba, struktur kepemilikan, kinerja perusahaan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Nuryaman (2008) Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP) (1)Konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

(2) komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri


(57)

KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Fanny difianti (2014) Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar

di BEI Tahun 2010 – 2012 Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dewan komisaris, Manajemen laba

Pengungkapan CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA), Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba (DA), Dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap manjemen laba (DA),

Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta .Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit.Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Darmawati (2003) yang menggunakan variabel berupa pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional menemukan hasil


(58)

penelitian yang menyatakan bahwa hanya kualitas hubungan stakeholders yang memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.\

Ningsaptiti (2010) meneliti pada perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 111 sampel dengan tahun penelitian 2006-2008.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan semua variabel dari corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba. Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance dan

Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta .Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit.Variabel proporsi dewan komisaris dan komite audit.Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan.Penelitian ini dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan tahun pengamatan 2003-2006.Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba juga sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti.Hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan (2007) pada industri perbankan selama tahun pengamatan 2000-2004 menunjukkan bahwa komposisi dewan


(59)

komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008)

meneliti Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan menggunakan variabel Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP), hasilnya Konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Ujiyantho dan Pramuka (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba.

Sedangkan Simamora (2011) meneliti tentang kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan, hasil penelitiannya yaitu good corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi


(60)

komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.

Difianti (2014) meneliti tentang Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010–2012, hasil penelitiannya yaitu pengungkapan Corporate Governace, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

2.7.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah modal konseptual mengenai bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti identifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual, ditentukan bahwa variabel corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen.


(61)

Tabel 2.2

Kerangka Konseptual

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan yang diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan. Dalam hal ini perusahaan besar memiliki lebih banyak informasi ketimbang perusahaan kecil dan perusahaan besar lebih dominan disorot publik oleh karena itu manajemen laba akan sulit untuk dilakukan.

Manajemen Laba (Y) Corporate Governance (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)


(62)

Peranan dewan komisaris akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba. Dewan komisaris bertugas mengawasi keseimbangan kepentingan manajemen sehingga manajemen laba tidak akan terjadi. Dewan komisaris juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena apabila dewan komisaris menjalankan tugasnya dengan baik maka dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada perusahaan.

2.8.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa:

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dipegang oleh pihak manajemen perusahaan. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan jumlah kepemilikan saham manajemen. Kepemilikan manajerial yang lebih banyak akan berdampak pada keputusan yang diambil manajemen. Semakin banyak saham yang dimiliki manajemen akan berdampak baik pada keputusan yang diambil karena keputusan tersebut akan sejalan dengan kepentingan para

pemegang saham yang bukan manajemen.

Menurut Agustia (2013), variabel-variabel good corporate governance seperti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurut Wahyuni (2010), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara menurut Fauziyah


(63)

(2014), mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba.

H1a : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba 2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba

Menurut Christina, (2011) Ukuran perusahaan merupakan salah satuindikator yang digunakan investor dalam menilai asset maupun kinerja perusahaan. Menurut FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 3 sebagai berikut: “Aktiva adalah manfaat ekonomis mendatang yang mungkin akan diperoleh atau dikendalikanoleh kesatuan ekonomi tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa yang lalu”.

Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik (Ekawati, 2006).

Menurut Nuryaman (2009), perusahaan yang berukuran besar memiliki basis kepentingan yang luas, sehingga berbagai kebijakan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik daripada perusahaan kecil. Dengan begitu publik lebih memerhatikan perusahaan dan bisa menekan tindakan manajemen laba.

H2 : ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Manajemen laba

Dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi


(64)

dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2002). Namun dalam praktiknya, dewan komisaris hanya bersifat pasif bahkan tidak menjalankan tugas pengawasannya sama sekali. FCGI (2002) menyatakan bahwa fakta di Indonesia menunjukkan banyak dewan komisaris yang memang tidak memiliki kemampuan dan tidak menunjukkan independensinya (sehingga dalam banyak kasus, dewan komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas).

Dewan komisaris memiliki tiga tanggung jawab besar dalam perusahaan, yaitu pertama bertanggung jawab atas arahan strategis bagi perusahaan (Cairnes 2003). Kedua memberikan nasehat dan landasan bagi terbentuknya jaringan dalam komunitas korporat. Ketiga, atas nama pemegang saham dewan komisaris melakukan fungsi monitoring terhadap eksekutif.

Menurut Sulistyanto (2008) dewan komisaris juga merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam menyediakan laporan keuangan yang reliable selain komite audit. Oleh sebab itu, keberadaan dewan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan dipakai sebagai ukuran tingkat rekayasa keuangan yang dilakukan seorang manajer.

H3 : dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(65)

4. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Manajemen laba

Dari uraiantentangpengaruhCorporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan Komisaristerhadapmanajemenlaba di atasyangtelahdiuraikan,makajugadapatdisimpulkanbahwasecarasimultan, asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerialmemiliki pengaruh terhadapmanajemenlaba, dengan hipotesis sebagaiberikut:

H4: Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba


(66)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menilai sejauh mana tingkat kekuatan ataupun kesehatan perusahaan, maka sebaiknya seorang manajer keuangan dapat menilai dan menganalisis kinerja keuangan dari perusahaannya. Maka dari itu, laporan keuangan harus menyajikan secara wajar mengenai posisi keuangan, dan arus kas suatu entitas supaya tidak menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) tujuan umum dari laporan keuanganini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisikeuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),dan aruskas (cash flow) darientitas yang sangat berguna untuk membuat keputusanekonomis bagi para penggunanya. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas, yang terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya menjadi kepentingan banyak pihak.

