Analisis Sektor Unggulan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan (Sebuah Pendekatan Sektoral Pembentuk PDRB)
Analisis Sektor Unggulan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan (Sebuah Pendekatan Sektoral Pembentuk PDRB)
Abdul Azis, Arvidya Maulid Dana, Endro Pebi Trilaksono, Fajar Try Leksono, Wildan Mudhoffar
Abstract
Economic growth is one measure that can be used to enhance the development of a region from a variety of economic sectors that are not directly describe the rate of economic change. Regional development must comply with the conditions of the potential and aspirations of the people who grow and develop. If the implementation of regional development priorities in accordance with the lack of potential that each region, the utilization of existing resources would be less than optimal. This study aims to analyze the economic potential and identify economic sectors in regency of Lamongan. The data used in this study is a secondary data during the years 2009-2011 come from BPS of East Java Province and BPS of Lamongan regency. Model analysis used the LQ analysis and Shift-Share. The results showed that the food crops and fisheries are the two sectors that have the highest competitiveness in comparison with other sectors and the addition of output obtained Lamongan district as a result of the industry in the district Lamongan grow faster than the same industry at the provincial level and relatively fast growth sectors also there when compared with other regions.
Keywords: leading sector, economic growth, regional development, competitiveness
PENDAHULUAN
tambah (value added) yang terjadi
Pembangunan ekonomi daerah adalah
(Tarigan, 2005 : 46).
suatu proses dimana pemerintah daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian
dan masyarakatnya mengelola sumber
integral dari pembangunan nasional yang
daya - sumber daya yang ada dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi
membentuk suatu pola kemitraan antara
daerah dan pengaturan sumber daya
pemerintah daerah dan sektor swasta untuk
nasional yang memberikan kesempatan
menciptakan lapangan kerja baru dan
bagi peningkatan demokrasi dan kinerja
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
masyarakat.Oleh karena itu, pembangunan
wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).
ekonomi daerah merupakan bagian dari
pembangunan daerah secara menyeluruh.
berorientasi pada proses. Suatu proses
Dalam upaya mencapai tujuan
yang melibatkan pembentukan institusi
pembangunan ekonomi daerah, kebijakan
baru, pembangunan industri alternatif,
utama yang perlu dilakukan adalah
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada
mengusahakan semaksimal mungkin agar
untuk menghasilkan produk yang lebih
prioritas pembangunan daerah sesuai
baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan
dengan potensi pembangunan yang
transformasi pengetahuan (Adisasmita
dimiliki oleh daerah.Hal ini terkait dengan
2005 dalam Manik, 2009 : 32).
potensi pembangunan yang dimiliki setiap
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
daerah sangat bervariasi, maka setiap
pertambahan pendapatan
masyarakat
daerah harus menentukan kegiatan sektor
secara keseluruhan yang terjadi di wilayah
ekonomi yang dominan (Syafrizal, 1999).
tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai _______________________________________
Alamat Korespondensi Abdul A., Arvidya M.D., Endro P .T., Fajar T.L., Wildan M., Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fqkultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Email : boybijak_gaulgitcyulhohyahoo.com
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
Di era otonomi daerah sekarang ini,
kabupatenkota), tanpa memperhatikan
setiap pemerintah daerah memiliki
kepemilikan atas faktor produksi. Dengan
kewenangan daerah otonomi untuk
demikian
PDRB
secara agregatif
mengatur dan mengurus sendiri urusan
menunjukan kemampuan suatu daerah
pemerintahan menurut asas otonomi yang
dalam menghasilkan pendapatan balas
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
jasa kepada faktor-faktor produksi yang
ikut berpartisipasi dalam proses produksi
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan,
di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB
dan peran serta masyarakat untuk
menunjukan
gambaran Production
meningkatkan daya saing daerah dengan
Originated. PDRB atas harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
yang dihitung pada satu tahun tertentu
pemerintahan daerah perlu ditingkatkan
sebagai dasar.Dalam hal ini, perhitungan
dengan lebih memperhatikan aspek-aspek
menggunakan
tahun 2000.Kegunaan
potensi dan keanekaragaman daerah,
PDRB atas harga konstan untuk
peluang dan tantangan persaingan global
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
dengan memberikan kewenangan seluas-
secara keseluruhan atau setiap sektor dari
luasnya kepada daerah menyelenggarakan
tahun ke tahun, sedangkan kegunaan
otonomi daerah.Berkaitan dengan hal
PDRB atas harga berlaku untuk melihat
tersebut, pemerintah daerah dalam
besarnya struktur perekonomian dalam
pembangunan ekonomi dan pelaksanaan
satu daerah atau wilayah.
