Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga BI Rate, Dan Nilai Tukar Rupiah Dollar-AS Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga BI Rate, Dan Nilai Tukar Rupiah Dollar-AS Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

  (Tahun 2007-2011)

  Y uniar Ardila Sapir

  Abstract

  This study aimed to determine the effect of the money supply, BI rate level, and the exchange rate of inflation in Indonesia. This type of research is quantitative research, documents used are the financial statements of the Bank Indonesia (BI) in the form of Economic and Financial Statistics Indonesia (SEKI). The next data used are secondary data (time series). The analysis technique used is multiple linear regression (multiple regression analysis model) or the least squares equation (Ordinary least Square). Based on the results of this study found that the money supply, and the BI rate affect the inflation rate in Indonesia, while exchange rate has no effect on the rate of inflation in Indonesia in the period under study. Based on the results of this study can be suggested for Bank Indonesia as the monetary authority should not raise interest rates in an effort to curb inflation in Indonesia because if interest rates increased instead it will increase inflation.

  Keywords : Inflation, Money supply, BI rate, Exchange rate, Multiple linear regression

  maka dibutuhkan suatu kebijakan yang

  ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena

  dilakukan oleh pemerintah melalui

  inflasi dapat menimbulkan dampak yang

  kebijakan moneter. Menurut Nopirin

  (1992:45) ”kebijakan moneter pada

  pengangguran, menurunnya ekspor dalam

  umumnya bertujuan untuk stabilisasi

  negeri, dan masih banyak dampak lainnya

  ekonomi yang dapat diukur dengan

  yang diakibatkan dengan adanya inflasi.

  kesempatan kerja, kestabilan harga serta

  Oleh karena itu inflasi sering menjadi

  neraca pembayaran internasional yang

  target kebijakan pemerintah. Inflasi yang

  seimbang”.

  tinggi

  penting untuk

  diperhatikan

  Berkaitan dengan kebijakan moneter

  mengingat dampaknya bisa menimbulkan

  dan dalam rangka menciptakan kestabilan

  ketidakstabilan pada perekonomian. Pada

  perekonomian, maka Bank sentral

  memiliki peran dalam memelihara sistem

  merupakan salah satu kondisi yang harus

  moneter agar bekerja secara efisien

  sehingga dapat menjamin tercapainya

  tingkat pertumbuhan uang beredar sesuai

  ekonomi tersebut dapat tercermin melalui

  dengan yang diperlukan untuk mencapai

  ekonomi tanpa

  terkendalinya perubahan tingkat harga

  mengakibatkan inflasi (Nopirin, 1992:37).

  barang-barang dan jasa di masyarakat.

  Dengan demikian dinyatakan bahwa bank

  Untuk mengendalikan hal–hal tersebut __________________________________________ Alamat Korespondensi : Y uniar Ardila. Mahasiwa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Email : yuniar_ardilayahoo.co.id Sapir. Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Negeri Malang Email : ekonomi_umyahoo.com

  JESP V ol.4, No. 2, 2012

  sentral merupakan pemegang otoritas

  2008. Hal ini terutama disebabkan oleh

  moneter di Indonesia.

  kinerja transaksi berjalan yang masih

  Inflasi di Indonesia sering mengalami

  mencatat surplus serta penerapan kebijakan

  fluktuasi (naik atau turun), naiknya inflasi

  makroekonomi yang dilakukan secara hati-

  di Indonesia terjadi pada pertengahan

  hati. Sejak pertengahan September 2008,

  tahun 1997. Pada tahun itu Indonesia

  krisis global yang semakin dalam telah

  memberi efek depresiasi terhadap mata

  mengakibatkan penurunan perekonomian.

  uang Indonesia. Sekretariat Kementrian

  Krisis moneter yang melanda indonesia

  Negara RI (2009) menyatakan “kurs rupiah

  diawali dengan terdepresiasinya secara

  melemah menjadi Rp 11.711,- per USD.

  tajam nilai tukar rupiah terhadap mata

  Sehingga pada bulan November 2008

  uang asing (terutama dolar Amerika), hal

  terjadi depresiasi yang cukup tajam,

  itu mengakibatkan terjadinya kenaikan

  karena pada bulan sebelumnya Rupiah

  harga barang-barang impor. Karena

  berada di posisi Rp 10.048,- per USD”.

