a. Pembinaan lingkungan, yaitu mendorong masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang bersih, indah dan sehat, dengan menempatkan ruang hijau, sarana umum MCK dalam setiap pembuatan site plan.
b. Pembinaan sosial, yaitu mendorong terbentuknya kelompok kerja penerima
bantuan hibah RTLH, yang memungkinkan terjadinya proses sosial sharring pembiayaan antar warga dan semangat gotong royong masyarakat.
c. Pembinaan ekonomi, yaitu memberikan pelatihan usaha sesuai kebutuhan warga
setempat dan memberikan kemudahan akses kepada Bank untuk mendapatkan pinjaman, bagi perbaikan kualitas rumah dan usaha ekonomi produktif, melalui
program penjaminan yang dikelola oleh BLUD Badan Layanan Umum Daerah Griya Layak Huni.
a. Kondisi Awal Tempat Tinggal
Di Kelurahan Ketelan terdapat 86 KK rumah tidak layak huni yang menempati bantaran Kali Pepe dan merupakan bangunan tak berijin bangunan liar,
dengan kondisi sangat kumuh dan tidak mempunyai sarana prasarana sanitasi maupun lingkungan yang memenuhi kesehatan. Pada tahun 2006 Pemerintah Kelurahan
Ketelan bekerja sama dengan lembaga yang ada berusaha untuk menata dan merelokasi bangunan tak berijin tersebut menjadi suatu kawasan yang lebih baik
dalam arti bentuk fisik bangunan maupun kondisi lingkungan. Program Rehabilitasi Rumah Tidak layak Huni diawali dengan sosialisasi dan penyuluhan kepada warga
untuk dapat membongkar sendiri rumah tak layak huni dan tak berijin di atas bantaran sungai tersebut secara sukarela yang dilaksanakan pada bulan April 2007. Selanjutnya
warga menindak lanjuti sosialisasi tersebut dengan membentuk Kelompok Kerja POKJA.
b. Proses Pemugaran
Proses pemugaran diawali oleh pengajuan permohonan pemugaran perumahan tidak layak huni kepada Pemerintah Kota Surakarta melalui Kelurahan Ketelan dari
warga Kampung Totogan RT.03 RW.06 Kelurahan Ketelan Kecamatan Banjarsari sebanyak 48 KK. Atas permohonan tersebut Pemerintah Kota Surakarta merespon
dengan melaksanakan sosialisasi tentang bantuan pemugaran dan penataan lingkungan tidak layak huni kumuh. Ini merupakan proses perencanaan yang
berdasarkan kebutuhan masyarakat Participatory Planning Berdasarkan penjelasan dari Pemerintah Kota Surakarta, warga calon
penerima bantuan sepakat untuk secara sukarela membongkar bangunan miliknya yang berada di bantaran Kali Pepe tersebut tanpa menuntut ganti rugi atau
kompensasi dan kemudian ditindaklanjuti dengan membentuk Kelompok Kerja Pokja atas hasil musyawarah dan mufakat. Model ini kemudian dijadikan pilot
project penataan rumah tidak layak huni di Kota Surakarta.
c. Kondisi sekarang
Saat ini kampung Totogan Kelurahan Ketelan Kecamatan Banjarsari telah berubah wajah. Kondisi lingkungannya lebih tertata, rapi dan kondisi rumah lebih
sehat dan status kepemilikannya pun telah jelas. Pola Penataan Permukiman di Kota
Surakarta merupakan manifestasi dari asas dan tujuan penataan ruang. Salah satunya adalah keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Pola penataan tersebut
diimplementasikan pemerintah dalam bentuk Penataan Permukiman pada koridor Sungai Kali Pepe, agar tercipta permukiman yang sehat, teratur dan sesuai dengan
peruntukannya, melalui mekanisme partisipasi dengan melibatkan segenap komponen warga mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun penataan lingkungan.
Untuk kesesuaian dengan tata ruang dalam pelaksanaan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya pada bentuk fisik
bangunan saja, tetapi sekaligus dengan penataan lingkungannya antara lain : • pembuatan jalan lingkungan dengan paving block 361 m2 dan saluran drainase
U30 cm sepanjang 123,3 m; • penanaman pohon dan pemasangan pagar BRC sepanjang 24 m dipinggir sungai
didepan lokasi rumah yang dipugar; • pembuatan taman di ruang terbuka seluas 70 m2;
• pembuatan MCK 2 unit; • penyambungan air bersih dari PDAM 1 unit.
d. Manfaat yang Diperoleh