4.3. Sumber Daya Manusia 4.3.1.
Kependudukan
Kualitas pembangunan dan keberlangsungan otonomi daerah sangat ditentukan oleh faktor sumber daya manusia SDM potensial dan dinamis yang
mampu mengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS tahun 2007, jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai 515.372 jiwa dengan rasio jenis kelamin
sebesar 91,42, yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 92 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada
tahun 2007 mencapai 12.827 jiwakm2. Tahun 2007 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.884, kemudian
disusul Kecamatan Pasar Kliwon dengan angka 18.155, Kecamatan Laweyan 12.667, Kecamatan Jebres 11.390, dan yang terakhir Kecamatan Banjarsari 10.888. Dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi ini akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas.
Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2007 mencapai 261.143, atau sebesar 50,67 dari seluruh penduduk Kota Surakarta. Penduduk
wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 42,81 dari penduduk yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam
peningkatan kesejahteraan keluarga.
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan
Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007
Kecamatan Luas
wilayah km2
Jumlah penduduk Rasio jenis
kelamin Tingkat
kepadatan Laki-laki perempuan jumlah
Laweyan
8,64 53.902 55.545 109.447 97,04 12.667
Serengan
3,19 31.169 32.260 63.429 96,62 19.884
Pasar Kliwon
4,82 42.896 44.612 87.508 96,15 18.155
Jebres
12,58 70.659 72.630 143.289 97,29 11.390
Banjarsari
14,81 79.809 81.438 161.247 98,00 10.888
Sumber: Monografi Kelurahan Kota Surakarta
4.3.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat
menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Menurut hasil SUSENAS 2007 ada sebanyak 3,7 penduduk usia 7-15 tahun yang putus sekolah. Sementara itu, yang
belum pernah sekolah mencapai 0,53 dari jumlah penduduk usia 7-15 tahun.
Tabel 4.2 Tingkat Kelulusan Pendidikan Kota Surakarta
Tahun SD SLTP SMU SMK
2007 6.567 11.023 7.774 7.444
20052006 10.140 9.347
6.583 6.590
20042005 10.394 9.694
2.538 6.574
Sumber: Bappeda Kota Surakarta 2007
Kalau dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya, pada tahun 2007 sebanyak 6.567 orang lulus SD. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan kelulusan pada tahun
20042005 sebanyak 10.394 orang dan tahun 20052006 sebanyak 10.140 orang. Untuk tingkat SLTP, tahun 2007 sebanyak 11.023 orang lulus. Jumlah ini meningkat
dari tahun 20042005 sebanyak 9.694 orang dan tahun 20052006 sebanyak 9.347 orang. Sementara itu untuk tingkat SMA, tahun 2007 sebanyak 7.774 orang lulus.
Jumlah yang juga meningkat dibandingkan tahun 20042005 sebanyak 2.538 orang dan tahun 20052006 sebanyak 6.583 orang. Untuk tingkat SMK, tahun 2007
sebanyak 7.444 orang lulus. Jumlah yang juga meningkat apabila dibandingakan tahun sebelumnya yaitu tahun 20042005 sebanyak 6.574 orang dan tahun 20052006
sebanyak 6.590 orang.
4.3.3. Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2007 tidak mengalami banyak perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan
dari tahun sebelumnya seperti: dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya. Pada tahun 2006, jumlah dokter spesialis sebanyak 190 orang; dokter umum
sebanyak 138 orang; dokter gigi sebanyak 43 orang; perawat sebanyak 1.593 orang; bidan sebanyak 216 orang; tenaga farmasi sebanyak 191 orang; sanitarian sebanyak
30 orang; kesehatan masyarakat sebanyak 34 orang; tenaga gizi sebanyak 23 orang; dan tenaga keteknisan lainnya sebanyak 108 orang. Sementara itu komposisi jumlah
tenaga kesehatan Kota Surakarta tahun 2007 bisa dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Banyaknya Tenaga Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2007
No. Jenis Tenaga Kesehatan
Unit Kerja Negeri Unit Kerja Swasta
1. Dokter Umum
63 187
2. Dokter Spesialis
150 145
3. Dokter Gigi
34 23
4. Perawat 723
1248 5. Bidan
160 116
6. Tenaga Farmasi
121 224
7. Tenaga Sanitarian
39 2
8. Kesehatan Masyarakat
16 29
9. Tenaga Gizi
41 24
10. Tenaga Keteknisan Medik
101 201
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2007
Untuk mendukung kegiatan di bidang kesehatan Kota Surakarta, terutama
untuk progam-program khusus kesehatan yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu lainnya pemerintah daerah pada tahun 2007
mengalokasikan dana sebanyak 32.005.953.950 Rupiah dari dana APBD Kota. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 29.957.109.000 Rupiah.
Dana penunjang kegiatan kesehatan ini tidak saja berasal dari APBD Kota, tetapi juga berasal dari APBD Propinsi dan APBN sebanyak masing-masing 48.539.000 rupiah
dan 4.922.359.225 Rupiah. Jumlah dana ini juga terbilang meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 2.067.111.360 Rupiah dari APBN dan relatif menurun
dibanding dari APBD Propinsi sebanyak 428.029.500 Rupiah.
4.3.4. Indeks Pembangunan Manusia IPM
Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index Surakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk tahun 2008 jika dibandingakan
dengan beberapa kota dan kebupaten di seluruh Jawa Tengah, Surakarta tercatat memiliki IPM cukup tinggi. Misalnya saja, jika dibandingkan dengan 5 Kota lain di
Provinsi Jawa Tengah seperti Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal, IPM Surakarta adalah yang tertinggi. IPM ini
didasarkan pada Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Riil Perkapita yang disesuaikan.
Tabel 4.4 Indeks Pembangunan Manusia IPM Menurut Kota di Jawa Tengah
Tahun 2008
No Kota Angka
Harapan Hidup
Angka Melek
Huruf
Rata-rata Lama
Sekolah Pengeluaran
Riil Perkapita
Disesuaikan IPM
1. Kota Magelang 70,1
97,2 10,0
645,9 76,1
2. Surakarta 72,0
96,7 10,1
646,4 77,2
3. Salatiga 70,8
96,5 9,5
644,0 75,8
4. Semarang 72,0
95,9 9,8
643,6 76,5
5. Pekalongan 70,0
95,4 8,5
632,4 73,5
6. Tegal 68,4
94,9 8,1
646,3 73,2
Jateng 71,1 89,2
6,9 633,6 71,6
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2009, BPS Provinsi Jawa Tengah
4.3.5. Budaya
Sebagai kota tua bekas ibukota kerajaan Surakarta Hadiningrat, Kota Solo kaya akan peninggalan budaya yang adiluhung baik yang berwujud artefak seperti
bangunan cagar budaya, sosiofak seperti tradisi Sekaten dan Kirab Pusaka Kraton setiap 1 Syura maupun metafak seperti laku spiritual berjaga malam “lek-lekan dan
tradisi upacara daur hidup. Bahkan untuk beberapa unsur budaya tertentu seperti Bahasa Jawa telah memperkaya khasanah Bahasa Indonesia, dan seni tari serta seni
ngadisalira juga telah diapresiasi oleh masyarakat Indonesia secara luas sehingga
telah memberi andil besar dalam pembentukan jati diri bangsa.
4.4. Perekonomian