Sistem Seks Sebagai Akar dari Praktik FGM di Sierra Leone
5.1.1 Sistem Seks Sebagai Akar dari Praktik FGM di Sierra Leone
Opresi terhadap perempuan berakar dari sistem seks. Jika ditempatkan pada praktik FGM di Sierra Leone, ini berawal dari sebuah fakta bahwa perempuan itu memiliki vagina, sebuah organ yang menandakan bahwa ia adalah perempuan. Feminis radikal mengklaim bahwa sumber dari opresi terhadap seorang perempuan termasuk dalam praktik FGM ini adalah sistem seks itu sendiri, dimana pada perempuan dalam hal ini adalah vagina. Pernyataan sumber dari opresi atas Opresi terhadap perempuan berakar dari sistem seks. Jika ditempatkan pada praktik FGM di Sierra Leone, ini berawal dari sebuah fakta bahwa perempuan itu memiliki vagina, sebuah organ yang menandakan bahwa ia adalah perempuan. Feminis radikal mengklaim bahwa sumber dari opresi terhadap seorang perempuan termasuk dalam praktik FGM ini adalah sistem seks itu sendiri, dimana pada perempuan dalam hal ini adalah vagina. Pernyataan sumber dari opresi atas
Ia menyatakan bahwa 107 FGM itu berawal dari stereotip terhadap perempuan yang sebenarnya konstruksi sosial yang dihubungkan ke masalah biologis perempuan,
masalah genital perempuan. Sehingga muncullah mitos-mitos tentang perempuan dan vaginanya. Mitos bahwa vagina adalah sumber dari kejelekan seorang perempuan, ketika vagina ini tidak dilakukan tindakan pemotongan dan pembatasan terhadapnya, maka perempuan yang punya vagina ini akan menjadi perempuan yang tidak baik dalam masyarakat. Menjadi agresif, nakal, aktif, dan memunculkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki oleh masyarakat patriarki untuk ada dalam diri seorang perempuan.
Sierra Leone ini masyarakatnya sangatlah patriarki. Ketika seluruh dunia ini memang sudah patriarki dan sangat tidak adil terhadap perempuan, Sierra Leone lebih memperdalam dan kuat dalam sistem patriarki ini. Sebagian besar masyarakat internasional yang patriarki saja telah mengakui FGM sebagai praktik berbahaya yang melanggar hak asasi perempuan dan sudah menghentikan praktik FGM ini, namun masyarakat Sierra Leone ini masih saja mengaplikasikannya. Itu adalah bukti mengapa ia disebut patriarki tingkat tinggi disamping banyak ketimpangan- ketimpangan, ketidakadilan-ketidakadilan, serta kekerasan lainnya yang terjadi di
106 Feminis Indonesia hanyalah sebuah bentuk pernyataan bahwa feminis ini berasal dari Indonesia, tidak ada perbedaan yang ingin peneliti tonjolkan dalam hal ini, karena sesungguhnya perjuangan
feminis adalah satu tujuan hanya ruang dan waktunya saja yang berbeda. 107 Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Mariana Amiruddin, lihat lampiran feminis adalah satu tujuan hanya ruang dan waktunya saja yang berbeda. 107 Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Mariana Amiruddin, lihat lampiran
Patriarki inilah yang menyebabkan perempuan Sierra Leone berada pada tingkat opresi pertama dan terdalam. Ketika vagina sebagai organ seks perempuan yang utama telah dikuasai dengan praktik FGM ini, perempuan Sierra Leone akan mengalami bentuk-bentuk pengembangan dari tindak penindasan lainnya. Ketika patriarki telah membagi sistem gender antara laki-laki dan perempuan, dimana laki- laki adalah di ruang publik dan perempuan di ranah privat, lalu bukankah vagina itu adalah ranah privat?.Ranah paling privat dalam diri perempuan dan tubuh perempuan. Berbicara soal vagina ini, jangankan perempuan Sierra Leone yang masih sangat bodoh dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah disertai konstruksi tradisi dan mitos pembodohan yang sangat kuat, masyarakat yang sudah berpendidikan pun sering menganggap pembicaraan tentang vagina itu adalah sebuah aib dan hal yang tidak layak untuk dibicarakan dan diungkapkan secara jelas.
Vagina. Tubuh perempuan dengan berbagai bentuk tindak ketidakadilan dan opresi yang berlapis-lapis tebalnya menyelubunginya. Vagina adalah invisible dalam masyarakat patriarki dan sekaligus menjadi yang paling penting dan paling tertindas. Sigmund Freud, seorang psikoanalis mengatakan bahwa vagina adalah bentuk tidak sempurna dari sebuah penis dimana klitoris yang ada pada vagina adalah penis yang tidak tumbuh. Dunia ini memang phallocentric, kekuasaan berpusat pada phallus sebagai lambang maskulinitas dan mengopresi vagina hingga tingkat terdalam.
