Pembagian Kosmetik Dekoratif Persyaratan Kosmetik Dekoratif

c. Pelekat, yaitu yang dapat melekatkan kosmetika ke kulit terutama pada kosmetika yang tidak lengket ke kulit semacam bedak. Misalnya seng, magnesium stearat. 4. Bahan pelengkap kosmetika Sebagai bahan pelengkap kosmetika yang berupa pengawet perfumery, maksudnya agar kosmetika segar baunya bila dipakai, dan pewarna coloring, agar kosmetika enak dipandang mata sebelum dan sewaktu dipakai. Pada kosmetika yang tujuannya untuk mewangikan kulit atau mewarnai kulit dekoratif, maka bhan pelengkap ini menjadi bahan aktif dari kosmetika. Wasitaatmadja, 1997. 2.3. Kosmetika Dekoratif Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit Tranggono, 2007.

2.3.1. Pembagian Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu : 1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain. 2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut. Tranggono,2007

2.3.2. Persyaratan Kosmetik Dekoratif

Persyaratat untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah : a. Warna yang menarik. b. Bau harum yang menyenangkan. c. Tidak lengket. d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau. e. Tidak merusak atau mengganggu kulit.. Tranggono, 2007: 2.4. Kosmetika Rias Bibir Bagi bibir yang begitu sempit ternyata tersedia berbagai macam kosmetika rias. Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu: a. Lipstik dan lip crayon b. Krim bibir lip cream dan pengkilat bibir lip gloss c. Penggaris bibir lip liner dan lip sealers. Tranggono, 2007 2.4.1. Lipstik Tak ada wanita yang tak pernah memakainya. Bahkan ada sementara wanita yang memandangnya sebagai sebuah kebutuhan. Tak akan merasa nyaman kalau tidak memakainya. Lipstik digunakan terutama oleh para wanita untuk menambah warna pada wajah sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir lebih kecil atau besar tergantung warna yang digunakan. Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat roll up yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak. Wasitaatmadja, 1997 Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38ºC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu lebih kurang 62ºC, atau bisanya berkisar antara 55º-75ºC. Depkes RI, 1985 2.4.2. Komposisi lipstik Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut : a. Lilin Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik b. Minyak Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat eosin. Misalnya minyak castrol, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil. c. Lemak Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi misalnya hydrogenated castrol oil, cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin. d. Acetoglycerides Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thoxotropik batang lipstik meskipun tempertur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan. e. Zat-zat pewarna Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam lipstick adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam eosin adalah castrol oil. Tetapi furfuryl alcohol beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylolamides jika dipasang sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang intensif pada bibir. f. Surfaktan Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat. g. Antioksidan h. Bahan pengawet Bahan pengawet fragrance atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar flavoring harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan. Trenggono,2004

2.4.3. Persyaratan Lipstik