otonomi daerah mengacu pada UU No. 22
Pelaksanaan otonomi daerah dengan
Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999
pemberdayaan potensi daerah akan bisa
yang kemudian diganti dengan UU No. 32
berjalan jika sektor basis (sektor ungulan)
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
daerah dapat dioptimalkan. Sektor
dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang
unggulan ini penting untuk diketahui guna
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
menentukan
skala prioritas dalam
Pusat dan Pemerintah Daerah.
pembangunan.Sektor
basis (Sektor
Pembangunan ekonomi daerah adalah
unggulan) tersebut adalah sektor yang
suatu proses dimana pemerintah daerah
memiliki potensi yang lebih untuk
dan masyarakatnya mengelola sumberdaya
berkembang dibandingkan dengan sektor
yang ada di daerah dan membentuk kerja
lainnya. Sektor basis ini akan menjadi ciri
sama atau kemitraan antara pemerintah
khas di suatu daerah.
daerah dengan sektor swasta untuk
Demikian pula dengan Kabupaten
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
Lamongan
dalam mendukung
pertumbuhan ekonominya maka perlu
ekonomi dalam wilayah tersebut.Untuk
mengidentifikasi sektor–sektor mana yang
mencapai tujuan diatas maka diperlukan
dapat diunggulkan dan dapat memberikan
perencanaan yang teliti dan evaluasi
hasil yang cukup baik dan diharapkan
terhadap has il–hasil pembangunan yang
sebagai solusi alternatif, sehingga dapat
telah dicapai. Salah satu indikator ekonomi
mendukung sektor–sektor lain yang belum
makro yang digunakan untuk perencanaan
berkembang.Sektor–sektor perekonomian
dan evaluasi pembangunan ekonomi secara
tersebut diambil dari lapangan usaha
makro adalah statistik Produk Domestik
utama.sehingga
dapat mendukung
Regional Bruto (PDRB).
pertumbuhan sektor lain yang belum
PDRB adalah jumlah seluruh nilai
berkembang
tambah yang
diciptakan oleh
Selama tahun terakhir (2011) kondisi
berbagai sector lapangan usaha yang
perekonomian nasional cukup stabil, kurs
melakukan kegiatan usahanya di suatu
rupiah dan suku Bungan bank cenderung
menurun.Hal ini sangat menguntungkan
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
ekonomi yang menjadi sektor unggulan
kabupaten lamongan yakni ditandai dengan
dalam pembangunan daerah di kabupaten
semakin meningkatnya nilai investasi dan
Lamongan dengan menggunakan analisis
tingkat pertumbuhan ekonominya yang
Location Quontient (LQ), dan untuk
cukup dinamis.Dari uraian latar belakang
mengetahui pertumbuhan sektor-sektor
di atas, penulis terdorong untuk
ekonomi berdasarkan kondisi PDRB di
menganalisis dan mengkaji lebih lanjut
kabupaten
Lamongan menggunakan
mengenai sektor-sektor ekonomi di
analisis Shift Share (SS).
kabupaten Lamongan, provinsi Jawa Timur.
Daerah Penelitian
pembangunan ekonomi daerah sangat luas
Penelitian ini secara khusus mengamati
maka penulis membatasi pembahasan
perekonomian
daerah Kabupaten
masalah pada sektor-sektor ekonomi yang
Lamongan Provinsi Jawa Timur selama
ada di kabupaten Lamongan dan data yang
tahun 2009-2011.
digunakan adalah data tahunan dari tahun
Data yang digunakan
2009 sampai dengan tahun 2011.
Jenis dan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini Nampak
menganalisis dan mengetahui sektor-sektor
dalam Tabel 1. Tabel 1.1
Data yang digunakan
No.
Uraian Data
Jenis Data
Sumber Data
1 PDRB Kabupaten Lamongan Sekunder
2 PDRB Provinsi Jawa Timur Sekunder
BPS Provinsi Jawa Timur
2009-2011
T eknik Analisis
Blakeley, 1994:94) menjadi tiga komponen
1. Analisis shift share (SS)
pengaruh (Bendavid-V al, 1991: 67).
