Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

SKRIPSI

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

OLEH

M DHANIE RACHMAN P 110503116

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 5 Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan,

M DhanieRachman P NIM. 110503116


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilkan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan

Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional baik secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013 dan sampel perusahaan diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan dari 47 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data diolah dengan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t untuk hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR tetapi secara parsial Kepemilikan Institusional berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CSR pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013

Kata Kunci : Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Corporate Social Responsibility (CSR), Property


(4)

ABSTARCT

EFFECT OF THE BOARD OF COMMISIONERS, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, INSTITUTIONAL OWNERSHIP STRUCTURE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) OF PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2011-2013

This research examines the impact given by The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure that either simultaneously and partially affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate company in Indonesian Stock Exchange in 2011-2013. Population of this research was taken from registered property and real estate company in Indonesia Stock Exchange form 2011-2013 and research sample was selected using purposive sampling method resulting 25 company chosen over 47 company as the research sampling. Data was processed by coefficient of determination test, F test, and t tes for hypothesis.

The result of this research showed that The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure are not simultaneously influence Corporate Social Responsibility but partially Institutional Ownership Structure has a negative and significant influence of Corporate Social Responsibility. While The Board of Commisioners and Independent Commisary Proportion that negatively affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate Company in Indonesian Stock Exchane in 2011-2013.

Keywords : The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion, Institusional Ownership Structure, Corporate Social Responsibility (CSR), Property and Real Estate.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya , hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” ini guna melengkapi tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, dukungan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak, terutama dari kedua orangtua Ayahanda Oloan Pasaribu, S.H., M.Kn dan Ibunda Sylvia Yuslinda Hasman, S.H., M.Kn yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, nasehat, serta doanya kepada penulis, semoga penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada adik penulis, M. Darry Aprilio Pasaribu yang selalu memberikan doa serta dukungannya kepada penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja`far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan Bapak Drs. Mhd. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.


(6)

5. Fatia Dinasya yang selalu memberikan semangat, perhatian dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabat penulis Akbar dan Zikri yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi

6. Teman-teman seperjuangan penulis Adrian, Reno, Beto, Erwin, Umar, Beginta, Reggy, Imam, Randi, Bang Ta, Hapis, Fani, Gracetian, Kaelvrin dan seluruh teman-teman S1 Akuntansi khususnya stambuk 2011 yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, 5 Oktober 2015 Penulis

M Dhanie Rachman P NIM. 110503116


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DARTAR TABEL ... viii

DARTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori ... 10

2.1.1 Corporate Social Responsibility ... 10

2.1.2 Pengungkapan CSR di Indonesia ... 12

2.1.3 Teori Agensi (Agency Theory) ... 17

2.1.4 Theory Stakeholders (Stakeholders Theory) ... 17

2.1.5 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 18

2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris ... 19

2.1.7 Proporsi Komisaris Independen ... 20

2.1.8 Kepemilikan Institusional ... 21

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian .... 32

3.5.1 Variabel Bebas (Independen Variable) ... 32

3.5.1.1 Ukuran Dewan Komisaris ... 32

3.5.2.2 Proporsi Komisaris Independen ... 33


(8)

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 33

3.6 Metode Analisis Data ... 36

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 36

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 36

3.6.2.1 Uji Normalitas Data ... 36

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas ... 37

3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 37

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 38

3.6.3 Pengujian Statistik ... 39

3.6.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 39

3.6.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3.6.3.3 Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 40

3.6.3.4 Uji Statistik t ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif ... 43

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 44

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 44

4.2.2 Uji Heterokedastisitas ... 47

4.2.3 Uji Multikolinearitas ... 48

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 49

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 50

4.4 Uji Hipotesis ... 51

4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 51

4.4.2 Uji F ... 52

4.4.3 Uji Statistik t ... 53

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel JudulHalaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Kriteria Sampel ... 29

3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 30

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.4 Tabel Durbin-Watson ... 38

4.1 Statistik Deskriptif ... 43

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48

4.4 Uji Durbin-Watson ... 49

4.5 Analisis Linear Berganda ... 50

4.6 Uji Koefisien Determinasi ... 52

4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 52


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar ... JudulHalaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 25

4.1 Grafik Histogram ... 46

4.2 Normal P-Plot ... 46


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No JudulHalaman

Lampiran I Data Variabel Penelitian ... 61

Lampiran II Hasil Uji SPSS ... 64

Lampiran III Tabel Durbin-Watson Signifikansi 5% ... 74


(12)

ABSTRAK

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilkan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) pada Perusahaan Property dan

Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional baik secara simultan maupun parsial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013 dan sampel perusahaan diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh 25 perusahan dari 47 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data diolah dengan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t untuk hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR tetapi secara parsial Kepemilikan Institusional berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap CSR pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013

Kata Kunci : Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Corporate Social Responsibility (CSR), Property


(13)

ABSTARCT

EFFECT OF THE BOARD OF COMMISIONERS, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, INSTITUTIONAL OWNERSHIP STRUCTURE ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) OF PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2011-2013

This research examines the impact given by The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure that either simultaneously and partially affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate company in Indonesian Stock Exchange in 2011-2013. Population of this research was taken from registered property and real estate company in Indonesia Stock Exchange form 2011-2013 and research sample was selected using purposive sampling method resulting 25 company chosen over 47 company as the research sampling. Data was processed by coefficient of determination test, F test, and t tes for hypothesis.

