Etika Penelitian Cara Kerja dan Alur Penelitian

Semua hewan coba dibius dengan 30 mgkg ketamine hydrocloride pada otot femoralis dan bernapas spontan selama prosedur. Area mid abdomen dicukur kemudian dilakukan aseptik dan antiseptik prosedur dengan povidone iodine 10 dan alkohol 70. Dilakukan inisisi 3 cm pada mid abdomen, saekum di eksteriorisasi kemudian dilakukan abrasi seluas 1-2 cm 2 dengan scapel no 11 hingga tampak bercak hemoragik. Prosedur yang sama juga dilakukan pada dinding abdomen yang berlawanan dengan posisi saekum seluas 1-2 cm 2 . Gambar 3.2 : Saekum di eksteriorisasi dan dilakukan maserasi pada peritonium viseral dan peritonium parietal hingga ditemukan bintik perdarahan Penelitian dilakukan dalam 2 sesi, dimana setiap sesi diberikan perlakuan pada setiap grup dengan suhu yang diinginkan. Suhu yang diinginkan didapat dengan mendinginkan NaCl 0,9 menggunakan kulkas konvensional dengan mengatur termostat pada 8 o C dan 16 o C. Suhu tersebut dipertahankan pada saat penelitian dengan mengisolator cairan NaCl 0,9 menggunakan styrofoam. Sebelum percobaan dimulai suhu diukur ulang dengan termostat ruangan untuk memastikan suhu yang diinginkan. Gambar3.3: Persiapan suhu 8 o C dan 16 o C pada kulkas konvensional Pada grup I dilakukan irigasi intraperitonium dengan meneteskan NaCl 0,9 60 tetesmenit pada suhu ruangan 32 o C selama 15 menit dan 30 menit. Pada grup II, dilakukan irigasi intraperitonium dengan meneteskan NaCl 0,9 60 tetesmenit pada suhu 8 o C selama 15 menit dan 30 menit. Pada grup III, dilakukan irigasi intraperitonium dengan meneteskan NaCl 0,9 60 tetesmenit pada suhu 16 o C selama 15 menit dan 30 menit. Cairan irigasi yang keluar dari intraperitonium dikeringkan dengan kasa steril dan pada akhir percobaan semua cairan yang ada didalam rongga abdomen dikeringkan. Luka insisi dijahit dengan nilon 5.0 secara kontinu. Hanya air yang diberikan pada 24 jam pertama pasca operasi, disusul dengan pemberian makanan normal 24 jam setelahnya. Gambar 3.4 : Rongga peritonium di irigasi dengan cairan saline pada suhu yang diinginkan kemudian dikeringkan dan dijahit dengan nilon 5.0 Tabel 3.1: Distribusi kelompok hewan coba GRUP 15 Menit 30 Menit Jumlah I Kontrol 32 o C 5 ekor 5 ekor 10 ekor II 8 o C 5 ekor 5 ekor 10 ekor III 16 o C 5 ekor 5 ekor 10 ekor Total Hewan Coba 30 Ekor Pada hari ke delapan, semua hewan coba dikorbankan dengan menggunakan phenobarbital dosis letal secara intramuscular. Dilakukan insisi “U” terbalik pada dinding anterior abdomen, yang kemudian diretraksi secara kaudal untuk mendapatkan exposur yang maksimal tanpa merusak area yang telah diabrasi sebelumnya. Derajat dari adhesi secara makroskopis dinilai berdasarkan metode Evans yang dinilai pada daerah yang telah dilakukan abrasi antara dinding abdomen dan saekum. Daerah yang mengalami adhesi dieksisi dan difiksasi dengan formaldehid buffer 10. Setelah dilakukan dehidrasi, dibuat parafin blok dan diwarnai dengan hematoxylin eosin HE kemudian dinilai dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x. Histopatologi adhesi dikategorikan sebagai derajat 0-III berdasarkan banyaknya fibrosis. Evaluasi histopatologi dilakukan oleh spesialis patologi anatomi.

3.6. Variable Penelitian

3.6.1. Variabel bebas : 1. Cairan saline 8 o C 2. Cairan saline 16 o C 3. Cairan saline 32 o C 4. Waktu irigasi 15 menit 5. Waktu irigasi 30 menit 3.6.2. Variabel tergantung : 1. Derajat makroskopis adhesi peritonium berdasarkan metode Evan.s 2. Derajat mikroskopis adhesi peritonium berdasarkan pembentukan fibrosis 3.7. Definisi Operasional Derajat dari adesi secara makroskopis dinilai berdasarkan metode Evans. Derajat 0 Tidak terjadi adhesi Derajat I Adhesi dapat dibebaskan secara spontan Derajat II Adhesi dibebaskan dengan traksi Derajat III Adhesi dibebaskan dengan diseksi tajam Penilaian fibrosis secara histopatologi Derajat 0 Tidak terdapatnya fibrosis Derajat I Fibrosis ringan ≤10 LPB Derajat II Fibrosis sedang 10- ≤50 LPB Derajat III Fibrosis berat 50 LPB

3.8. Kriteria Penelitian

3.8.1 Kriteria inklusi 1. Wistar albino 200-225gr 2. Hewan sehat 3. Gerakan aktif 3.8.2 Kriteria eksklusi 1. Terdapatnya adhesi peritonium primer pada saat laparotomi 2. Cedera usus atau organ pada saat laparotomi. 3. Gagal napas akibat pembiusan.

3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data dianalisa dengan menggunakan SPSS 17.0. Uji hipotesa dengan uji statistik non parametrik. Untuk membandingkan perbedaan diantara kelompok perlakuan digunakan Chi-Square Test.