Sosial Budaya

4.3 Sosial Budaya

4.3.1 Status dan Peran Gender Perempuan ( Women’s Gender Role and

Statuses) 99

Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan dalam bekerja. Laki-laki melakukan pekerjaan yang dianggap hebat secara fisik seperti halnya membajak sawah, sedangkan peran perempuan sebagai penanam benih, mengumpulkan kayu, memasak, mencuci, dan anak kecil terutama yang perempuan memiliki kewajiban untuk membantu perempuan dewasa.

98 http://www.irinnews.org/country.aspx?CountryCode=SL&RegionCode=WA , diakses 12 September 2007

99 http://www.everyculture.com/Sa-Th/Sierra-Leone.html , diakses 12 September 2007

Status perempuan di Sierra Leone dinilai sebagai suatu yang paradoks. Perempuan memiliki status yang rendah dimana secara teknis perempuan selalu hidup berada di bawah kekuasaan laki-laki yang menjadi suami mereka. Selain itu perempuan Sierra Leone juga memiliki hak yang rendah dalam memperoleh pendidikan formal sehingga banyak diantara mereka yang buta huruf. Disisi lain perempuan Sierra Leone memiliki organisasi tersendiri dalam mengontrol kehidupan mereka sebagai perempuan. Organisasi ini disebut Bondo/Sande yang berfungsi dalam mengontrol kehidupan perempuan Sierra Leone bagaimana perempuan Sierra Leone dapat menjadi perempuan yang sesungguhnya agar bisa diterima sebagai bagian dari masyarakat dengan statusnya sebagai perempuan.

Perempuan Sierra Leone tidak memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam memperoleh akses dalam bidang pendidikan, kesempatan ekonomi, fasilitas kesehatan dan kebebasan sosial. Perempuan yang tinggal di daerah pedesaan hanya bekerja sebagai petani yang menanam sayur-sayuran dan sangat kecil kemungkinan bagi mereka untuk memperoleh pendidikan formal.

4.3.2 Perkawinan, Keluarga, dan Hubungan Kekeluargaan (Marriage, Family,

and Kinship) 100

Bagi masyarakat Sierra Leone perkawinan adalah sebuah tanda dari kedewasaan seseorang dan membawa pertimbangan prestige terhadap kedua belah pihak yaitu pengantin laki-laki dan perempuan. Prestige disini berhubungan dengan sebuah keluarga dengan semakin memiliki banyak anggota keluarga maka prestige yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal ini menjadikan kebanyakan laki-laki Sierra Leone melakukan poligami.

Masyarakat Sierra Leone menyukai memiliki banyak anak. Anak perempuan merupakan aset untuk memperoleh kekayaan yang lebih dikarenakan ketika anak perempuan mereka menikah, maka mereka akan mendapatkan harta lebih dari pihak laki-laki yang mengawini anak perempuan tersebut. Namun dari segi warisan anak laki-laki lah yang memiliki hak untuk mewarisi harta kekayaan dari orang tuanya karena sistem yang digunakan adalah sistem patrilineal.

100 ibid

4.4. Kekerasan terhadap Perempuan 101

GAMBAR. 3

PEREMPUAN SIERRA LEONE KORBAN KEKERASAN

Sumber: Integrated Regional Information Networks (IRIN)

101 http://www.bellaonline.com/articles/art24082.asp , diakses 10 Januari 2008

Diperkirakan 94% rumah tangga di Sierra Leone di survei oleh sebuah lembaga Hak Asasi Manusia di Sierra Leone Physicians for Human Rights (PHR). bahwa satu orang dari anggota rumah tangga tersebut mengalami kekerasan dan tindak pelanggaran hak asasi manusia selama sepuluh tahun terakhir ini. Kekerasan ini meliputi, abduction, pemukulan, pembunuhan, pemerkosaan, dan bentuk lainnya dari kekerasan seksual, pemaksaan kerja, penembakan yang mengakibatkan luka, luka yang serius, dan amputasi. Ketakutan akan pembalasan dan keinginan untuk berdamai disebutkan oleh kebanyakan perempuan Sierra Leone sebagai sebuah alasan untuk tidak menekan dan melaporkan tindak kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia ini.

Melalui 80 % perempuan yang telah di survei, lebih dari setengahnya menyatakan bahwa suami mereka memiliki hak untuk memukul dan merupakan kewajiban mereka sebagai istri untuk melakukan dan melayani hasrat seksual dari suami mereka walaupun mereka tidak menginginkannya. Sepertiga dari mereka juga mengaku telah diperkosa oleh gang rape. Kekerasan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan Sierra Leone ini sangat tinggi, pada tahun 2007 diperkirakan 215.000-257.000 perempuan mengalaminya. Dari jumlah ini diperkirakan kasus kekerasan seksual meliputi rape (89%), being forced to undress/stripped of clothing (37%), gang rape (33%), abduction (33%), molestation (14%), sexual slavery (15%), forced marriage (9%), and insertion of foreign objects into the genital opening or anus (4%).

Kenyataannya 23% dari perempuan yang mengalami kekerasan seksual ini dilaporkan menjadi hamil

Isata, seorang perempuan Sierra Leone (15 tahun) yang mengalami tindak kekerasan seksual ini mengakui bahwa:

"... I don't have any children. I was a virgin before. They ruined me. I was at home when they came and kidnapped me ... They demanded money. My family has no money ... they said to my parents, come and see how we use your children. They undressed five of us, laid us down, used us in front of my family and took us away with them. They wouldn't release us, they kept us with them in the bush ... When I escaped, I couldn't walk - the pain. I was bleeding from my vagina."

Lembaga-lembaga HAM di Sierra Leone seperti PHR telah memberikan peringatan kepada pemerintah Sierra Leone untuk secara aktif dalam memberikan solusi terhadap permasalahan perempuan Sierra Leone ini seperri pemberian pendidikan yang layak bagi para perempuan Sierra Leone yang masih sangat bodoh dan memberikan kesempatan kepada organisasi-organisasi internasional seperti United Nation untuk bisa bekerjasama dalam mengatasi persoalan HAM ini.

4.5. FGM di Sierra Leone 102