BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Anatomi dan Fungsi Peritoneum
Peritoneum merupakan selapis sel mesotelium komplek dengan membran basalis yang ditopang oleh jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah.
Peritoneum terdiri dari peritoneum parietal yang melapisi dinding bagian dalam rongga abdomen, diafragma dan organ retroperitoneum dan peritoneum visceral
yang melapisi seluruh permukaan organ dalam abdomen. Luas total peritoneum lebih kurang 1,8 m
2
. Setengahnya ±1 m
2
berfungsi sebagai membran semipermeabel terhadap air, elektrolit, serta makro dan mikro molekul. Cheong,
2001 Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ
intraperitoneum. Normal terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Zhang, 2011
2.2. Definisi Adhesi peritoneal adalah pembentukan jaringan ikat patologis antara
omentum, usus dan dinding perut. Perlengketan ini dapat berupa jaringan ikat tipis seperti film, jaringan fibrosis yang tebal mengandung pembuluh darah dan
jaringan saraf, atau perlengketan langsung antara dua permukaan organ Binda, 2009. Menurut etiologinya, adhesi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai
bawaan atau didapat sebagai reaksi post inflamasi atau pasca operasi yang merupakan kasus terbanyak. Binda, 2004; Schoman, 2009
Di antara pembentukan adhesi pasca operasi, dapat dibedakan atas tiga proses: adhesion formation perlekatan terbentuk pada tempat operatif; de novo
ahesion formation perlekatan terbentuk tidak pada tempat operatif, dan adhesion reformation adhesi yang terbentuk setelah pembebasan adhesi sebelumnya.
Diamond dkk membedakan pembentukan adesi peritoneal menjadi 2 tipe Arung, 2011. Tipe 1 atau de novo adhesion formation dimana adhesi terbentuk pada
lokasi yang sebelumnya tidak ada dijumpa adhesi, termasuk tipe 1A tidak ada prosedur operasi sebelumnya di tempat adhesi dan tipe 1B ada prosedur operasi
sebelumnya di tempat adhesi. Tipe 2 adalah pembentukan adhesi kembali dimana
dibagi lagi menjadi 2 sub tipe; tipe 2A tidak ada prosedur operasi di lokasi adhesi selain adhesiolisis dan tipe 2B terdapat prosedur operasi lainnya di lokasi adhesi
selain adhesiolisis. Arung, 2011 2.3. Etiologi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan adhesi pasca laparotomi, antara lain; infeksi intrabdominal peritonitis, endometriosis, apendisitis akut,
divertikulitis, penyakit crohn’s, kolesistitis, penyakit radang pelvis PID, abses
intraabdomen dan abses hati, trauma abrasi atau tindakan operasi yang kasar, cedera panas kauterisasi, paparan lampu operasi, iskemia termasuk jahitan yang
tegang, tebal dan kasar, kauterisasi, kekeringan serosa, devaskulerisasi, paparan benda-benda asing seperti bubuk tepung dari sarung tangan, atau potongan
benang. Schonman, 2009 Sebagian besar adhesi peritoneal disebabkan oleh prosedur pembedahan
didalam rongga peritoneal Corona, 2011. Prevalensi kejadian adhesi peritoneal pasca tindakan operasi intra abdominal antara 63 -97 Cheong, 2001; Bates,
2011. Secara keseluruhan, sekitar sepertiga dari pasien yang menjalani operasi bedah terbuka pada perut atau panggul datang kembali ke pusat rawatan rata-rata
dua kali dalam 10 tahun diakibatkan oleh kondisi yang berhubungan dengan komplikasi adhesi peritoneal. Lebih dari 20 penderita datang kembali ke pusat
kesehatan pada tahun pertama setelah operasi awal, dan 4,5 dari pasien tersebut akibat obstruksi adhesi usus halus. Shou-Chuan, 2003
Pembedahan kolorektal merupakan jenis operasi yang paling banyak menyebabkan adhesi peritoneal. Obstruksi usus halus adalah komplikasi yang
paling umum dari adhesi peritoneal Fang, 2010; Pismensky, 2011; Cheong, 2001; Bates, 2011. Pada Westminster Hospital London, Inggris obstruksi usus
menyumbang 0,9 dari seluruh rawatan. Sebuah survei di Inggris 1992 melaporkan jumlah kasus obstruksi adhesi usus halus tahunan mencapai 12.000-
14.400. Pada tahun 1988 di Amerika Serikat, kasus rawatan untuk adhesiolisis menyumbang hampir 950.000 rawatan Kamel, 2010. Semua studi ini
menunjukkan bahwa obstruksi adhesi usus halus adalah masalah kesehatan yang signifikan baik di negara maju dan berkembang. Ikechebelu, 2010