The result of this research showed that The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion and Institutional Ownership Structure are not simultaneously influence Corporate Social Responsibility but partially Institutional Ownership Structure has a negative and significant influence of Corporate Social Responsibility. While The Board of Commisioners and Independent Commisary Proportion that negatively affect Corporate Social Responsibility of Property and Real Estate Company in Indonesian Stock Exchane in 2011-2013.

Keywords : The Board of Commisioners, Independent Commisary Proportion, Institusional Ownership Structure, Corporate Social Responsibility (CSR), Property and Real Estate.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selama ini, masyarakat yang berada dilingkungan perusahaan mendapatkan banyak keuntungan. Perusahaan dapat memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk konsumsi, membayar pajak, memberi sumbangan bagi masyarakat sekitarnya, dan lain-lain. Namun dibalik keuntungan itu semua, keberadaan perusahaan juga banyak menimbulkan berbagai permasalahan, seperti polusi udara, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan dan bentuk negative lainnya.

Kasus free Port di Papua, Newmond di Sulawesi, Caltex di Riau, Nike di Amerika, Bhopal di India, Lapindo, serta kasus lain adalah bentuk ketimpangan industrialisasi (Wibisono, 2007). Heard dan Bolce (1972) berpendapat bahwa negative externalities benar-benar telah mengancam timbulnya polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi sampah nuklir, dan masih banyak lagi petaka sehingga menyebabkan stress mental dan gangguan pisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Chapra (1983) menuduh, perusahaan merupakan penyebab utama apa yamg sekarang disebut kesalahan alokasi sumber daya manusia dan alam.


(15)

Dalam beberapa dekade ini, tanggung jawab sosial perusahaan(Corporate Social responsibility)merupakan topik yang menarik untuk ditelaah lebih jauh.CSR adalah komitmen perusahaan yang menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan etika bisnis dan praktik bisnis yang berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.Hal ini berhubungan dengan perlakuan terhadap stakeholder baik yang berada di dalam dan diluar perusahaan dengan bertanggungjawab baik secara sosial maupun etika.CSR memiliki defenisi seperti halnya individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung intergritas, dan tidak korup.Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi suatu kebutuhan perusahaan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha berdasarkan prinsip kemitraan dan kerjasama (Departemen Sosial, 2007) dalam Ardilla (2011).Hal yang terpenting dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholderyang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya.

Terdapat dua Undang-Undang yang mengatur tentang CSR di Indonesia. Pertama, Pasal 15b Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menyatakan, bahwa setiap investor berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pasal ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada


(16)

perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, norma, dan budaya masyarakat.

Tanggung jawab sosial perusahaan juga dicantumkan dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang ini menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Ayat (2) pasal ini menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.Kemudian ayat (4) menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka Corporate Social Responsibility merupakan tindakan yang wajib bagi setiap perusahaan yang berada di Indonesia.

Corporate Social Responsibility (CSR) pada intinya adalah suatu usaha tanggung jawab perusahaan atau organisasi secara berkelanjutan atas dampak yang ditimbulkan dari keputusan dan aktifitas yang telah diambil dan direspon oleh organisasi tersebut, dimana dampak itu pastinya akan dirasakan atau berpengaruh kepada pihak-pihak lain terutama masyarakat dan lingkungan. Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah


(17)

untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibility dan transparansi perusahaan kepada investor danstakeholderslainnya.

Menurut Kotler dan Lee (2005) menyebutkan bahwa perusahaan akan terdorong untuk melakukan praktek dan pengungkapan CSR, karena memperoleh beberapa manfaat seperti peningkatan penjualan dan marketshare, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor dan analis keuangan.

Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usai untuk dikaji oleh para pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.Di dalam Corporate Governance terdapat ukuran dewan komisaris, indepensi dewan komisaris dan kepemilikan institusional yang menjadi variable bebas dari Corporate Governance tersebut.Pemahaman tentang praktek Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu.Corporate Governance merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk diteliti sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif manajemen.Hal tersebut memicu adanya pertanyaan tentang kecukupan Corporate Governance yang diterapkan perusahaan.

Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang


(18)

dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal perusahaan.

Komisaris Independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi atau tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali.Diharapkan keberadaan komisaris independen dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan sustainability report dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan dan tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial dan legitimasi perusahaan (Barnae dan Rubin, 2005). Dalam rangka penyelenggaraan Good Corporate Governance, perusahaan harus memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris.

Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh suatu institusi (oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pension, reksadana, dan institusi lain) dalam sebuah perusahaan., Et al (2010) menemukan adanya hubungan positif antara kepemilikan institusional dengan CSR. Hal tersebut karena institusi akan memantau perkembangan investasinya pada suatu perusahaan, yang akhirnya akan meningkatkan pengendalian yang tinggi atas tindakan manajemen.


(19)

Namun merupakan suatu kenyataan bahwa konsep Corporate Governance masih belum dipahami dengan baik oleh sebagian besar pelaku usaha.Tjager, et al (2003:4) menyatakan bahwa secara teoritis praktek GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor.

Penelitian Sembiring (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, namun variabel profitabilitas dan leverage perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sari (2015) menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia, sementara itu profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan ukuran dewan komisaris dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.

