Every Goalkeeper a Prince

Every Goalkeeper a Prince

Kalau Kawan menyebutnya ini membanggakan diri atau adalah sebuah kesombongan, itu hakmu. Tapi maksudku bukan begitu. Namun bila engkau masih berkeras dengan keyakinanmu, ketahuilah dalam setiap setiap keburukan ada pelajaran berharga. Kalau Fir'aun menulis sendiri biografinya, kujamin akan Bestseller. Bukan karena banyak orang ingin belajar untuk sombong, namun belajar untuk menghindarinya. Suatu pagi sabtu aku dan teman-teman bergairah ke Monas untuk bermain futsal. Trinsprirasi Goenawan Mohamad dalam salah-satu Catatan Kaki Tempo-nya, aku memilih berposisi sebagai goalkeeper. Apa baiknya kukabari juga padamu apa yang dibilang Goenawan?

Begini, Kawan. Kalau pergulatan kehidupan ini adalah sebuah pertandingan sepak bola, maka posisi sebagai goalkeeper adalah pilihan yang terbaik. Dia jauh dari yang lain, jauh dibelakang sana, di bawah mistar. Namun dia adalah bagian terpenting diri tim. Dia bisa mengamati jalannya pertandingan dengan sangat rinci. Meski bisa berposisi sebagai pengamat, dia bukanlah bagian dari yang pasif dan hanya bisa menonton. Goalkeeper, pada saat tertentu, adalah penentu utama, pada saat kegetiran, pada saat serangan lawan mendekati puncak.Dalam dinamika kehidupan, posisi goalkeeper ini bagiku adalah seorang akademisi. Mungkin Goenawan bermaksud posisi ini adalah wartawan. Memang benar karena profesinya adalah itu. Atau mungkin maksudnya adalah sastrawan yang melalui kritik sastranya dia mampu menjadi pengamat mendalam dan yang paling harus dipatuhi pada saat tertentu persis seperti tunduknya para pemain pada goalkeeper pada saat eksekusi bola mati oleh lawan dan tendangan penjuru. Tapi sastrawan tidak dipatuhi. Akademisi dipatuhi.

Mungkin juga, seorang mata-mata paling tepat sebagai analogi ini. Tapi tidak juga, mereka hanya sangat pasif persis seorang pengamat sepak bala ataupun pencari bakat yang memata-matai keahlian seorang pemain. Ah, tidak ada yang lebih pantas untuk menganalogikan goalkeeper ini selain akademisi. Aku merujuk pada ketangkasan Amien Rais dalam memperjuangkan reformasi. Sastrawan mungkin punya daya amat yang baik, tapi mereka kurang berarti saat eksekusi. Akademisi selain mampu mengamati dengan teliti juga bisa berfungsi sebagai inspirator bagi para pemain. Pada saat-saat tertentu, bila telah sangat mendesak, karena dia mampu, dia mengambil peran fital: sebagai penentu. Setidaknya nama-nama berikut dapat dijadikan contah akademisi-akademisi yang terjun kedua praktis ketika dunia itu telah sangat riskan: Habibie, Jimly Assidiqie, Boediono dll. Pada sabtu pagi dalam pertandingan futsal kami di Monas, awalnya aku Mungkin juga, seorang mata-mata paling tepat sebagai analogi ini. Tapi tidak juga, mereka hanya sangat pasif persis seorang pengamat sepak bala ataupun pencari bakat yang memata-matai keahlian seorang pemain. Ah, tidak ada yang lebih pantas untuk menganalogikan goalkeeper ini selain akademisi. Aku merujuk pada ketangkasan Amien Rais dalam memperjuangkan reformasi. Sastrawan mungkin punya daya amat yang baik, tapi mereka kurang berarti saat eksekusi. Akademisi selain mampu mengamati dengan teliti juga bisa berfungsi sebagai inspirator bagi para pemain. Pada saat-saat tertentu, bila telah sangat mendesak, karena dia mampu, dia mengambil peran fital: sebagai penentu. Setidaknya nama-nama berikut dapat dijadikan contah akademisi-akademisi yang terjun kedua praktis ketika dunia itu telah sangat riskan: Habibie, Jimly Assidiqie, Boediono dll. Pada sabtu pagi dalam pertandingan futsal kami di Monas, awalnya aku

Babak kedua aku memilih manjadi pemain tengah. Aku menginspirasi tim. Pada babak pertama kulihat timku punya skil yang luarbiasa tapi hanya mampu mencetak dua gol. Ada sesuatu yang kurang: semangat. Aku ikut menyumbang satu gol melalui tendangan penalty. Hingga setelah menang 7-1, aku menjadi goalkeeper lagi. Jimly juga kembali ke kampus setelah berhasil menginspirasikan konstitusionalisasi konstitusi Indonesia. Aku kebobolan tiga gol lagi. Lebih tepatnya sengaja kebobolan. Berkat sisa-sisa semangat yang kuberikan tadi sebagai pemain tengah, tim kami berhasil menambah dua gol. Skor akhir 9-4.

Gerimis perlahan berubah menjadi hujan. Aku masih terus tertawa melihat teman-teman bermain. Jangankan mengontrol bola, mengontrol diri sendiri saja, mereka sangat kesulitan. Sepanjang pertandingan, kucatat kasus terpelaset ada seribu. Terpelaset yang lucu dan unik ada tiga ratus. Yang membuatku tertawa sampai guling-guling ada seratus. Aku kelelahan karena tertawa, bukan karena bermain. Bermain futsal di atas semen licin saat hujan turun dengan hampir semua pemain berkaki ayam akan membuat anda terhibur karena pemain-pemain yang terpeleset, bukan karena permainannya. Posisi goalkeeper sangat penting, makanya semua nomor punggung "1" milik goalkeeper. Posisinya juga istimewa. Saking istimewanya seorang goalkeeper, aku menganggap setiap goalkeeper adalah pangeran. Namun pada pagi sabtu, aku memilih menjadi goalkeeper lebih karena ingin membuktikan apa yang di tuliskan Goenawan daripada karena istimewanya perannya dan karena aku pernah menjadi goalkeeper andalan Pesantren Modern Al-kautsar Al-Akbar dan STM Teladan. Dan Goenawan benar.