  kegagalan mengatasi krisis moneter dalam

  Pada Pemerintahan sekarang, sistem

  jangka waktu yang pendek, bahkan

  yang digunakan oleh Indonesia adalah

  cenderung berlarut-larut, menyebabkan

  sistem floating exchange rate atau sistem

  kenaikan tingkat harga terjadi secara

  nilai tukar mengambang, tetapi dulu

  umum. Akibatnya angka inflasi nasional

  Indonesia juga menggunakan sistem fixed

  melonjak cukup tajam tanpa diimbangi

  exchange rate. Dengan diberlakukannya

  oleh peningkatan pendapatan masyarakat

  sistem nilai tukar mengambang, maka nilai

  yang cenderung semakin merosot. Untuk

  tukar rupiah menjadi bergantung pada

  mengatasi masalah tersebut maka Bank

  supply dan demand di pasar.

  Indonesia sebagai pengendali kebijakan

  Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas

  moneter pada tahun 2005 memutuskan

  moneter yang mempunyai independensi

  untuk pertama kalinya BI rate ditetapkan

  dari pemerintah mempunyai kewajiban

  sejak BI mengimplementasikan Inflation

  menjaga

  stabilitas

  moneter serta

  T argeting Framework (ITF). Dengan

  mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

  mempertimbangkan makro ekonomi dan

  dapat meminimalisir dampak dari krisis

  inflasi kedepan.

  global. “Kebijakan Bank Indonesia dalam

  Pada tahun 2008 Indonesia mengalami

  sektor moneter adalah mengarahkan

  krisis global dikarenakan Indonesia

  kebijakan pada penurunan tekanan inflasi

  merupakan negara small open economy

  yang didorong oleh tingginya permintaan

  sehingga imbas dari krisis finansial global

  agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan

  harga BBM yang sempat mendorong

  perekonomian dalam negeri. Salah satu

  inflasi mencapai 12,14 persen pada bulan

  dampak dari krisis finansial global adalah

  September 2008. Untuk mengantisipasi

  berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan

  Sekretariat Kementrian Negara RI (2009)

  BI rate dari 8 persen secara bertahap

  menyatakan

  “pertumbuhan

  ekonomi

  menjadi 9,5 persen pada Oktober 2008.

  Indonesia secara keseluruhan tumbuh

  Dengan kebijakan moneter tersebut maka

  mencapai 6,1 pada tahun 2008 atau

  ekspektasi inflasi masyarakat tidak

  sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

  terakselerasi lebih lanjut “(Sekretariat

  tahun 2007 sebesar 6,3”.

  Negara RI, 26 Mei 2009).

  Pada saat terjadi krisis global ekspor

  Menurut pendapat sebagian para ahli

  Indonesia mengalami penurunan. Inilah

  ekonomi, biasanya, upah riil tidak

  yang menyebabkan terjadinya defisit

  bergantung pada berapa banyak uang yang

  Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

  dicetak pemerintah. Jika pemerintah

  Secara umum, nilai tukar rupiah relatif

  menurunkan inflasi dengan memperlambat

  stabil sampai pertengahan September

  tingkat pertumbuhan uang, para pekerja

  JESP V ol. 4, No. 2, 2012

  tidak akan melihat upah riil mereka naik

  • Hipotesis Ketiga : Diduga ada

  dengan lebih cepat. Padahal ketika inflasi

  pengaruh nilai tukar rupiah-dollar AS

  melambat, perusahaan akan sedikit

  terhadap laju inflasi di Indonesia pada

  menaikan harga produk mereka setiap

  periode tahun 2007–2011.

  tahun dan, akibatnya, akan memberi para

  • Hipotesis Keempat : Diduga ada

  pekerja kenaikan upah yang lebih kecil

  variabel yang paling dominan dalam (Mankiw, 2003) mempengaruhi

  laju inflasi di

  Indonesia pada periode tahun 2007-

  disebutkan bahwa faktor-faktor yang

  mempengaruhi inflasi di Indonesia adalah jumlah uang beredar (JUB), nilai tukar,

  KERANGKA TEORITIS

  pengeluaran pemerintah, PDB, dan tingkat

  Inflasi

  suku bunga SBI. Sementara itu dalam

  Inflasi merupakan kecenderungan dari

  penelitian ini hanya akan meneliti faktor-

  harga–harga untuk menaik secara terus

  faktor jumlah uang beredar, tingkat suku

  menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis

  bunga BI rate, dan nilai tukar rupiah sebagi

  barang saja dan tidak menyeret harga

  faktor yang mempengaruhi inflasi.

  barang lain tidak bisa disebut inflasi.