Kemudian penelitian Hartati (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan kepemilikan manajerial memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Atas dasar perbedaan


(20)

berbagai penelitian tersebut menguji kembali pengaruh karateristik perusahaan terhadap pengungkapan CSR untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan dengan judul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility tidak terlepas dari penerapan Corporate Governance.Pelaksanaan GCG sebagai suatu bentuk pengawasan yang dapat mengontrol tindakan para pengelola perusahaan agar tidak menyimpang.Yang pada akhirnya dapat meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan.Karateristik Corporate Governance seperti ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional termasuk pihak yang berperan dalam Corporate Governance yang dapat mempengarauhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(21)

1. Apakah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan CSR di Indonesia?

2. Apakah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memberi gambaran mengenai praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Mengetahui pengaruh karateristik perusahaan (ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional) terhadap pengungkapan Corporate Social responsibility pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat member manfaat bagi pihak-pihak yang menggunakannya, antara lain:


(22)

1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi mengenai karateristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Bagi pihak stakeholder perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

3. Bagi calon investor, diharapkan penelitian ini dapatmemberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.

4. Bagi akademisi, memberikan informasi bahwa karateristik Corporate Governance (ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional) merupakan faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikarenakan akan legitimasi perusahaan di dalam masyarakat dan menjadi referensi guna melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

Pada umumnya, CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan masyarakat yang dapat dilakukan dengan cara melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat yang berada di sekitar lingkungan perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bsinis yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, konsumen dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008).

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan (Kotler dan Lee, 2005). Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainableakan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat (Wibisono, 2007).


(24)

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya Making Good Business Sensemendefinisikan CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Menurut Global Compact Initiative (2002), pemahaman CSR mencakup 3P yaitu profit, people, planet. Konsep ini memuat pengertian bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin keberlangsungan hidup (planet) (Dahlia dan Siregar, 2008). Dengan begitu perusahaan yang menggunakan praktik CSR dengan benar, pasti akan peduli dengan lingkungan sekitar. Dengan cara itu pula suatu perusahaan dapat dikenal oleh masyarakat luas sehingga diakui keberadaannya.

Secara garis besar manfaat Corporate Social Responsibility adalah

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial


(25)

4. Melebarkan akses sumber dayabagi operasional perusahaan

5. Membuka peluang pasar yang lebih besar

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dengan pembuangan limbah

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

10. Peluang mendapatkan penghargaan

2.1.2 Pengungkapan CSR di Indonesia

Menurut Hendriksen (2006) pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Pengungkapan tanggung jawab sosial atau Corporate Social Reporting (CSR) menurut Gray et al (1987) adalah pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat.

Siagian dan Suriadi (2010 : 29) menyatakan bahwa

Disatu sisi, implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih dijalankan (dengan relative baik) oleh segelintir perusahaan. Artinya, masih jauh lebih panjang daftar


(26)

perusahaan yang sama sekali belum melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa kewajiban tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Di sisi lain, hingga saat ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekalibelum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme memberikan sanksi kepada perusahaan yang lalai akan tanggung jawab sosialnya pun tampak nya belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan

Perusahaan dalam operasi usahanya pasti membawa dampak bagi lingkungan sekitar.Dampak negatif seperti polusi udara, pencemaran limbah, penggundulan hutan, dan sebagainya menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat.Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, maka perusahaan melaksanakan kegiatan pertanggungjawaban sosial.Dengan adanya kegiatan tanggung jawab sosial ini maka perusahaan ikut peduli terhadap kesejahteraan masyarakat serta lingkungan hidup di sekitar. Agar masyarakat dapat mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan, maka perlu adanya pengungkapan tanggung jawab sosial, pengungkapan ini tercantum dalam laporan tahunan perusahaan.

Di Indonesia regulasi mengenai CSR diatur oleh pemerintah sejak tahun 1994 dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 316/KMK 016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi oleh Badan Usaha Milik Negara, yang kemudian dikukuhkan lagi dengan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara no.


(27)

Kep-236/MBU/2003 menetapkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1% sampai dengan 3% untuk menjalankan CSR.

Pasal 15b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa setiap investor berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat.

Tanggung jawab sosial perusahaan juga tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas.Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang ini menyatakan perseoran yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Ayat (2) pasal ini menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.Kemudian ayat (4) menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan


(28)

lingkungan dengan Peraturan Pemerintah.Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka CSR merupakan tindakan wajib bagi setiap perusahaan di Indonesia.

Peraturan mengenai CSR, antara lain:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3. Undang-Undang repunlik Indonesia No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan

4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1999 Tentang Praktek Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

5. Dan lain-lain.

Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban setiap badan usaha yang ada di Indonesia.

Metode yang sering dipergunakan dalam menilai Corporate Social Responsibility adalah metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau check listyang didalamnya terdapat 32 indikator(Anggraini, 2011).


(29)

Permatasari (2010) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Pertanggungjawaban Sosial adalah:

1. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (8 indikator)

2. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya (3 indikator).

3. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut.Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi, dan lainnya (13 indikator).

4. Lingkungan Hidup

Tema ini meliputi akses lingkungan dan proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konservasi sumber daya alam (7 indikator).