Analisis Shift Share (SS) merupakan
Ketiga komponen pengaruh tersebut
salah satu teknik yang sering digunakan
meliputi; pengaruh bauran industry
(industry mix), pengaruh pertumbuhan
daerah.Analisis SS merupakan suatu teknik
nasional (national growth effect) dan
yang
berguna
untuk menganalisis
pengaruh
keunggulan kompetetif
perubahan dalam struktuk perekonomian
(differential shiftregional share). Secara
umum pengaruh analisis SS ini memiliki
perekonomian nasional suatu Negara.
formula umum sebagai berikut:
Berdasarkan perubahan struktur yang ada,
produktivitas perekonomian sutu daerah
=pengaruh total
nasional (Blakely, 1994: 89)
=pengaruh pertumbuhan nasional
Dalam operasionalnya, analisis SS
=bauran industri
dapat digunakan untuk mengurangi (decompose)
variable
pertumbuhan
=pengaruh keunggulan kompotitif
ekonomi, yakni seperti tenaga kerja, nilai
2. Analisasis Location Quontient (LQ)
tambah (value added) dan pendapatan
Location Quontient (LQ) adalah
dalam negeri kotor (Product Domestic
analisis lain yang dapat digunakan untuk
Bruto) ( Bendavid-V al, 1991: 69;
mengukur tingkat spesialisasi relative
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
suatu daerah dalam kategori industry atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
sector (Bendavid-V al, 1991:73). Selain itu,
Analisis Shift Share (SS)
hasil analisis LQ merupakan suatu
Berdasarkan data disagregasi 9 sektor
indicator sederhana yang menunjukan
utama PDRB berdasarkan harga konstan
kekuatan atau besar kecilnya suatu sector
2000 di Kabupaten Lamongan selama
dalam suatu daerah dibandingkan dengan
tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
peran suatu sector yang sama di daerah di
menggunakan teknik shift share dapat
daerah lain. Nilai LQ di suatu sector
dijelaskan bahwa pertumbuhan kegiatan
pembangunan daerah lebih besar lebih dari
ekonomi di Kabupaten Lamongan selama
satu maka sector bersangkutan merupakan
tahun 2008-2011 di tentukan oleh tiga hal,
sector kuat, sehingga daerah tersebut
yakni:
secara potensial merupakan pengekspor
1. Pertumbuhan Provinsi
produk dari sector tersebut ke daerah
Pertumbuhan
provinsi mengukur
lainnya.Sebaliknua bila nilai LQ kurang
perubahan output (PDRB) yang akan
dari satu maka daerah tersebut merupakan
terjadi bila semua industry di daerah
pengimpor produk tertentu (Azis, 1994:
tumbuh pada tingkat yang sama dengan
233).Teknik LQ ini dapat diterapkan pada
PDRB nya. Nilai positif pada komponen
beberapa unit ukuran untuk mengetahui
pertumbuhan provinsi mengandung arti
tingkat spesialisasi daerah,
seperti
bahwa
subsektor-subsektor dalam
kesempatan kerja, output, nilai tambah dan
perekonomian provinsi pertumbuhannya
pendapatan.
cepat dan memberi pengaruh positif
kepada perekonomian kabupatan.Nilai
digunakan untuk menganalisis potensi
negative pada komponen pertumbuhan
perekonomian dari sisi pendapatan
provinsi
mengandung arti bahwa
domestic kotor (Product Domestic Bruto)
subsektor-subsektor dalam perekonomian
dan dari sisi kesempatan kerja di suatu
provinsi pertumbuhannya lambat dan
daerah. Sebagai contoh, dalam penggunaan
memberikan pengaruh negative kepada
teknik LQ pada unit ukuran pendapatan
perekonomian
kabupatan.Berdasarkan
domestic kotor, rumus LQ sebagai berikut:
pada perhitungan Shift Share menunjukkan bahwa semua subsektor memiliki nilai positif.Secara
total, komponen pertumbuhan provinsi juga memiliki nilai positif, yakni sebesar Rp. 2.272.016 juta.Nilai
positif
pada komponen
Dimana:
pertumbuhan provinsi mengandung arti
=output sector X pada suatu daerah
bahwa
subsektor-subsektor dalam
=output sector X pada suatu Negara
Jawa Timur pertumbuhannya cepat dan memberikan
perekonomian
=Total output pada suatu daerah
pengaruh positif kepada perekonomian
=total output pada suatu Negara
Kabupaten Lamongan.Sedangkan nilai nol
Kriteria dari nilai LQ sebagai berikut:
(0) pada komponen pertumbuhan provinsi
LQ >1 : berarti derah yang bersangkutan
menunjukan bahwa subsektor yang
lebih spesialisasi pada suatu sector tertentu
bersangkutan tidak memberikan pengaruh
pada tingkat nasional
terhadap perekonomian daerah.Dalam hal
LQ <1 : berarti daerah yang bersangkutan
ini, subsektor-subsektor yang bernilai nol
kurang spesialisasi pada suatu sector
(0) lebih disebabkan karena di Kabupaten
tertentu dari pada tingkat nasional
Lamongan subsektor-subsektor tersebut
LQ = 1 : tingkat spesialisasi suatu sector
tidak menghasilkan output.