FGM adalah bentuk dari sistem phallocentric ini dan Sierra Leone adalah korbannya dengan perempuan sebagai fokus utamanya. Perempuan Sierra Leone merupakan perempuan yang masih dalam tingkat pendidikan yang sangat rendah dimana mereka hanya mendapat pengetahuan tentang kehidupan dari organisasi sisterhood yang bernama Secret Societies, biasa disebut Bundu. Menurut Koso
Thomas 108 , seorang gynaecologist di Sierra Leone menyatakan bahwa “The real meaning of the bundu society is where they train young girls to become women: they
teach them how to sing, dance and cook... girls who don‟t go to school learn how to use herbs and treat illnesses; they are taught to respect others.” Menjadi perempuan
(becomes women) disini adalah bagaimana menjadi perempuan yang sesungguhnya yang diklaim oleh feminis radikal sebagai perempuan yang ditentukan oleh masyarakat patriarki. Salah satu cara agar bisa memenuhi syarat menjadi perempuan ini adalah dengan praktik FGM.
Faktanya praktik FGM di Sierra Leone ini sangat erat kaitannya dengan mitos-mitos menjadi seorang perempuan. Mitos inti dari praktik FGM di Sierra Leone ini adalah pembuangan klitoris dari vagina perempuan akan menjadikan perempuan sebagai perempuan seutuhnya (real women). Tujuan pembuangan klitoris ini adalah untuk mengontrol keinginan seksual dari perempuan Sierra Leone selama masa puberitasnya sampai pada akhirnya ia mendapatkan seorang suami. Mitos keburukan klitoris ini berujung pada mitos keperawanan. Perempuan Sierra Leone sebelum
108 Koso Thomas adalah seorang dokter dan aktifis yang menentang praktik FGM, ia telah bekerja selama
Dalam IRIN Report
http://www.irinnews.org/pdf/in-depth/FGM-IRIN-In-Depth.pdf , diakses 20 Januari 2008 http://www.irinnews.org/pdf/in-depth/FGM-IRIN-In-Depth.pdf , diakses 20 Januari 2008
manusia itu punya ilmu pengetahuan. Djenar Maesa Ayu 109 , seorang novelis yang feminis begitu juga dengan peneliti, sebagai bagian dari feminisme juga menyetujui
bahwa keperawanan itu adalah mitos yang merugikan perempuan. Jika keperawanan adalah sebuah mitos, maka menjaga keperawanan dengan FGM adalah mitos di atas mitos. Jika mitos yang merugikan perempuan adalah kekerasan terhadap perempuan maka mitos di atas mitos adalah kekerasan atas nama kekerasan terhadap perempuan. Sehingga FGM akan menjadi sebuah multiple violence yang begitu menginjak-injak hak asasi perempuan.
Sebaliknya perempuan yang tidak di FGM akan terkena dampak mitos sebagai bitch. Ia akan menjadi liar, karena vaginanya belum dibuang klitorisnya, sehingga sifat-sifat selain sifat perempuan masih terdapat dalam diri perempuan yang tidak FGM tersebut. Sifat-sifat tersebut diantaranya sifat agresif, liar, nakal sehingga mitos memperkuatnya dengan dianggap tidak setia, sehingga tidak akan ada laki-laki yang mau untuk menjadi suaminya. Hal ini sesungguhnya telah mengungkap
109 Pernyataan keperawanan adalah mitos ini disebutkan oleh Djenar kepada Jurnal Perempuan, ini ditulis dala sebuah artikel berjudul “Menganggap Seks sebagai Tabu adalah Kejahatan Kemanusiaan”
dalam Jurnal Perempuan edisi 41 dalam Jurnal Perempuan edisi 41
memiliki sifat-sifat yang dianggap buruk oleh masyarakat. Kenapa sifat-sifat itu hanya buruk bagi perempuan? Tidak untuk jenis kelamin yang lain yaitu laki-laki.
Mitos-mitos FGM ini berawal dari seks perempuan Sierra Leone, dengan vagina sebagai organ seks yang menyebabkan timbulnya mitos-mitos yang memperkuat stereotip terhadap tubuh dan diri perempuan. Inilah yang disebut sebuah sistem yang mengatasnamakan persamaan antara sistem seks dan gender. Berawal dari vagina, hanya karena perempuan punya vagina sehingga tubuhnya dikonstruksi untuk menampilkan suatu gender tertentu yang sudah dikonstruksi terlebih dahulu sebelum tubuh itu sendiri ada. Gender yang berlaku di masyarakat Sierra Leone seolah-olah telah mendahului adanya seks. Dimana ketika perempuan Sierra Leone yang lahir dengan seks berupa vagina maka vaginanya itu harus dikonstruksi sedemikian rupa untuk mengikuti gender yang sudah ada. Hal ini juga dinyatakan oleh Mariana bahwa karena ia adalah perempuan, dan gender menetapkan bahwa ia tidak boleh nakal, tidak boleh agresif, tidak boleh kelihatan, tidak boleh aktif, harus pasif, karena yang namanya perempuan dan dia punya vagina, maka dari vaginanya itulah yang kira-kira harus dibatasi. Pembatasan tersebut adalah dengan FGM.
Feminis radikal melihat hal ini sebagai opresi yang berakar dari sistem seks, karena perempuan adalah makhluk yang lahir dengan vagina sehingga ia mengalami Feminis radikal melihat hal ini sebagai opresi yang berakar dari sistem seks, karena perempuan adalah makhluk yang lahir dengan vagina sehingga ia mengalami