  Berdasarkan kondisi diatas maka penelitian

  Kenaikan harga–harga secara musiman

  ini mengambil judul “Pengaruh Jumlah

  misalnya menjelang lebaran, natal, dan

  Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga

  tahun baru hanya sekali saja, serta tidak

  BI rate, dan Nilai Tukar Rupiah Dolar AS

  memiliki pengaruh lanjutan tidak bisa

  Terhadap Laju Inflasi di Indonesia (Tahun

  disebut inflasi (Latumaerissa, 2011:22).

  2007–2011)“

  Jadi inflasi merupakan suatu gejala yang tidak diakibatkan karena kenaikan harga

  TUJUAN

  dari satu jenis barang saja melainkan

  Adapun tujuan dari penelitian ini

  berbagai jenis barang dan menyeret harga

  adalah sebagai berikut.

  barang lain dan menaik secara terus-

  1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah

  menerus.

  uang beredar (JUB), tingkat suku

  Adapun macam-macam inflasi menurut

  bunga BI rate, dan nilai tukar rupiah

  Latumaerissa (2011:23) adalah sebagai

  dolar-AS terhadap laju inflasi di

  berikut.

  Indonesia pada periode tahun 2007–

  1. Didasarkan atas parah tidaknya inflasi,

  inflasi terbagi atas inflasi ringan,

  2. Untuk mengetahui variabel yang paling

  inflasi sedang, inflasi berat, dan hiper

  dominan dalam mempengaruhi laju

  inflasi.

  inflasi di Indonesia pada tahun 2007-

  2. Didasarkan pada sebab awal terjadinya

  inflasi yang terbagi atas demand pull inflation dan cost push inflation..

  HIPOTESIS

  3. Didasarkan pada asal inflasi yang

  Adapun hipotesis dalam penelitian ini

  dibedakan menjadi domestic inflation

  adalah sebagai berikut.

  dan imported inflation.

  • Hipotesis Pertama : Diduga ada

  Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

  pengaruh jumlah uang beredar (JUB)

  pada tanggal 2 Mei 2012, faktor-faktor

  terhadap laju inflasi di Indonesia pada

  yang menentukan naik turunnya inflasi

  periode tahun 2007–2011.

  adalah sebagai berikut.

  • Hipotesis Kedua : Diduga ada

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

  pengaruh tingkat suku bunga BI rate

  penawaran barang dan jasa, seperti

  terhadap laju inflasi di Indonesia pada

  tingkat produksi, distribusi dan stock.

  periode tahun 2007–2011.

  Produksi yang berlebih dan distribusi barang yang lancar seperti terjadi pada

  JESP V ol.4, No. 2, 2012

  musim panen raya akan menyebabkan

  publik, jumlah uang beredar yang

  kelebihan penawaran barang dipasar

  dibayarkan untuk obligasi itu akan

  (excess supply) dan hargainflasi akan

  meningkatkan basis moneter sekaligus

  turun, demikian pula sebaliknya.

  meningkatkan jumlah uang beredar,

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

  dan sebaliknya.

  permintaan barang dan jasa yang

  2. Pesyaratan cadangan, adalah peraturan

  berkaitan dengan daya beli

  bank sentral yang menuntut bank

  masyarakat, perilaku, selera dan

  untuk memiliki rasio deposito-

  cadangan minimum. Kenaikan dalam

  permintaan konsumen akan barang

  persyaratan

  cadangan akan

  dan jasa juga dipengaruhi oleh

  meningkatkan

  rasio deposito-

  cadangan, menurunkan penganda uang

  rayalebaran dan tahun baru,

  dan jumlah uang beredar.

  3. Tingkat diskonto, adalah tingkat

  kebijakan moneter dan kondisi

  bunga yang dikenakan bank sentral

  perekonomian secara keseluruhan

  ketika memberikan pinjaman kepada

  yang berkaitan langsung maupun

  bank.

  tidak langsung dengan harga barang dan jasa.