tertentu baik secara regional maupun
secara nasional sama
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
2. Struktur Industri
karena tingkat pertumbuhan kegiatan
Struktur industry menghitung dari
ekonomi di daerah di atas rata-rata
dampak komposisi industry daerah.Selain
pertumbuhan kegiatan ekonomi di tingkat
itu pula komponen ini juga menghitung
provinsi secara total.Sedangkan nilai
perbedaan antara pertumbuhan kabupaten
negative menunjukan bahwa daerah
kabupaten berkonsentrasi pada sector-
provinsi sektoral dan pertumbuhan
sektor yang pertumbuhannya lamabn
secara regional (provinsi).Hal ini karena
pertumbuhan
provinsi
total.Daerah
tingkat pertumbuhan kegitan ekonomi di
kabupaten dapat tumbuh lebih cepat atau
daerah di bawah rata-rata pertumbuhan
lebih lambat dari provinsi.Perbedaan
kegitan ekonomi di tingkat provinsi secara
tingkat pertumbuhan ini disebabkan oleh
total.Berdasarkan perhitungan dengan
komposisi sector yang berbeda.Nilai
teknik Shift Share menunjukkan bahwa
positif pada komponen ini menunjukan
terdapat subsektor-subsektor yang bernilai
bahwa daerah kabupaten berkonsentrasi
positif dan subsektor-subsektor yang
pada sector-sektor yang bertumbuhannya
bernilai negative.
cepat secara regional (provinsi).Hal ini
Subsektor-subsektor yang bernilai positif meliputi:
a) Air bersih
b) Kontruksi
c) Perdagangan besar eceran
d) Hotel
e) Restoran
f) Angkutan rel
g) Jasa penunjang angkutan
h) Komunikasi
i) Bank j) Lembaga keuangan bukan bank k) Sewa bangunan l) Jasa hiburan rekreasi
Subsektor-subsektor yang bernilai negatif meliputi:
a) Tanaman bahan makanan
b) Tanaman perkebunan
c) Peternakan dan hasil-hasilnya
d) Kehutanan
e) Perikanan
f) Penggalian
g) Makanan, minuman dan tembakau
h) Tekstil, barang kulit dan alas kaki
i) Barang kayu dan hasil hutan lainnya j) Kertas dan barang cetakan k) Pupuk, kimia dan barang dari karet l) Semen dan barang galian bukan logam m) Barang lainnya n) Listrik o) Angkutan jalan raya p) Angkutan laut q) Jasa perusahaan
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
r) Pemerintahan umum s) Jasa social kemasyarakatan t) Jasa perorangan dan rumah tangga
Subsektor-subsektor yang bernilai nol (0) meliputi:
a) Minyak dan gas bumi
b) Pertambangan tanpa migas
c) Pengilangan minyak bumi
d) Gas alam cair
e) Logam dasar besi dan baja
f) Alat angkat mesin dan peralatannya
g) Gas
h) Angkutan sungai danau dan penyebrangan
i) Angkutan udara j) Jasa penunjang keuangan Secara total, komponen struktur industry memiliki nilai sebesar -Rp. 480.183 juta
3. Daya Saing Regional
positif pada komponen ini juga
Komponen daya saing regional
mengandung arti bahwa komposisi
mengukur perbedaan tingkat pertumbuhan
kegiatan di daerah sudah baik untuk daerah
anatara industry di tingkat provinsi dengan
industry di tingkat kabupaten. Komponen
Sedangkan nilai negative menunjukan
daya saing akan menghasilkan nilai yang
bahwa industry daerah tumbuh lebih
merepresentasikan pertumbuhan industry
lamban dari industry yang sama pada
di tingkat kabupaten lebih cepat atau lebih
tingkat provinsi. Selain itu pula nilai
lamban dari pertumbuhan industry di
negative pada komponen ini juga
tingkat provinsi. Nilai positif menunjukan
mengandung arti bahwa komposisi
bahwa industry di kabupaten tumbuh lebih
kegiatan ekonomi di daerah belum cukup
cepat dari pada industry yang sama di
baik di daerah (kabupatan) yang
tingkat provinsi. Selain itu pula nilai
bersangkutan.