(30)

2.1.3 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori ini memposisikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal dan pada umumnya prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan.Teori ini menjelaskan agen (manajemen) bekerja untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka adalah memberikan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

2.1.4 Teori Stakeholders (Stakeholders Theory)

Definisi dari stakeholdermerupakan pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.Di dalam suatu organisasi memiliki banyak stakeholderseperti karyawan, masyarakat, negara, supplier, pasar modal, pesaing, badan industri, pemerintah asing dan lain-lain. Hal pertama mengenai stakeholderadalah bahwa ia adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungan yang mengakui sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.

Teori stakeholderberhubungan langsung dengan model akuntabilitas.Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas.Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap


(31)

stakeholdernya.Sifat dari akuntabilitas ini ditentukan oleh hubungan antara stakeholder dan organisasi.Robert (1992) menyatakan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang penting bagi perusahaan untuk menegoisasikan hubungan dengan stakeholdernya.

2.1.5 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Menurut Houston (2009 : 444) teori sinyal adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi para investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Secara umum, teori sinyal berkaitan dengan pemahaman tentang bagaimana suatu sinyal sangat bernilai atau bermanfaat sementara sinyal yang lain tidak berguna. Teori sinyal mencermati bagaimana sinyal berkaitan dengan kualitas yang dicerminkan di dalamnya dan elemen-elemen apa saja


(32)

dari sinyal atau komunitas sekitarnya yang membuat sinyal tersebut agar meyakinkan dan menarik. Teori sinyal menyatakan bahwa manajer (agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau fasilitas tertentu yang menyiratkan kualitas perusahaannya. Jika pemegang saham atau investor tidak mencoba mencari informasi terkait dengan sinyal, mereka tidak akan mampu mengambil manfaat maksimal.

2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisis individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jensen, 1983, dalam Sitepu, 2008)

Mulyadi (2002) mendefinisikan dewan komisaris sebagai wakil dari shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum atau perseroan terbatas yang memiliki fungsi untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen sudah memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.Dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan


(33)

tanggung jawab sosial karena dewan komisaris merupakan wakil dari prinsipal yang menjadi pelaksana tertinggi di perusahaan (Fahrizqi, 2010).

Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Jika semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.1.7 Proporsi Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang megawasi pengelola perusahaan. Pada intinya komisaris independen merupakan suatu mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (Surya dan Yustiavandana, 2008)

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007).Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor.Untuk mengatasinya dewan komisaris


(34)

diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan.Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa non-executivedirector (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat dan masukan kepada manajemen.

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris.

2.1.8 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan besarnya jumlah kepemilkan saham oleh institusi (yang dimaksud institusi yaitu pemerintah, perusahaan asing dan lembagakeuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dan dana pensiun) yang terdapat pada perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oppoturnistik manajer. Perusaahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari


(35)

5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arif, 2006). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.

Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006).Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Novita dan Djakman, 2008).Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sari (2015) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian yang


(36)

dilakukan oleh Sari (2015) berbeda dengan penelitian Sembiring (2005) yang menyatakan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap CSR.

Penelitian hartati (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifkan sedangkan dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1 Sari (2015) Analisis

Pengaruh Karateristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Karateristik Perusahaan Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

faktor ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia. Sementara

itu, faktor profitabilitas, leverage, struktur kepemilkan, ukuran dewan komisaris dan

likuiditas tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan di Indonesia

2 Sembiring (2005) Karateristik Perusahaan dan Pengungkapan Variabel Independen: Ukuran Perusahaan,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran


(37)

Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Profitabilitas, Profile, Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Variabel Dependen: Corporate Social Responsibilit y (CSR) dewan komisaris memberikan pengaruh positif terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan, namun variabel profitabilitas

dan leverage

perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan

3 Hartati (2012) Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia (2007-2010) Variabel Independen: GCG, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Variabel Dependen: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional

memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial, dewan komisaris independen

memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial dan kepemilikan manajerial memberikan

pengaruh positif yang

tidak signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.


(38)

2.3 Kerangka Konseptual

Erlina (2008:38) menyatakan “kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.” Kerangka konseptual akan menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini juga akan terjadi apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran dari variabel tersebut harus dijelaskan.

Untuk membantu memahami pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka diperlukan suatu kerangka pemikiran.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, penulis mengindikasi variabel independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional.

Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut:


(39)

H1

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari kerangka di atas dapat dirumuskan bahwa semua variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR

Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah mengendalikan Chief Executives

Ukuran Dewan Komisaris (X1)

Proporsi Komisaris Independen (X2)

Kepemilikan Institusional (X3)

Corporate Social Responsibility (Y)


(40)

Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Perusahaan dengan ukuran dewan komisaris yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka semakinluas perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.

b. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap CSR

Menurut Webb (2004) dalam Said. Et. Al (2009) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen memainkan peran penting dalam meningkatkan image perusahaan.Oleh karena itu, dewan komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya karena hal tersebut dapat meningkatkan image perusahaan di mata masyarakat.

c. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap CSR

Shleifer dan Vishny (1986) mengungkapkan bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.Kepemilikan institusional umunya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oppoturnistik manajer.


