Seperti yang disarankan oleh Graf cit Moynihan, gigi memerlukan kira-kira 3 jam untuk pulih dari setiap paparan kariogenik. Jika interval waktu antara makan
diperpendek dengan paparan cuma sekali mengemil, maka karies sudah dapat berkembang secara signifikan. Jadi, konsumsi gula antara waktu makan utama dapat
menyebabkan pH plak dental berada di bawah tingkat kritikal selama 8 jam yang akan mengganggu proses remineralisasi gigi.
19
Penelitian menunjukkan jika seseorang makan cuma 3 kali sehari, tanpa mengemil di antara waktu makan kecuali minum air putih, gigi-geliginya hanya
terpapar kepada risiko serangan karies selama 20 menit setiap kali makan. Walau bagaimanapun, mengemil tidak berbahaya bagi gigi jika makanan yang dimakan saat
mengemil merupakan makanan yang tidak bersifat kariogenik.
24
2.4.3 Durasi Makan
Ketika mempertimbangkan kariogenitas dari suatu makanan atau minuman, penting untuk turut mempertimbangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
makan makanan atau minuman tersebut.
24
Hal ini karena salah satu penyebab utama terjadinya karies adalah berhubungan dengan lamanya waktu pemaparan gula
terhadap gigi. Telah diketahui bahwa asam yang dihasilkan oleh bakteri setelah asupan gula bertahan selama 20 sampai 40 menit di dalam rongga mulut.
12
Email gigi sangat rentan terhadap asam dan akan terjadinya demineralisasi dari gigi yang akan
mengakibatkan karies jika gigi terpapar dengan lingkungan asam untuk tempoh yang lama.
17
2.4.4 Konsentrasi dan Jumlah Gula Tambahan dalam Makanan dan
Minuman
Konsentrasi dan jumlah gula tambahan yang digunakan di dalam makanan dan minuman turut memiliki hubungan yang signifikan dalam proses terjadinya
karies pada gigi anak. Makanan yang mengandung lebih banyak gula tidak berarti bahwa makanan tersebut bersifat kariogenik secara signifikan. Faktor terpenting
Universitas Sumatera Utara
adalah konsentrasi gula di dalam makanan tersebut; semakin tinggi konsentrasi gula, semakin besar kemungkinan gula tersebut dapat menembus masuk ke dalam plak
dental secara cepat dan dimetabolisme oleh bakteri dalam plak dental untuk menghasilkan asam laktat yang menjadi faktor utama penyebab karies pada gigi
sebelum dapat dinetralisir secara efektif oleh saliva melalui sistem buffer.
19
2.4.5 Pemberian Susu yang Inadekuat
Susu mengandung hampir semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh manusia, seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan hampir semua vitamin. Anak yang
mendapat diet yang seimbang, meskipun tidak mengonsumsi susu, akan mendapat gizi yang cukup baik, kecuali kalsium atau zat kapur. Susu merupakan satu-satunya
nutrisi yang mengandung kalsium dalam jumlah yang besar. Itulah sebabnya mengapa anak dianjurkan untuk minum paling minimal dua gelas susu setiap hari.
29
Pertukaran susu dari ASI menuju botol dengan susu formula sering menimbulkan kendala tersendiri, karena anak enggan minum susu dengan
menggunakan botol. Salah satu cara orang tua untuk mengatasi kendala ini adalah dengan menambahkan gula ke dalam susu formula sebagai pengganti rasa manis
laktosa yang terdapat di dalam ASI dan susu sapi. Penambahan gula akan menyebabkan anak-anak mulai tertarik untuk meminum susu botolnya.
29
Walau bagaimanapun, tindakan ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mulut
anak karena pemaparan gigi terhadap gula yang ditambahkan ke dalam susu dapat meningkatkan risiko karies jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dan frekuensi
yang tinggi. Pendapat terdahulu mengatakan bahwa pemberian susu botol yang inadekuat
dianggap sebagai penyebab yang paling berperan untuk terjadinya ECC, namun kenyataannya tidak semua anak yang minum dengan menggunakan botol
mendapatkan ECC. Pendapat sekarang mengatakan bahwa pemberian makanan atau minuman yang banyak mengandung gula pada bayi dan balita adalah sebagai
penyebabnya.
6,16
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pengetahuan orang tua yang rendah menyebabkan mereka membiarkan anak mengonsumsi susu botol atau minuman yang ditambah bahan
pemanis selain air putih, tanpa membersihkan atau menyikat gigi anak mereka setelah itu, turut menjadi penyebab terjadinya ECC pada anak.
17
Hal ini karena, sewaktu anak tidur, aliran saliva menjadi perlahan, frekuensi penelanan berkurang dan pembersihan
sisa cairan susu di rongga mulut akan menjadi perlahan sehingga memudahkan terjadinya karies pada gigi. Di samping itu, selama anak tidur, pH saliva akan
menurun sehingga mengakibatkan daya buffer saliva dalam menetralkan asam berkurang menyebabkan proses terjadinya karies dapat berlaku.
1,12,17
Pada anak yang menyusu dengan menggunakan botol, biasanya akan terdapat karies pada gigi rahang atas depan dan umumnya terjadi infeksi bakteri terutama
Streptococcus mutans . Dot botol yang letaknya menempel pada langit-langit mulut
menyebabkan cairan susu membasahi semua gigi di rahang atas kecuali gigi depan bawah. Bila anak-anak tertidur dengan dot botol di dalam mulut, cairan susu akan
memenuhi dan bergenang sampai ke gigi depan di rahang atas. Pada saat demikian, bakteri pada permukaan gigi akan memfermentasikan substrat yaitu gula di dalam
susu. Bila susu mengandung sukrosa selain daripada laktosa, maka kolonisasi Streptococcus mutans
akan bertambah banyak.
7
Selain daripada susu, pemberian minuman lain yang ditambah bahan pemanis seperti jus buah, teh manis dan minuman bersoda di dalam botol juga dapat
meningkatkan risiko karies pada anak.
1,5,15,16
Hal ini karena, gula yang terkandung dalam minuman tersebut yang terdiri dari sukrosa, glukosa dan fruktosa akan
dihidrolisa oleh enzim amilase yang terdapat dalam saliva menjadi bentuk yang lebih ringkas. Seterusnya gula tersebut akan difermentasi oleh bakteri yang terdapat pada
permukaan gigi dan menghasilkan produk yang bersifat asam menyebabkan penurunan pH di rongga mulut. Lingkungan rongga mulut yang bersifat asam ini
mendorong terjadinya demineralisasi gigi sehingga akhirnya meningkatkan risiko karies pada anak.
12,15
Seow melaporkan bahwa penambahan sukrosa dalam minuman akan meningkatkan keasaman plak dan menyebabkan dominasi Streptococcus mutans
Universitas Sumatera Utara
di rongga mulut. Walau bagaimanapun, bukti bahwa kariogenitas dari susu sapi, ASI dan susu formula masih bervariasi dan belum dapat dipastikan.
15
2.4.6 Konsumsi Makanan Sehat