1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum : Mengetahui pengaruh penggunaan irigasi salin dingin terhadap pembentukan adhesi peritonium pasca
laparatomi pada hewan coba tikus.
1.4.2. Tujuan Khusus : 1.
Mengetahui pengaruh suhu 8
o
C dan 16
o
C terhadap pembentukan adhesi peritonium pasca laparatomi pada hewan coba tikus.
2. Mengetahui pengaruh irigasi salin dingin selama 15 menit dan 30 menit
terhadap pembentukan adhesi peritonium pasca laparatomi pada hewan coba tikus.
3. Mengetahui skor adhesi makroskopis pada pemberian salin dingin pasca
laparotomi pada hewan coba tikus. 4.
Mengetahui skor fibrosis secara histopatologi pada pemberian salin dingin
pasca laparotomi pada hewan coba tikus. 1.5. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui suhu dan durasi irigasi dengan salin dingin yang lebih optimal dalam menurunkan pembentukan
adhesi peritonium pasca laparotomi pada hewan coba tikus.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Anatomi dan Fungsi Peritoneum
Peritoneum merupakan selapis sel mesotelium komplek dengan membran basalis yang ditopang oleh jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah.
Peritoneum terdiri dari peritoneum parietal yang melapisi dinding bagian dalam rongga abdomen, diafragma dan organ retroperitoneum dan peritoneum visceral
yang melapisi seluruh permukaan organ dalam abdomen. Luas total peritoneum lebih kurang 1,8 m
2
. Setengahnya ±1 m
2
berfungsi sebagai membran semipermeabel terhadap air, elektrolit, serta makro dan mikro molekul. Cheong,
2001 Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ
intraperitoneum. Normal terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Zhang, 2011
2.2. Definisi Adhesi peritoneal adalah pembentukan jaringan ikat patologis antara
omentum, usus dan dinding perut. Perlengketan ini dapat berupa jaringan ikat tipis seperti film, jaringan fibrosis yang tebal mengandung pembuluh darah dan
jaringan saraf, atau perlengketan langsung antara dua permukaan organ Binda, 2009. Menurut etiologinya, adhesi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai
bawaan atau didapat sebagai reaksi post inflamasi atau pasca operasi yang merupakan kasus terbanyak. Binda, 2004; Schoman, 2009
Di antara pembentukan adhesi pasca operasi, dapat dibedakan atas tiga proses: adhesion formation perlekatan terbentuk pada tempat operatif; de novo
ahesion formation perlekatan terbentuk tidak pada tempat operatif, dan adhesion reformation adhesi yang terbentuk setelah pembebasan adhesi sebelumnya.
Diamond dkk membedakan pembentukan adesi peritoneal menjadi 2 tipe Arung, 2011. Tipe 1 atau de novo adhesion formation dimana adhesi terbentuk pada
lokasi yang sebelumnya tidak ada dijumpa adhesi, termasuk tipe 1A tidak ada prosedur operasi sebelumnya di tempat adhesi dan tipe 1B ada prosedur operasi
sebelumnya di tempat adhesi. Tipe 2 adalah pembentukan adhesi kembali dimana