Anatomi dan Fungsi Peritoneum
dibagi lagi menjadi 2 sub tipe; tipe 2A tidak ada prosedur operasi di lokasi adhesi selain adhesiolisis dan tipe 2B terdapat prosedur operasi lainnya di lokasi adhesi
selain adhesiolisis. Arung, 2011 2.3. Etiologi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan adhesi pasca laparotomi, antara lain; infeksi intrabdominal peritonitis, endometriosis, apendisitis akut,
divertikulitis, penyakit crohn’s, kolesistitis, penyakit radang pelvis PID, abses
intraabdomen dan abses hati, trauma abrasi atau tindakan operasi yang kasar, cedera panas kauterisasi, paparan lampu operasi, iskemia termasuk jahitan yang
tegang, tebal dan kasar, kauterisasi, kekeringan serosa, devaskulerisasi, paparan benda-benda asing seperti bubuk tepung dari sarung tangan, atau potongan
benang. Schonman, 2009 Sebagian besar adhesi peritoneal disebabkan oleh prosedur pembedahan
didalam rongga peritoneal Corona, 2011. Prevalensi kejadian adhesi peritoneal pasca tindakan operasi intra abdominal antara 63 -97 Cheong, 2001; Bates,
2011. Secara keseluruhan, sekitar sepertiga dari pasien yang menjalani operasi bedah terbuka pada perut atau panggul datang kembali ke pusat rawatan rata-rata
dua kali dalam 10 tahun diakibatkan oleh kondisi yang berhubungan dengan komplikasi adhesi peritoneal. Lebih dari 20 penderita datang kembali ke pusat
kesehatan pada tahun pertama setelah operasi awal, dan 4,5 dari pasien tersebut akibat obstruksi adhesi usus halus. Shou-Chuan, 2003
Pembedahan kolorektal merupakan jenis operasi yang paling banyak menyebabkan adhesi peritoneal. Obstruksi usus halus adalah komplikasi yang
paling umum dari adhesi peritoneal Fang, 2010; Pismensky, 2011; Cheong, 2001; Bates, 2011. Pada Westminster Hospital London, Inggris obstruksi usus
menyumbang 0,9 dari seluruh rawatan. Sebuah survei di Inggris 1992 melaporkan jumlah kasus obstruksi adhesi usus halus tahunan mencapai 12.000-
14.400. Pada tahun 1988 di Amerika Serikat, kasus rawatan untuk adhesiolisis menyumbang hampir 950.000 rawatan Kamel, 2010. Semua studi ini
menunjukkan bahwa obstruksi adhesi usus halus adalah masalah kesehatan yang signifikan baik di negara maju dan berkembang. Ikechebelu, 2010
2.4. Patofisiologi Pembentukan Adhesi 2.4.1. Respon Trauma Pada Peritoneum
Trauma pada jaringan mesothelium peritoneum menimbulkan reaksi inflamasi sebagai respon tubuh. Di tingkat selular, dilepaskan prostaglandin dan
diaktifkan komponen inflamasi seperti netrofil, makrofag, sel mast, basofil, platelet, sel endothelial limfosit dan leukosit. Sel mast melepaskan mediator
inflamasi berupa histamin, serotonin, enzim lisosom, faktor kemotaksis, dan sitokin serta metabolit oksigen reaktif untuk membunuh bakteri, mengeliminir
benda asing dan memperbaiki fungsi tubuh baik secara anatomi dan fisiologi. Arung, 2011
Histamin menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah peritoneum menghasilkan transudasi yang kaya fibrinogen ke dalam rongga
peritoneum, dan menyebabkan netrofil memasuki daerah luka. Fungsi utama sel netrofil adalah fagositosis, menghancurkan bakteri dan membantu membersihkan
jaringan yang mati. Infiltrasi sel netrofil mencapai puncaknya setelah 24 jam dan secara perlahan digantikan oleh monosit. Monosit selanjutnya berubah menjadi
makrofag yang akan melanjutkan penghancuran bakteri dan debrideman luka. Arung, 2011; Mahdy, 2008
Makrofag mensekresikan Transforming Growth Factor Beta TGF β yang
merangsang proliferasi fibroblast dan regulasi sel mesotelium untuk menghasilkan fibrin. Pada hari kedua makrofag akan membentuk lapisan pada peritoneum yang
mengalami trauma. Deposit fibrin akan terbentuk antara 48 sampai 72 jam pascalaparotomi. Pada hari ketiga dan keempat terjadi infiltrasi dan proliferasi sel
fibroblast. Pada saat ini juga terjadi proliferasi sel endotel pada proses neovaskulerisasi, proses re-epitelisasi jaringan peritoneum. Arung, 2011;
Liakakos, 2001 Fibrinolisis dimulai minimal tiga hari setelah trauma dan meningkat pesat
pada hari kedelapan setelah regenerasi sel mesotelium secara komplek. Bila proses fibrinolisis berlangsung normal maka pada hari keempat dan kelima sel
mesotelium akan tumbuh di sepanjang garis luka dan menutupi kerusakan secara total. Mulai hari ke lima dan keenam jumlah makrofag akan menurun dan pada
hari ke delapan sel mesotelium akan menutupi luka dan beregenerasi secara komplek. Emre, 2009; Cahill, 2008
Seluruh permukaan peritoneum yang mengalami trauma akan mengalami reepitelisasi secara simultan sehingga defek peritoneum baik besar maupun kecil
akan sembuh secara sempurna dengan sama cepat. Berbeda pada kulit, proses penyembuhan terjadi secara sentripetal dari pinggir. Jomezadeh, 2012; Binda,
2004