3. Kelemahan Birokrasi Weberian Desentralisasi dan Birokrasi

bahwa hanya orang-orang yang ahli yang akan menduduki jabatan pemerintahan. Dan jaminan keberlangsungan jabatan membuat para pejabat itu tidak mudah dijatuhkan oleh tekanan-tekanan dari luar. Pendeknya, dengan karakteristik seperti itu birokrasi akan bisa berfungsi sebagai sarana yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan secara efektif dan efisien. Model birokrasi Weber memuat asumsi bahwa birokrasi menjalankan fungsi “administratif”, yaitu menerapkan kebijakan publik yang dibuat melalui mekanisme proses “politik” yang dilakukan oleh pejabat politik, bukan birokrat karier. Dengan pemisahan administrasi dari proses politik itu, maka birokrat diharap bisa bersikap netral dalam hal politik. Pejabat yang bersikap netral dalam politik diharapkan akan dengan patuh mengabdi pada rakyat, bukan demi kepentingan sekelompok orang atau kelompok politik tertentu. 2. 2. 3. Kelemahan Birokrasi Weberian Menurut Peter M. Blau, birokrasi adalah tipe organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis Said, 2007: 29. Dari sini dapat disimpulkan birokrasi merupakan alat untuk mempermudah jalannya penerapan kebijakan pemerintah dalam upaya melayani masyarakat. Namun demikian, persepsi umum masyarakat mendengar kata birokrasi selalu identik dengan urusan yang rumit, bukan yang sederhana. Birokrasi identik dengan peralihan dari meja ke meja, proses yang ribet, berbelit-belit dan tidak efisien. Urusan-urusan birokrasi selalu menjengkelkan karena selalu berurusan dengan pengisian formulir yang memakan waktu, proses perolehan ijin yang melalui banyak meja secara berantai, aturan-aturan yang ketat yang mengharuskan seseorang melewati banyak sekat-sekat formalitas dan sebagainya. Sepanjang penilaian kita terhadap birokrasi bersifat objektif, maka tentu akan ada kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Setidaknya dapat kita pelajari dari tabel berikut : Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Brokrasi Max Weber Strengths of Bureaucracy as seen by Max Weber Weaknesses of Bureaucracy • A division of labor into spheres of influence. • A definite hierarchy of official offices. • Clear norms and rules. • Selection to office is by technical qualification. • Promotion by seniority. • Disciplinary control over the incumbent of each office. • Better than feudaltraditional forms where people got appointed by favoritism or bribes. • Becomes an iron cage of control. • Red tape from all the rules and sign offs. • Hard to change this form. • Divisions of labor compartmentalize attention and response. • Hierarchy can mean silos e.g. must go up and down chains of command to get things done. • Certain irrationalities results. Sumber : David Boje, Robert Gephart, dan Grace Ann Rosile Said, 2007: 30. Dari data di atas, jelas bahwa teori birokrasi Weber tidak lepas dari kelemahan. Kelemahan teori Weber adalah tidak mengakui adanya konflik antara otorita yang telah dibangun secara hirarkhis. Kelemahan lainnya adalah tidak mudahnya menghubungkan proses birokrasi dan modernisasi di kalangan negara- negara sedang berkembang. Apapun yang dikatakan orang mengenai teori birokrasinya, Weber dengan segala kehebatan pemikirannya tetap merupakan sumber gagasan yang tidak pernah habis. Setiap tipe yang dikembangkan Weber dikaitkan dengan tipe staf administrasi. Para pengkritik banyak mengemukakan pendapat bahwa struktur dan manajemen model pemerintahan tradisional ala Weber sudah usang dan membutuhkan perubahan yang drastis. Birokrasi yang mengutamakan formalitas misalnya hanya akan menjadikan aparatnya bersikap pasif dan “robotic” daripada menjadi seorang inovator yang kreatif, menjadi risk-avers daripada risk-taking. Struktur yang berjenjang hanya membuat pemborosan high cost economy, inefficiency , dan bahkan pelencengan tujuan displacement of goals. Struktur yang kaku juga tidak memenuhi aspek keadilan bagi pegawai, karena selalu menggaji lebih banyak terhadap mereka yang ada di struktur yang lebih tinggi, walaupun mungkin kualitas dan kuantitas pekerjaannya lebih sedikit dibanding dengan pegawai yang lebih rendah Setiyono, 2004: 145. Kelemahan ini menyebabkan kinerja birokrasi cenderung berada pada posisi yang statis, berkutat pada rutinitas, dan tidak responsive terhadap perkembangan jaman. Bahkan para birokrat cenderung mencari keuntungan bagi diri dan organisasinya sendiri daripada kepentingan masyarakat secara umum. Kesuksesan seorang birokrat seringkali diukur dari sudut apakah dia mampu mempertahankan atau menaikkan anggaran bagi instansinya. Hal tersebut jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip pasar, yang pada umumnya mengutamakan proses yang competitive, menyukai pemberian insentif, menghargai inovasi, mengutamakan pelanggan, memberikan gaji sesuai proporsi kerja dan sebagainya. 2. 2. 4. Patologi Birokrasi Weberian