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, masyarakat maupun pihak-pihak lainnya. Namun laporan keuangan sering kali disalahgunakan oleh pihak manajemen dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan, sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang


(67)

ditampilkan dalam laporan keuangan. Hal ini sering dikenal dengan manajemen laba.

Menurut Scott (2000) Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standard tertentu dengan tujuan memaksimisasi kesejahteraan pihak manajemen dan atau nilai pasar perusahan. Teori keagenan menggambarkan bahwa manajemen laba terjadi sebagai akibat dari kepentingan ekonomis yang berbeda antara manajemen selaku agen dan pemilik entitas selaku prinsipal. Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan atau menyebabkan asymmetry (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders) dan organisasi. (Ujiyantho dan Pramuka,2007).

Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen akrual dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: opportunistic dan signaling(Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic, manajemen melalui kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat menggambarkan laba yang sesungguhnya, maka laporan laba mengarah pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada overstate earnings mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan kontrak yang disepakati dengan pihak pemilik.

Pada motivasi signaling, manajemen menyajikan informasi keuangan (khususnya laba) diharapkan dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada


(68)

para pemegang saham. Laporan laba yang dapat memberikan sinyal kemakmuran adalah laba yang relatif tumbuh dan stabil (sustainable). Penman dan Zhang (2002) menyatakan bahwa sustainable earnings adalah laba yang mempunyai kualitas tinggi dan sebagai indikator future earnings; dan selanjutnya disebut sebagai persistensi laba (Dechow dan Dichev, 2002)

Berdasarkan PSAK No. 1 dan pernyataan Beaver (2002) dapat dinyatakan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen lebih banyak didasarkan pada manajemen akrual, dan lebih khusus lagi akrual diskresi. Kebijakan akrual diskresi yang dilakukan oleh manajemen membawa dua konsekuensi. Pertama, jika kebijakan tersebut membawa keinformasian laba, maka kebijakan tersebut akan meningkatkan kualitas laba, sehingga laba semakin persisten. Kedua, jika kebijakan tersebut tidak membawa keinformasian laba (uninformative earnings), maka kebijakan tersebut akan menurunkan kualitas laba, sehingga laba menjadi kabur (opaque).

Menurut (Sulystianto 2008:50) manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volalitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan- keputusan manajer.

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika


(69)

Serikat.Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financialreporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Panjaitan, 2009), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) juga pernah melakukan pelanggaran dengan menunda publikasi informasi material atas penurunan volume gas yang sudah diketahui manajemen sejak 12September 2006, tetapi baru dipublikasikan pada maret 2007 (Sulistiawan, 2011).

Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporategovernance. Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders (Tjager et al., 2003). Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004).

Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak (Putri, 2006).


(1)

v 4. Orangtua penulis tercinta, Bapak dan Ibu, Kasron Lubis dan Alm.Musripah Nasution, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta senantiasa selalu mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua adik penulis, Riski Amalia Lubis dan Nila Sari Lubisyang telah memberikan semangat, dukungan, dan doanya.Dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

5. Teman-temanseperjuangan Muhammad Yunus, Jauhar An Nahya, Abdul Rasid Hutagalung, Rizki Aditia Pratama, Pratanda Setiawan, Rahmansyah Panggabean, Hendra Suryadi, Rudi Hartono, Riza Yusuf, Rifki Amarullah Alris, Putri Trya,Juwita Dewi Purnama, Siti Nurhanifah.Terima kasih telah ada dan bersama-sama dengan penulis. Semoga Allah selalu menuntun jalan kita kedepannya.

6. Serta seluruh teman-temanMahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 yang telah bersama dengan penulisyang berjuang untuk mendapatkan ilmu bermanfaat agar kelak kita dapatmemberikan yang terbaik tidak hanya untuk diri sendiri melainkan jugauntuk bangsa dan tanah air.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna dengan segala keterbatasannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis sangat berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.


(2)

vi Medan, 04 Oktober 2016 Penulis,

NIM. 120503038 Riza Yusuf


(3)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi ... 10

2.1.2 Manajemen Laba ... 11

2.1.3 Corporate Governance ... 14

2.1.4 Ukuran Perusahaan ... 16

2.1.5 Dewan Komisaris ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 30

3.2 Jenis Data ... 30

3.3 Populasi ... 30

3.4 Sampel... 31

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6 Definisi Operasional Variabel 3.6.1 Variabel Dependen ... 33

3.6.2 Variabel Independen ... 34

3.7 Teknis Analisis 3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 38

3.5.2 Uji Hipotesis ... 43

3.5.3 Analisis Regresi Berganda ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 47

4.2 Analisis Data ... 48

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 48

4.2.2.Uji Asumsi Klasik ... 49


(4)

viii 4.2.3 Uji Hipotesis ... 55 4.3 Analisis Regresi Berganda ... 58 4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 59 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 62 5.2 Keterbatasan dan Saran

5.2.1 Keterbatasan ... 63 5.2.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN


(5)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3.1 Kerangka Konseptual ... 24

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 32

Tabel 3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 36

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Uji Watson ... 42

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 46

Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) ... 52

Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas ... 53

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 55

Tabel 4.5 Uji t ... 56

Tabel 4.6 Uji Anova ... 57

Tabel 4.7 Uji Determinasi ... 57

Tabel 4.8 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 58


(6)

x DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Histogram ... 51 4.2 Probability Plot ... 52 4.3 Grafik Scatterplot ... 54


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

2 38 113

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI

10 36 18

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

1 8 113

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

0 8 104

PENGARUH DER, NPM, ROA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG GO PUBLIK DI BEI.

0 2 92

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 12

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014

0 0 28

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 12