4. Pigmen sintetis. Dewasa ini besi oksida sintetis sering menggantikan zat warna alam. Warnanya
lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain kuning, coklat sampai merah, dan macam-macam violet. Pigmen sintetis putih seperti zinc oxida dan
titanium oxida termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Nomor 00386CSKII90 bahwa zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika adalah seperti yang disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan makanan
No Nama
Nomor Indeks Warna
1 Jingga K1 C.I. Pigment Orange 5, DC Orange No.17 12075
2 Merah K3 C.I. Pigment Red 53, DC Red No.8 15585
3 Merah K4 C.I. Pigment Red 53 : 1, DC Red No.9 15585 : 1
4 Merah K10 Rhodamin B, C.I. Food Red 15, DC Red No.19
45170 5
Merah K11. 45170 : 1
Sumber: Skep Dirjen POM No.00386CSKII90 2.6. Rhodamin B
2.6.1. Defenisi Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rhodamin adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik.
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam
bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering disalah gunakan untuk pewarna pangan
kerupuk,makanan ringan,es-es dan minuman yang sering dijual di sekolahan serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Rhodamine B
C28N31N2O3Cl adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang
berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluorensi dalam sinar matahari Budavari, 1996.
Berikut ini adalah nama-nama lain dari Rhodamin B, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Acid Bruliant Pink B
b. ADC Rhodamine B c. Aizen Rhodamine BH
d. Aizen Rhodamine BHC e. Akiriku Rhodamine B
f. Briliant Pink B g. Calcozine Rhodamine BL
h. Calcozine Rhodamine BX i. Calcozine Rhodamine BXP
j. Cerise Toner
k. [9-orto-Karboksifenil-6-dietilamino-3H-xantin-3-ylidene] dietil ammonium klorida
l. Cerise Toner X127 m. Certiqual Rhodamine
n. Cogilor Red 321.10 o. Cosmetic Briliant Pink Bluish D conc
p. Edicol Supra Rose B q. Elcozine rhodamine B
r. Geranium Lake N s. Hexacol Rhodamine B Extra
t. Rheonine B
u. Symulex Magenta v. Takaoka Rhodmine B
w. Tetraetilrhodamine 2.6.2. Struktur Rhodamin B
Gambar. Rumus bangun Rhodamin B Tetraethyl Rhodamine
Nama umum : Rumus Bangun Rhodamin B Nama Kimia : N-[9-carboxyphenyl-6-diethylamino-3H-xanten-3-ylidene]-N-
ethylethanaminium chlorida Nama Lazim : Tetraethylrhodamine; DC Red No. 19; Rhodamine B chlorida; C.I.
Basic Violet 10; C.I. 45170
Rumus Kimia : C28H31ClN2O3
BM : 479
Pemerian : Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah kebiruan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam
alkohol; sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat membentuk senyawa dengan kompleks antimon
berwarna merah muda yang larut dalam isopropil eter Budavari, 1996.
Penggunaan : Sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon, kertas, tinta, sabun, pewarna kayu, bulu, dan pewarna untuk keramik China. Jug digunakan
sebagai pewarna obat dan kosmetik dalam bentuk larutan obat yang encer, tablet, kapsul, pasta gigi, sabun, larutan pengering rambut,
garam mandi, lipstick, pemerah pipi Budavari, 1996. Penggunaan rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu lama akan
mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut
keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan
dengan urine yang berwarna merah maupun merah muda. Selain melalui makanan ataupun kosmetik, rhodamin B juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, jika
terhidup terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan
atau udem pada mata. Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah- pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir terkelupas Yulianti, 2007.
2.6.3. Tanda-tanda Terpapar Rhodamin B
Tanda-tanda dan gejala Akut bila terpapar Rhodamin B, adalah sebagai berikut:
1. Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan
menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. 2.
Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit. 3.
Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada kelopak mata.
4. Jika terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
5. Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernakan dan
menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna atau merah muda Yulianti, 2007.