  Tingkat Suku Bunga BI rate

  Dari faktor-faktor yang disebutkan

  Menurut Siamat (2005:139) “BI rate

  diatas dapat disimpulkan bahwa yang

  adalah suku bunga dengan tenor satu bulan

  mempengaruhi naik turunnya inflasi adalah

  yang diumumkan oleh Bank Indonesia

  penawaran barang dan jasa, permintaan

  secara periodik untuk jangka waktu

  barang dan jasa, kebijakan fiskal

  tertentu yang berfungsi sebagai sinyal

  pemerintah dan kebijakan moneter.

  (stance) kebijakan moneter”.

  BI rate digunakan sebagai acuan dalam

  Jumlah Uang Beredar (JUB)

  operasi moneter untuk mengarahkan agar

  Jumlah uang beredar adalah uang

  rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1

  kartal yang beredar diluar Bank Indonesia,

  bulan hasil lelang OPT berada disekitar BI

  bank-bank umum serta kantor Bendahara

  rate. Selanjutnya suku bunga SBI-1 bulan

  Negara, dan saldo giro atau rekening koran

  tersebut diharapkan akan mempengaruhi

  yang bukan milik bank umum, pemerintah

  suku bunga Pasar Uang Antar Bank

  serta bukan penduduk. Jumlah uang kartal

  (PUAB), suku bunga deposito dan kredit,

  dan uang giral disebut dengan M 1 ,

  serta suku bunga jangka waktu yang lebih

  sedangkan jumlah uang kartal, uang giral

  panjang.

  dan uang kuasi disebut dengan M 2 Menurut situs Bank Indonesia (BI) ada

  (Nopirin, 1992:174).

  3 faktor yang menentukan BI rate. Ketiga

  Bank sentral (Bank Indonesia)

  faktor tersebut adalah perkembangan

  mengendalikan jumlah uang beredar secara

  inflasi, perkembangan nilai tukar, dan

  tidak langsung dengan mengubah basis

  perkembangan kondisi moneter.

  moneter maupun rasio deposito-cadangan.

  1. Perkembangan Inflasi, Bank Indonesia

  Menurut Mankiw (2003:479) ada tiga

  pada umumnya akan menaikkan BI

  instrumen kebijakan moneter, ketiga

  rate apabila inflasi ke depan

  instrumen tersebut adalah operasi pasar

  diperkirakan melampaui sasaran yang

  terbuka, pesyaratan cadangan, dan tingkat

  telah ditetapkan, dan sebaliknya.

  diskonto.

  2. Perkembangan Nilai Tukar, Kenaikan

  1. Operasi pasar terbuka, merupakan

  BI rate, akan mendorong kenaikan

  pembelian dan pengajuan obligasi

  selisih antara suku bunga di Indonesia

  pemerintah oleh bank sentral. Ketika

  dengan suku bunga luar negeri. Hal

  bank sentral membeli obligasi dari

  tersebut mendorong investor asing

  JESP V ol. 4, No. 2, 2012

  untuk menanamkan modal ke dalam

  Inflasi yang berlaku pada umumnya

  instrument-instrumen keuangan di

  cenderung untuk menurunkan nilai

  Indonesia, dan akan mendorong

  sesuatu valuta asing.

  apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi

  4. Perubahan suku bunga dan tingkat

  Rupiah mengakibatkan harga barang

  pengembalian investasi., Suku bunga

  impor lebih murah dan barang ekspor

  dan tingkat pengembalian investasi

  kita di luar negeri menjadi lebih mahal

  sangat penting peranannya dalam

  atau kurang kompetitif.

  mempengaruhi aliran modal. Suku

  bunga dan tingkat pengembalian

  (jumlah uang beredar, likuiditas

  investasi yang rendah cenderung akan

  perbankan dsb), Jika jumlah uang

  menyebabkan modal dalam negeri

  beredar di masyarakat meningkat lebih

  mengalir keluar negeri.

  banyak maka Bank Indonesia akan

  5. Pertumbuhan ekonomi., Efek yang

  menaikan suku bunga BI rate untuk

  akan diakibatkan oleh sesuatu

  menekan jumlah uang beredar

  kemajuan ekonomi kepada nilai mata

  tersebut.

  uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.

