Memperluas Basis Penerimaan

I. Memperluas Basis Penerimaan

Untuk optimalisasi penerimaan retribusi pasar, salah satu langkah yang dilakukan oleh DPP Kota Surakarta adalah dengan memperluas basis penerimaan. Untuk memperluas basis penerimaan tersebut, maka DPP Kota Surakarta melakukan pendataan terhadap sumber-sumber potensi retribusi di seluruh pasar tradisional. Dimana kegiatan pendataan ini merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam program peningkatan dan pengelolaan keuangan daerah.

Pendataan di pasar-pasar dilakukan untuk mendapatkan kepastian jumlah potensi riil yang ada saat ini, sehingga data yang diperoleh diharapkan menjadi lebih valid. Potensi riil pada sebuah pasar setiap tahun memang tidak Pendataan di pasar-pasar dilakukan untuk mendapatkan kepastian jumlah potensi riil yang ada saat ini, sehingga data yang diperoleh diharapkan menjadi lebih valid. Potensi riil pada sebuah pasar setiap tahun memang tidak

riil. Jadi dilakukan perhitungan secara langsung agar jumlah potensi lebih terdeteksi/akurat.” (Wawancara, 9 Agustus 2011)

Hal yang senada juga disampaikan oleh Bapak Nur Rahmadi, Kepala Pasar Triwindu Kota Surakarta sebagai berikut :

“Itu yang mengadakan pendataan Dinas, itu untuk cross check antara potensi riil yang ada dilapangan dengan potensi yang tercatat di dinas.” (Wawancara, 15 Agustus 2011)

Kedua pernyataan tersebut juga diperkuat lagi oleh Bapak Totok Supriyanto, kepala Pasar Legi Kota Surakarta, sebagai berikut :

“Pendataan itu dilakukan untuk mendapatkan data-data administrasi tentang pedagang dan infrastruktur yang valid yang ada diseluruh pasar

di Surakarta.” (Wawancara, 16 Agustus 2011) Dari beberapa pernyataan diatas, dijelaskan bahwa latar belakang dari

kegiatan pendataan yang dilaksanakan oleh DPP Kota Surakarta adalah untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah potensi riil yang ada di seluruh pasar di Kota Surakarta agar lebih valid dan akurat. Pendataan ini sendiri sebenarnya suatu cross-check data antara potensi riil yang ada di lapangan dengan potensi yang sudah tercatat di DPP Kota Surakarta.

Dalam upayanya memperluas basis penerimaan khususnya dalam hal pendataan, tentu saja berkaitan dengan data potensi pasar yang dibutuhkan oleh DPP untuk berbagai macam tujuan, diantaranya adalah untuk menentukan potensi retribusi, dan untuk mengetahui kios-kios mana saja Dalam upayanya memperluas basis penerimaan khususnya dalam hal pendataan, tentu saja berkaitan dengan data potensi pasar yang dibutuhkan oleh DPP untuk berbagai macam tujuan, diantaranya adalah untuk menentukan potensi retribusi, dan untuk mengetahui kios-kios mana saja

Proses dalam pelaksanaan pendataan itu dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: Pertama, DPP membentuk tim khusus yang diberikan kewenangan untuk melakukan pendataan di 43 pasar di kota Surakarta, itu artinya tidak ada petugas lain yang boleh melakukan pendataan selain tim yang telah diberi kewenangan tadi. Kedua, dengan membawa surat tugas, tim pendata tadi kemudian mendatangi pasar yang sudah dijadwalkan dan mulai melihat serta mempelajari data-data yang ada di kantor pasar. Ketiga, tim tersebut kemudian mencocokkan data (cross-check) yang ada di kantor pasar dengan yang ada dilapangan, ketika terjadi perbedaan informasi, maka dilakukanlah pembaharuan data sesuai dengan yang ada di lapangan. Keempat , hasil dari pendataan tersebut kemudian dicatat oleh DPP menjadi laporan potensi riil dari pasar tersebut.