2.7. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT dan Kromatografi Cair KKt adalah metode kromatografi cair yang paling sederhana diantara kromatografi lainnya. Dengan
memakai kromtografi lapis tipis, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organic alam dan senyawa organic sintetik, kompleks anorganik-organik, dan
bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Kelebihan kromatografi lapis tipis ialah pemakaian
pelarutan cuplikan sampel yang jumlahnya sedikit, kemungkinan penotolan cuplikan berganda saling membandingkan langsung cuplikan praktis, dan tersedianya
berbagai metode seperti KG, KCC, dan kromatografi ekslusif Gritter,1991. Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa
senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap
senyawa yang lain Hardjono, 1985. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis
yang juga mempengaruhi harga Rf, yaitu : 1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya. Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan
mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tapi
perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
4. Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak. Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi
lapis tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut diguanakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik percobaan. 7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak
seimbang lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama
untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
9. Kesetimbangan. Kesetimbangan dalam lapisan tipis sangat penting, hingga perlu mengusahakan
atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran,
akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dari pada di bagian tengah
Hardjono, 1985. 2.8. Spektrofotometri UV Visibel
Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai energy yang merambat dalam
bentuk gelombang. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan gelombang ini. Panjang gelombang merupakan jarak linier dari suatu titik pada satu
gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang bersebelahan. Dimensi
panjang gelombang adalah panjang L yang dapat dinyatakan dalam centimeter cm Rohman, 2007.
Sepektrum ultraviolet adalah suatu gambaran antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan transmitasi atau absorbansi. Sering juga
data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau table yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar E
max
atau log E
max
. Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi
elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut “Spektrometer” atau spektrofotometer. Komponen –komponen pokok dari spektrofotometer meliputi :
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil Sumber radiasi ultra violet yang kebanykan digunakan adalah lampu hidrogen
dan lampu deuterium. Yang terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung dalamtabung gas dan disi dengan gas hidrogen dan deuterium yang bertekanan rendah.
Sumber radiasi ultraviolet lain adalah lampu xenon, tetapi tidak se stabil lampu hidrogen. Sumber radiasi terlihat dan radiasi inframerah dekan dengan biasa
digunakan adalah lampu filamen tungsten. Filament dipanaskan oleh sumber arus searah DC, atau oleh baterai. Filamen tungsten menghasilkan radiasi kontinu dalam
daerah antara 350 dan 2500 nm. 2. Monokromator
Dalam spektrometer, radiasi yang polikromatik yang harus diubah menjadi radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mengurai radiasi
polikromatik menjadi monokromatik yaitu penyaring dan monokromator. Penyaring dibuat dari benda khusus yang hanya meneruskan radiasi pada daerah panjang
gelombang tertentu dan penyerap radiasi dari panjang gelombang yang lain.
Monokromator merupakan serangkaian alat optik yang mengurai radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektifpanjang gelombang-gelombang tunggalnya dan
memisahkan panjang gelombang-gelombang tersebut menjadi jalur-jalur yang sangat sempit.
3. Tempat Cuplikan Cuplikan pada daerah ultraviolet atau terlihat yang biasnya berupa gas atau
larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah violet biasanya digunakan Quartz atau sel dari silica yang dilebur, sedangkan untuk daerah terlihat digunkan
gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang berupa gas mempunyai panjang lintasan dari 0,1 – 100 nm, sedangkan sel untuk larutan
mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm. Sebelum sel dipakai harus dibersihkan dengan air, atau jika dikehendaki dapat dicuci dengan larutan detergen
atau asam nitrat panas. 4. Detektor
Setiap detektor penyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga tersebut untuk dapat di ukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau
perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detektor menghasilkan sinyal listrik yang dapat mengaktifkan meter atau pencatat. Setiap pencatat harus menghasilkan sinyal
yang secara kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya Sastrohamidjodjo.H,2001.
BAB III BAHAN DAN METODE