(41)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008) Hipotesis merupakan preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi norma-norma. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional berpengaruh secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility

H2: Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional berpengaruh secara simultan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif kausal, menurut Sugiyono (2006:11) asosiatif kausal adalah “ penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variable dengan variable lainnya atau bagaimana suatu variable mempengaruhi variable lain”. Dalam penelitian ini terdapat variable dependen (dipengaruhi) dan variable independen (mempengaruhi).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 :61). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam perusahaan Property dan Real Estateyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2013 yaitu sebanyak 46 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011 : 62)

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011 : 68). Seleksi sampel menggunakan kriteria tertentu yang


(43)

ditentukan peneliti pada awal penelitian.Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI dan tidakdidelisting selama tahun 2011-2013

2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan secara lengkap untuk tahun 2011-2013

3. Dalam laporan tersebut, tercantum laporan pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 3.1 Kriteria Sampel

No. Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013

47 2 Perusahaaan tersebut menyajikan laporan tahunan

secara lengkap untuk tahun 2011-2013

36 3 Dalam laporan tersebut, tercantum laporan

pengungkapan Corporate Social Responsibilitysecara lengkap untuk tahun 2011-2013

25

Jumlah Sampel 25

Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menetapkan sebanyak 25sampel perusahaan yang masuk ke dalam data sampel penelitian. Daftar nama perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:


(44)

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian No Kode Nama Perusahaan

Kriteria

Sampel

1 2 3

1. APLN Agung Podomoro Land Tbk

√ √ √ 1

2. ASRI Alam Sutera Reality Tbk √ √ √ 2

3. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √ √ -

4. BCIP Bumi Citra Permai Tbk √ √ √ 3

5. BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk

√ √ -

6. BIPP Bhuawanatala Indah

Permai Tbk

√ √ -

7. BKDP Bukit Darmo Property Tbk √ - -

8. BKSL Sentul City Tbk √ √ √ 4

9. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √ - -

10. COWL Cowell Development Tbk √ √ -

11. CTRA Ciputra Development Tbk √ √ -

12. CTRP Ciputra Property Tbk √ √ √ 5

13. CTRS Ciputra Surya Tbk √ √ √ 6

14 DART Duta Anggada Realty Tbk √ √ √ 7

15. DILD Intiland Development Tbk √ √ √ 8

16. DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 9

17. ELTY Bakrieland Development Tbk

√ √ √ 10

18. EMDE Megapolitan Development Tbk

√ √ √ 11

19. FMII Fortune Mate Indonesia Tbk

√ √ √ 12

20. GAMA Gading Development Tbk √ - -

21. GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk

√ √ √ 13

22. GPRA Perdana Gapura Prima Tbk

√ √ √ 14

23. GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √ √ √ 15

24. JRPT Jaya Real Property Tbk √ - -

25. KIJA Kawasan Industri

Jababeka Tbk

√ √ √ 16

26. KPIG Global Land and

Development Tbk


(45)

27. LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ -

28. LCGP Laguna Cipta Griya Tbk √ √ -

29. LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √ √ 17

30. LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √ √ 18

31. MDLN Modernland Realty Tbk √ - -

32. MKPI Metropolitan Kentjana Tbk

√ - -

33. MTLA Metropolitan Land Tbk √ √ √ 19

34. MTSM Metro Realty Tbk √ √ -

35. NIRO Nirvana Development Tbk √ - -

36. OMRE Indonesia Prima Property Tbk

√ √ √ 20

37. PPRO PP Property Tbk √ - -

38. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk

√ √ √ 21

39. PUDP Pudjiati Prestige Tbk √ √ √ 22

40. PWON Pakuwon Jati Tbk √ √ √ 23

41. RBMS Rista BIntang Mahota Sejati Tbk

√ √ √ 24

42. RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ -

43. RODA Pikko Land Development Tbk

√ √ -

44. SCBD Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 25

45. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk

√ √ -

46. SMRA Summarecon Agung Tbk √ - -

47. TARA Sitara Propertindo Tbk √ - -

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numeric.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia.Data sekunder merupakan data


(46)

yang telah diolah dan disajikan kembali. Data yang diperoleh merupakan kombinasi dari data time series dan cross section.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap pertama peneliti akan melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literartur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua diperoleh dari

media internet melalui situs

dipublikasikan yang kemudian diolah dengan menggunakan software pengelolah data statistik untuk dianalisis serta dapat diambil kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen (bebas), adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) (Sugiyono, 2006:3).Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan kepemilikan institusional. Variabel independen disimbolkan dengan “X”

3.5.1.1 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan wakil pemegang saham pada suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas (Mulyadi,


(47)

2002:185).Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Rumus Ukuran Dewan Komisaris (Fahrizqi, 2010) :

UDK = ∑Dewan Komisaris Perusahaan

3.5.1.2 Proporsi Komisaris Independen

Proporsi komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.Rumus proporsi komisaris independen :

Proporsi Komisaris Independen =

Jumlahanggota komisarisindependen Jumlahanggotaseluruh

dewankomisaris

x 100%

3.5.1.3 Kepemilikan Institusional

Besarnya jumlah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, danapension, dan asset management. Rumus dapat digambarkan sebagai berikut :


(48)

Kepemilikan Institusional =

Jumlahkepemilikansaham olehpihakinstitusional

Jumlahsahamyangberedar x100% 3.5.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:3).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan.Variabel dependen disimbolkan dengan “Y”.

Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan 32 indikator yaitu metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau check list. Metode checklist dilakukan dengan melihat ada tidaknya keberadaan suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan perusahaan. Bila item informasi yang ditentukan tersebut ada dalam laporan keuangan, maka diberi skor 1, dan apabila item informasi tersebut tidak ada dalam laporan keuangan, maka diberi skor 0. Total checklist dihitung untuk mendapatkan jumlah seluruh item yang diungkapkan setiap perusahaan. Selanjutnya digunakan rumus untuk mendapatkan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibilityindex) dari setiap sampel. Rumusnya adalah sebagai berikut:

CSRIj= ∑Xij nj


(49)

Keterangan:

CSRIj = Corporate Social Responsibility Index Perusahaan j

nj = Jumlah item perusahaan j, nj ≤

X ij = Dummy variabel:1 = jika item ini diungkapkan; 0 jika item

ini tidak diungkapkan, dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1

Tabel 3.3

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi

operasional

Pengukuran Skala

Data Sumber Data Variabel Dependen : Corporate social Responsibility Informasi sosial yang diungkapka n oleh perusahaan pada laporan tahunan

Jumlah item yang diungkapkan perusahaan / jumlah item yang diharapkan

Rasio Annual report Variabel Independen: Ukuran Dewan Komisaris (X1)

Wakil pemegang saham pada suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas

� komisarisdewan perusahaan

Rasio Annual report

Proporsi Komisaris Independen (X2)

Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen �����ℎ������� ��������� ���������� �����ℎ������ℎ ������� �������������� x100%

Rasio Annual report


(50)

Kepemilikan institusional Besarnya jumlah kepemilika n saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan �����ℎ����������� ��ℎ�����ℎ ��ℎ��������������� �����ℎ��ℎ�� ����������� x100%

Rasio Annual report

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum, sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

3.6.2 Pengujian Asumsi Klasik

Tujuan dari pengujian asumsi klasik adalah untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Erlina, 2008 :102). Pengujian analisis regresi harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas dalam autokorelasi, heterosdatisitas, dan asumsi klasik lainnya agar pengujian tidak bersifat bias dan efisien (Marpaung, 2010).


(51)

3.6.2.1 Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regres variabel pengganggu atau residual memiliki retribusi normal.Uji ini berguna untuk tahap awal metode pemilihan analisis data. Metode yang dipakai dalam mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2013)

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan metode VIF (Variance Inflaction Factor).Nilai TOL berkebalikan dengan nilai VIF.TOL adalah besarnya variasi dari suatu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tol yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut offyang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah TOL<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2013:105).


(52)

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variancedari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2013 :139)

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diunitkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section).Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresilinear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013: 110). Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang terdapat pada table 3.3.


(53)

Tabel 3.4 Tabel Durbin-Watson

Kondisi Nilai

Ada autokorelasi D-W dibawah -2

Tidak ada autokorelasi D-W diantara -2 s.d +2 Ada autokorelasi negative D-W di atas +2

3.6.3 Pengujian Statistik

3.6.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas.Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji.Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah. Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu vaiabel dapat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dimana Corporate Social Responsibilitysebagai variabel dependen sedangkan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, dan Kepemilikan Institusional sebagai variabel independen


(54)

Keterangan:

Y = Corporate Social Responsibility

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Ukuran Dewan Komisaris

X2 = Proporsi Komisaris Independen

X3 = Kepemilikan Institusional

e = Tingkat kesalahan atau error

3.6.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pada model linier berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel independen terhadap variabel dependennya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤ R2 ≥ 1).Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2013).Jika R2 yang diperoleh mendekati1 maka dapat dikatakan semakin kuat model


(55)

tersebut menerangkan hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

3.6.3.3 Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara

signifikan dari variabel independen secara bersama-sama.

2. Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan

dari variabel bebas secara bersama-sama.

3. Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 0,05 ( �= 5%).

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung <F tabel. Artinya

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.


(56)

2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel. Artinya

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3.4 Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Adapun hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut:

1. H0 = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari

variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Ha = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel

independen terhadapvariabel dependen.

3. Menentukan tingkat signifikan � sebesar 0,05 (5%)

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, artinya variabel

independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2. H1 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, artinya variabel


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran dari data yang dipakai di dalam penelitian. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai standart deviation, dan nilai variance dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Berikut tabel statistic dari variabel-variabel yang digunakan:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

Ukuran Dewan Komisaris

Proporsi Komisaris Independen

Kepemilikan Institusional

Corporate Social Responsibility

Valid N (listwise)

N Statistic 75 75 75 75 75

Minimum Statistic 2,00 ,20 ,15 ,06

Maximum Statistic 10,00 ,75 ,96 ,53

Mean

Statistic 4,4667 ,3993 ,6184 ,2828

Std.

Error ,20298 ,01327 ,02864 ,01191

Std. Deviation Statistic 1,75787 ,11493 ,24801 ,10316

Variance Statistic 3,090 ,013 ,062 ,011


(58)

1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai minimum 2.00 dan nilai maksimum 10.00 dengan nilai rata-rata 4,4667 dan standar deviasi 1,75787 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.

2. Variabel Proporsi Komisaris Independen memiliki nilai minimum 0,20 dan nilai maksimum 0,75 dengan nilai rata-rata 0,3993 dan standar deviasi 0,11493 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.

3. Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai minimum 0,15 dan nilai maksimum 0,96 dengan nilai rata-rata 0,6184 dan standar deviasi 0,24801 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.

4. Variabel Corporate Social Responsibility memiliki nilai minimum 0,06 dan nilai maksimum 0,53 dengan nilai rata-rata 0,2828 dan standar deviasi 0,10316 dengan jumlah pengamatan sebanyak 75 data.

4.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan distribusi data yang digunakan oleh peneliti. Uji dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametc Kolmogrov-Smirnov (K-S), grafik histogram, dan grafik normal plot. Berikut hasil uji normalitas data peneliti dengan statistik non parametic Kolmogrov-Smirnov (K-S):


(59)

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation ,09846787

Most Extreme Differences

Absolute ,068

Positive ,068

Negative -,058

Kolmogorov-Smirnov Z ,586

Asymp. Sig. (2-tailed) ,882

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil dari tes Kolmogrov-Smirnov di atas menunjukkan bahwa setiap variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki data yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian memiliki nilai signifikansi 0,882 atau >0,05, sehingga data secara positif dapat dikategorikan normal. Selain Tes Kolmogrov-Smirnov, grafik histogram dan grafik normal plot juga digunakan dalam menguji normalitas data. Berikut grafik histogram dan normal plot:


(60)

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(61)

Dari kedua grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang digunakan peneliti berdistribusi normal. Grafik histogram menunjukkan bahwa residual bergerak dengan skewness seperti lonceng, menandakan bahwa data berdistribusi nornal. Grafik normal plot menunjukkan bahwa data uang dipakai peneliti berdistribusi di dekat garis diagonal yang ada pada grafik, menandakan bahwa data yang digunakan peneliti berdistribusi dengan normal.

4.2.2 Uji Heterokedatisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat po;a penyebaran titik pada grafik scatterplot. Jika titik berkumpul dalam satu pola tertentu maka terjadi indikasi heterokesdatisitas yang ditandai dengan titik yang menyebar tanpa membentuk suatu pola pada grafik scatterplot. Berikut hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot:


(62)

Grafik scatterplot di atas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi heterokedastisitas karena titik-titik yang terdapat pada grafik menyebar dan tidak membentuk suatu pola.

4.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen satu dengan lainnya. Jika variabel memiliki hubungan linear, maka model regresi tidak dapat dilakukan. Untuk menguji adanya indikasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF dari variabel yang digunakan. Berikut hasil uji multikolinearitas dari variabel yang digunakan peneliti:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Ukuran Dewan Komisaris ,934 1,070

Proporsi Komisaris Independen ,876 1,141

Kepemilikan Institusional ,857 1,167

Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas. Nilai tolerance >0,1 dan VIF <`0 menandakan bahwa tidak ada indikasi multikolinearitas. Variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki nilai tolerance sebesar 0,934 dan VIF sebesar 1,070; variabel Proporsi Komisaris independen memiliki nilai tolerance sebesar 0,876 dan VIF sebesar 1,141; Variabel


(63)

Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance sebesar 0,857 dan VIF sebesar 1,167. Setiap variabel memenuhi syarat nilai tolerance dan VIF, sehingga semua variabel indepenb tidak memiliki hubungan linear satu sama lain.

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat adanya korelasi pada data dari suatu periode dengan periode lainnya. Indikasi autokorelasi terjadi pada data yang memiliki time series. Data yang digunakan peneliti memiliki time series karena menggunakan data sekunder dari BEI pada periode 2011-2013. Untuk menguji terjadinya indikasi autokorelasi, peneliti menggunakan pengujian Durbin Watson. Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi bila nilai Durbin Watson du < dw < 4 –du. Berikut tabel hasil pengujian Durbin Watson:

Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model 1

R ,298a

R Square ,089

Adjusted R Square ,050

Std. Error of the Estimate ,10053

Change Statistics

R Square Change ,089

F Change 2,309

df1 3


(64)

Sig. F Change ,084

Durbin-Watson 2,023

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen

b. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility

Hasil uji autokorelasi pada model regresi yang digunakan peneliti menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 2,023. Nilai ini dibandingkan dengan nilai du pada tabel nilai signifikansi Durbin-Watson 5%. Dari tabel kita peroleh batas bawah sebesar 1,732 sedangkan batas atas sebesar 2,268 (4-1,732). Dari uji ini dapat dilihat bahwa model regresi yang digunakan peneliti tidak terindikasi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson memenuhi persyaratan (1,732 > 2,111 > 2,268).

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Data yang telah lolos uji asumsi klasik dapat digunakan dalam model regresi dan dianalisi. Berikut adalah hasil analisis regresi yang dilakukan peneliti:

Tabel 4.5

Analisis Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,325 ,070

Ukuran Dewan Komisaris ,007 ,007 ,112

Proporsi Komisaris Independen -,013 ,109 -,015


(65)

Dari analisis regresi yang dilakukan, diperoleh koefisien setiap variabel untuk membentuk suatu persamaan regresi. Persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut:

CSR = 0,325 + 0,007 Ukuran Dewan Komisaris + -0,013 Proporsi Komisaris Independen + -0,107 Kepemilikan Institusional + e

1. A = 0,325

Nilai a sebesar 0,325 menunjukkan apabila setiap variabel (UDK, PKI, KI) tidak memiliki nilai atau 0, maka nilai CSR akan berubah sebesar 0,325.