Dalam melakukan pendataan, DPP hanya melakukan koordinasi secara internal, yaitu koordinasi yang terjadi didalam tim yang bertugas melakukan pendataan bersama dengan petugas yang ada di pasar. Tim pendata tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, di mana masing-masing kelompok mepunyai tugas yang berbeda satu sama lain Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Bambang, Kasie Penagihan dan Penerimaan DPP Kota Surakarta, sebagai berikut :

“Begini mas, salah satu strateginya itu verifikasi data, dalam pelaksanaannya itu nanti ada kelompok yang tugasnya verifikasi penghitungan los, kios, dan plataran, ada juga tim yang tugasnya verifikasi penggunaan listrik pedagang, kemudian tim yang bertugas verifikasi penggunaan lahan untuk reklame. Yang terakhir itu ada tim yang melakukan pencatatan dari data- data tadi.” (wawancara, 21 Juni 2011)

Hal yang senada juga disampaikan oleh Bapak Nur Rahmadi, Kepala Pasar Triwindu Kota Surakarta, sebagai berikut :

“Itukan ada beberapa tim yang tugasnya terbagi-bagi, pertama verifikasi data tentang los, kios, pelataran. Kedua tentang pendataan listrik. Ketiga, tim yang tugasnya mendata iklan. Terus melakukan entri data

semua yang ada. Nanti itu semua jadi potensi pasar tahun 2011” (Wawancara, 15 Agustus 2011)

Pernyataan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Bapak Totok Supriyanto, Kepala Pasar Legi Kota Surakarta, sebagai berikut :

“Dalam proses pendataan itu, Beberapa petugas yang dikelompokkan dari DPP terjun kelapangan untuk melakukan pendataan sesuai dengan tugas kelompoknya. Misalnya kelompok untuk data potensi reklame, itu ada kelompok sendiri. Nanti semua hasil data digabungkan, jadilah

potensi pasar.” (Wawancara, 16 Agustus 2011) Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan pendataan, tim khusus yang bertugas melaksanakan pendataan dibagi menjadi 4 kelompok dan bekerja sesuai dengan tugas masing-masing kelompok. Adapun tugas dari masing-masing kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendataan optimalisasi lahan. Tugas kelompok yang pertama adalah melakukan pendataan optimalisasi lahan, pendataan ini perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih valid dari pasar-pasar tradisional terkait potensi a. Pendataan optimalisasi lahan. Tugas kelompok yang pertama adalah melakukan pendataan optimalisasi lahan, pendataan ini perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih valid dari pasar-pasar tradisional terkait potensi

1 Jumlah pedagang kios, los dan plataran Jumlah pedagang di pasar setiap tahun bisa berbeda, bisa bertambah banyak atau berkurang. Perbedaan jumlah pedagang ini bisa terjadi setiap tahun karena memang para pedagang dimungkinkan untuk keluar dari pasar tradisional kapan saja dia mau, demikian juga dengan para calon pedagang dimungkinkan mendaftar dan memenuhi persyaratan untuk berdagang di pasar sepanjang kios atau los di pasar tersebut masih tersedia. Oleh karena itu, agar data jumlah pedagang dapat dimiliki DPP dengan akurat, maka perlu dilakukan pendataan ini. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Bapak Darmono, Kepala Seksie Pendataan dan Penetapan DPP Kota Surakarta sebagai berikut :

“Itu untuk mendata ulang tentang jumlah pedagang berapa, setiap tahun itu jumlah pedagang kan bisa berbeda-beda, ada

pedagang baru masuk, ada juga yang keluar.” (Wawancara, 10 Agustus 2011)

Pernyataan yang ada diatas diperkuat juga dengan pernyataan dari Bapak Sujarwadi, Kepala Pasar Gede Kota Surakarta seperti yang tertulis sebagai berikut :

“Pendataan itu untuk pemutakhiran data, apakah ada perubahan jumlah pedagang yang keluar atau pedagang yang baru masuk

ke pasar. Itu fungsinya untuk membantu Kepala Pasar menentukan besaran pungutan. Dari sekian ribu pedagang itukan

(Wawancara, 13 September 2011) Dengan melihat kedua pernyataan diatas diketahui bahwa

pendataan jumlah pedagang ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh data yang akurat. Setelah diperoleh data yang akurat mengenai jumlah kios, los, dan plataran pada suat pasar, maka data tersebut akan dimanfaatkan pihak DPP dalam menetapkan berapa besaran pungutan retribusi pasar tersebut. Tentu saja untuk menentukan besaran retribusi tersebut harus memperhatikan ketentuan cara penghitungan dan besaran tarif yang berlaku.

Sesuai Perda No. 8 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar, tarif retribusi plataran digolongkan menjadi :

a) Plataran kecil Rp.200,- < 1 – 2 m.

b) Plataran sedang Rp.400,- > 2 – 4 m.