  Nilai T ukar Rupiah

  Penelitian Sebelumnya

  bahwa “kurs (exchange rate) antara dua

  Penelitian mengenai faktor-faktor yang

  negara adalah tingkat harga yang

  mempengaruhi laju inflasi di Indonesia

  disepakati penduduk kedua negara untuk

  pernah dilakukan oleh Lutfi dan Hidayat

  saling melakukan perdagangan”.

  (2002), menunjukan bahwa jumlah uang

  Menurut Sukirno (2011:402) ada 5

  beredar berpengaruh terhadap laju inflasi,

  faktor yang mempengaruhi nilai tukar,

  sedangkan

  kurs

  dan pengeluaran

  selanjutnya kelima faktor tersebut akan

  pemerintah tidak berpengaruh terhadap

  dijelaskan sebagai berikut.

  laju inflasi. Penelitian selanjutnya

  1. Perubahan dalam citarasa masyarakat,

  dilakukan juga oleh Sasana (2004) yang

  Citarasa masyarakat mempengaruhi

  didapat hasil bahwa jumlah uang beredar

  corak konsumsi mereka. Perbaikan

  dan nilai tukar mempunyai hubungan

  kualitas barang-barang dalam negeri

  positif dan berpengaruh terhadap tingkat

  menyebabkan keinginan mengimpor

  inflasi di Indonesia. Pendapatan nasional

  berkurang dan dapat juga menaikan

  dan tingkat suku bunga mempunyai

  ekspor, dan sebaliknya. Perubahan-

  hubungan negatif dan berpengaruh

  perubahan ini akan mempengaruhi

  terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

  permintaan dan penawaran valuta asing.

  METODE PENELITIAN

  2. Perubahan harga barang ekspor dan

  Pemilihan teknik analisis data yang

  impor., Harga sesuatu barang

  tepat dan sesuai dengan jenis data yang

  merupakan salah satu faktor penting

  telah dikumpulkan akan mampu menjawab

  yang menentukan apakah sesuatu

  rumusan masalah dan hipotesis penelitian

  barang akan diimpor atau diekspor.

  yang telah ditentukan. Untuk menguji

  Dengan demikian perubahan harga

  hipotesis tentang bagaimana kekuatan

  barang-barang ekspor dan impor akan

  variabel indipenden jumlah uang beredar

  (JUB), tingkat suku bunga BI rate, dan

  penawaran dalam permintaan keatas

  nilai tukar rupiah dolar AS terhadap laju

  mata uang negara tersebut.

  inflasi di Indonesia. Penelitian ini

  3. Kenaikan harga umum (inflasi).,

  menggunakan teknik analisis regresi linier

  Inflasi sangat besar pengaruhnya

  berganda (multiple regression analysis

  kepada kurs pertukaran valuta asing.

  model ) atau persamaan kuadarat terkecil

  JESP V ol.4, No. 2, 2012

  (Ordinary least Square) dengan model

  Estimator) maka model harus memenuhi

  dasar sebagai berikut.

  regresi linier klasik, yaitu tidak terjadi gejala multikolinieritas, autokorelasi, dan

  Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e

  heterokedastisitas. Setelah model yang

  Dimana :

  diajukan bersifat BLUE, maka untuk

  Y = Laju Inflasi

  mencapai tujuan penelitian pertama perlu

  X 1 = Jumlah uang beredar (JUB)

  dilakukan ters statistic meliputi R-square,

  X 2 = Suku Bunga BI rate

  F-test dan T-test.

  X 3 = Nilai Tukar Rupiah Dolar AS

  b = koefisien garis regresi

  Sumber Data

  a = bilangan konstanta

  Sumber data yang digunakan dalam

  e = error

  penelitian ini adalah data sekunder yang

  Adapun teknik untuk menganalisis

  telah diolah dan dikumpulkan serta

  yang akan dilakukan untuk melakukan

  dipublikasikan kepada masyarakat luas.

  regresi linier berganda pada penelitian ini

  Sumber data diperoleh dari website Bank

  diggunakan progam Statistical Package

  Indonesia (BI) dalam bentuk Statistik

  Social Sciences (SPSS) 16.0. Agar model

  Ekonomi Keuangan Indonesia yaitu

  tersebut memberikan hasil estimasi yang

  www .bi.go.id.

  terbaik atau BLUE (Best Linier Unbiased