Persyaratan Lipstik Defenisi Kosmetika

2.4.3. Persyaratan Lipstik

Persyaratan untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain : 1. Melapisi bibir secara mencukupi 2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama 3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket 4. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 5. Memberikn warna yang merata pada bibir 6. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya 7. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik- bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik. Trenggono,2004 2.5. Zat Pewarna Kosmetik Salah satu penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya, sebagai contoh, warna suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya terhadap pembentuk kecantikan. Adapun maksud dan tujuan pemberian zat warna pada suatu bahan, baik obat, kosmetika dan makanan sebagai berikut : 1. Supaya bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, 2. Menghindari adanya pemalsuan terhadap hasil suatu pabrik, 3. Menjaga keseragaman hasil suatu pabrik. Yang lebih penting adalah keamanan bagi para pemakai zat warna, sebab pemakaian yang keliru dapat menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti misalnya memberikan efek karsinogenik, teratogenik, alergi, dan lain-lain. Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu: a. Pewarna yang dapat larut dalam cairan solube, air, alkohol dan minyak. Contoh warna kosmetika ialah pewarna asam acid dyes yang merupakan golongan terbesar pewarna pakaian, makanan dan kosmetika. Unsur terpenting dari pewarna ialah gugus azo; solvent dyes yang larut dalam air atau alkohol, misal merah DC, merah hijau No.17, violet, kuning, xanthenes dyes yang dipakai dalam lipstick, misalnya DC orange, merah dan kuning. b. Pewarna yang tidak dapat larut dalam cairan insoluble, yang terdiri atas bahan organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida. Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetika. Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan salah satunya adalah daun pandan dan daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih murah. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan pewarna, antara lain dengan penambahan zat pewarna. Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. 1. Zat warna alam yang larut. Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaanya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Misalnya carmine zat warna merah yang diperoleh dari dari tubuh serangga coccus cacti yang dikeringkan , klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstraksi dari daun Lawsonia inermis, carotene zat warna kuning. 2. Zat warna sintetis yang larut. Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzena, toluena, anthracene yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna. Sifat-sifat zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain : a. Intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah memberi warna. b. Harus bisa larut dalam air, alkohol, minyak, atau salah satunya. Yang larut air untuk emulsi OW dan larut minyak untuk emulsi WO. Yang larut air hampir selalu juga larut dalam alkohol encer, gliserol, dan glikol. Yang larut minyak juga larut dalam benzena, karbon tetraklorida, dan pelarut organik lainnya, kadang- kadang juga dalam alkohol tinggi. Tidak pernah ada zat warna yang sekaligus larut dalam air dan minyak. c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam pH asam, lainnya hanya dalam pH alkalis. d. Kelekatan pada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan rambut barbeda-beda. Terkadang kita memerlukan daya lekat besar seperti cat rambut, namun terkadang kita menghindarinya misalnya untuk pemerah pipi. e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari, tetapi ada derajat keamanannya. 3. Pigmen alam. Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya misalnya kuning, coklat, merah bata, coklat tua. Zat warna ini murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up sticks. Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru. 4. Pigmen sintetis. Dewasa ini besi oksida sintetis sering menggantikan zat warna alam. Warnanya lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain kuning, coklat sampai merah, dan macam-macam violet. Pigmen sintetis putih seperti zinc oxida dan titanium oxida termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 00386CSKII90 bahwa zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika adalah seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan makanan No Nama Nomor Indeks Warna 1 Jingga K1 C.I. Pigment Orange 5, DC Orange No.17 12075 2 Merah K3 C.I. Pigment Red 53, DC Red No.8 15585 3 Merah K4 C.I. Pigment Red 53 : 1, DC Red No.9 15585 : 1 4 Merah K10 Rhodamin B, C.I. Food Red 15, DC Red No.19 45170 5 Merah K11. 45170 : 1 Sumber: Skep Dirjen POM No.00386CSKII90 2.6. Rhodamin B

2.6.1. Defenisi Rhodamin B