2. b1 = 0,007

Nilai b1 sebesar 0,007 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel UDK bila variabel yang lain tetap adalah sebesar 0,7%. Bila variabel UDK naik sebesar 1 maka Variabel CSR naik sebesar 0,007 3. b2 = -0,013

Nilai b2 sebesar -0,013 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel PKI bila variabel yang lain tetap adalah sebesar -1,3%. Bila variabel PKI turun sebesar 1 maka variabel CSR turun sebesar -0,013 4. b3 = -0,107

nilai b3 sebesar -0,107 menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan variabel KI bila variabel yang lain tetap adalah sebesar -10,7%. Bila variabel KI turun sebesar 1 maka variabel CSR turun sebesar -0,107.


(66)

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi

Hasil pengujian Koefisien Determinasi ditampilan pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,298a ,089 ,050 ,10053

Tabel 4. Memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,089 atau sebesar 8,9%. Hal ini berarti variabel independen dapat menjelaskan variabel harga saham sebesar 8,9%, sedangkan sisanya yaitu 91,1 dijelaskan oleh variabel lain di luar oleh penelitian ini.

4.4.2 Uji F

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F ditunjukkan lewat tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,070 3 ,023 2,309 ,084b


(67)

Total ,788 74 a. Dependent Variable: Corporate Social Responsibility

b. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen

Dari hasil Uji F diperoleh nilai F hitung = 2,309 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,084. Berdasarkan nilai F hitung diperoleh kesimpulan bahwa nilai F hitung = 2,309 < F tabel = 2,68 dan nilai signifikansi = 0,084 >α = 5%, artinya Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility.

4.4.3 Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial apakah setiap variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hasil pengujian Uji t ditampilkan dalam tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,325 ,070 4,666 ,000

Ukuran Dewan Komisaris ,007 ,007 ,112 ,952 ,344

Proporsi Komisaris

Independen -,013 ,109 -,015 -,123 ,903


(68)

Dari tabel 4. Di atas, maka kesimpulan dari Uji t adalah sebagai berikut:

1. Variabel Ukuran Dewan Komisaris mempunyai t hitung = 0,952 < t tabel = 1,667 dan memiliki signifikansi 0,344>α = 5%, maka dapat disimpulkan Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.

2. Variabel Proporsi Komisaris Independen mempunyai t hitung = -0,123 <α = 5% dan memiliki signifikansi 0,903 > α = 5%, maka dapat disimpulkan Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.

3. Variabel Kepemilikan Institusional mempunyai t hitung = -2,101 < t

tabel = 1,667 dan memiliki signifikansi 0,039 < α 5%, maka dapat

disimpulkan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Corporate Social Responsibility.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Nilai Adjusted R2 sebesar 0,089 yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Corporate Social ResponsibilityPerusahaan Property dan Real Estate (variabel dependen) dengan Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional sangatrendah yaitu sebesar 8,9%.


(69)

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa ketiga variabel penelitan yakti, Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap variabel dependen (Corporate Social Responsibility).

Dalam pengaruhnya secara simultan dinyatakan bahwa ketiga variabel independen yakni, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Corporate Social Responsibility).

Hal ini berbeda dalam beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah penelitian Sembiring (2005) yang menyebutkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris menunjukkan hubungan yang signifikan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Penelitian Hartati (2012) menyebutkan bahwa Kepemilikan Institusional memberikan pengaruh negative yang tidak signifikan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Secara simultan atau bersama-sama, variabel independen Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

2. Secara Parsial, Variabel Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi Komisaris Independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan, namun variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. 5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:


(71)

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel independennya. Dalam bab sebelumnya sudah terlihat jelas dimana nilai koefisien determinasi dalam penelitian sebesar 8,9%, berarti ada 91,1 faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Resoinsibility.

2. Peneliti selanjutnya disarankan menambah waktu penelitian dan luas penelitian serta sampel yang digunakan tidak hanya perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini , 2011. Pengaruh kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dalam Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Barnae Amir dan Amir Rubin, 2005. Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16 No. 2. Bringham, E, F., dan J. F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management.

6th Edition. Cengage Learning, South Western.

Chapra, Umer. 1992. Islam and The Economics Challenge. The Islamic Foundation, London.

Coller, P., dan A, Gregory. 1999. Audit Committee Activity and Agency Costs. Journal of Accounting and Public Policy, Vol 18 (4-5), pp. 311-332.

Dahlia, D., & Siregar, S.V. 2008. Pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua. USU Press. Medan.

Fama, E, F. dan M, C. Jensen. 1983. The Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, 26, pp. 301-328.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program, Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines. Amsterdam.

Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability. Prentice-Hall. London.

Heard, J.E., dan Bolce, W.J. 1972. The Political Significant of Corporate Social Reporting in The United States of America. Accounting, Organizations, and Society, Vol. 6 No. 3


(1)

(2)

(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std. Deviation ,09846787

Most Extreme Differences

Absolute ,068 Positive ,068 Negative -,058 Kolmogorov-Smirnov Z ,586 Asymp. Sig. (2-tailed) ,882

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 143 104

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

0 27 24

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

1 5 137

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan terhadap CSR Disclosure. (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 7 142

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 4 90

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN ASING, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 1