Subsektor-subsektor yang bernilai positif meliputi:
a) Tanaman perkebunan
b) Peternakan dan hasil-hasilnya
c) Perikanan
d) Penggalian
e) Makanan, minuman dan tembakau
f) Tekstil, barang kulit dan alas kaki
g) Barang kayu dan hasil hutan lainnya
h) Kertas dan barang cetakan
i) Pupuk, kimia dan barang dari karet j) Semen dan barang galian bukan logam k) Listrik l) Perdagangan besar eceran m) Hotel n) Angkutan jalan raya o) Angkutan laut p) Jasa penunjang angkutan q) Bank r) Lembaga keuangan bukan bank
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
s) Sewa bangunan t) Jasa perusahaan u) Pemerintahan umum v) Jasa social kemasyarakatan w) Jasa hiburan komunikasi x) Jasa perorangan dan rumah tangga
Subsektor-subsektor yang bernilai negative meliputi:
a) Tanaman bahan makanan
b) Kehutanan
c) Barang lainnya
d) Kontruksi
e) Restoran
f) Angkutan rel
g) Komunikasi
Subsektor-subsektor yang bernilai nol (0) meliputi:
a) Minyak dan gas bumi
b) Pertambangan tanpa migas
c) Pengilangan minyak bumi
d) Gas alam cair
e) Logam dasar besi dan baja
f) Alat angkat mesin dan peralatannya
g) Gas
h) Angkutan sungai, danau dan penyebrangan
i) Angkutan udara j) Jasa penunjang keuangan
Secara total, komponen daya saing
di kabupaten
Lamongan yang
regional memiliki nilai sebesar Rp.
diakibatkan oleh kegiatan ekonomi
685.924 juta
provinsi Jawa Timur selama tahun
Berdasarkan pada hasil perhitungan
2009-2011. Hal ini menunjukan bahwa
dengan menggunakan tenik Shift Share di
performance perekonomian kabupaten
atas dapat dijelaskan lebih jauh bahwa:
Lamongan secara rata-rata sudah sesuai
a. Secara akumulatif, komponen total
dengan performance provinsi Jawa
berpengaruh memberikan nilai shift
Timur.
share sebesar Rp. 2.477.756 juta. Nilai
c. Komponen struktur industry secara
ini merepresentasikan nilai tambah
total memiliki output sebesar -Rp.
bruto yang secara actual dapat tercipta
480.183 juta. Hal ini mengandung arti
di kabupaten Lamongan selama tahun
bahwa output yang berkurang di
2008-2011 dalam interaksinya dengan
kabupaten Lamongan sebagai akibat
perekonomian wilayah Jawa Timur.
dari konsentrasinya pada sector-sektor
Nilai tambah ini dapat tercipta melalui
yang pertumbuhannya lamban secara
komponen pertumbuhan provinsi,
regional (provinsi).
struktur indutri daerah dan persaingan
d. Komponen daya saing regional secara
daerah.
total memiliki output sebesar Rp.
b. Komponen pertumbuhan provinsi
685.924 juta. Hal ini mengandung arti
bahwa penambahan output yang
merepresentasikan sejumlah output
diperoleh
kabupaten Lamongan
yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi
sebagai akibat dari industry di
JESP V ol. 4, No. 2, 2012
kabupaten Lamongan tumbuh lebih
Secara diagramatis pendekatan shift share
cepat dari pada industry yang sama di
terhadap
perekonomian kabupaten
tingkat provinsi dan relative cepat juga
Lamongan
dibandingkan dengan
pertumbuh sector-sektor yang ada bila
perekonomian Provinsi Jawa Timur selama
dibandingkan dengan daerah yang lain,
tahun 2009-2011 dapat dilihat pada bagan
komposisi kegiatan ekonomi di daerah sudah baik untuk daerah Lamongan.