Gambaran sekolah plus tersebut menambah nilai “plus” bagi bidang pendidikan di Kota Surakarta. Pemerintah dinilai memiliki keseriusan terhadap
perbaikan kualitas masyarakatnya melalui pemerataan akses ke beberapa bidang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akses perijinan yang memudahkan
masyarakat serta pelayanan kesehatan melalui program PKMS juga adalah bukti nyata yang diberikan pemerintah Kota Surakarta memperbaiki tatanan
pemerintahannya. Pemerintah mulai mengembalikan posisinya sebagai pelayan masyarakat yang sudah seharusnya memberikan pelayanan yang dibutuhkan
masyarakat. Pendidikan dan kesehatan adalah salah satu contoh pelayanan yang merupakan kebutuhan utama masyarakat.
Dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat yang miskin akan dapat membantu mereka mengatasi berbagai hambatan sosial dan
dapat meningkatkan produktifitas mereka. Oleh karena itu perlu ditekankan sekali lagi, bahwa pemerintah tidak boleh abai tentang penyediaan layanan publik di bidang
pendidikan dan kesehatan, dan kemudian menyerahkan layanan bidang tersebut kepada pasar.
5.3. Program Khusus Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Program Pemerintah Surakarta yang patut diberi perhatian khusus selanjutnya adalah program rehabilitasi perkampungan kumuh dan bangunan liar termasuk
PKL. Program ini bertujuan untuk menyediakan rumah tinggal yang layak bagi masyarakat miskin sehingga akan tercipta tata ruang kota yang harmonis, tersedianya
fasilitas umum dan sosial, memberikan kepastian usaha bagi para PKL, serta memberdayakan ekonomi masyarakat.
Program khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin ini terbagi dalam tiga 3 kategori program, yaitu:
1. Renovation, yaitu menciptakan lingkungan tempat tinggal yang layak bagi
masyarakat. Program ini disebut program RTLH Rumah Tidak Layak Huni. Pembangunan rumah di daerah slum yang sesuai dengan standar sehat dan layak
untuk tempat tinggal bagi masyarakat. 2.
Relocation Penertiban PKL. Program ini dimaksudkan untuk menciptakan tata ruang kota yang lebih tertib dan indah.
3. Improvement, yaitu program untuk meningkatkan fasilitas umum termasuk
penyediaan toilet umum, infrastruktur, ruang publik dan tamanisasi.
5.3.1. Program Rumah Tidak Layak Huni RTLH
Dari hasil pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS tahun 2006, diketahui bahwa terdapat 6.612 rumah tidak layak huni yang menempati
kawasan kumuh seluas + 41, 607 Ha yang dihuni oleh sekitar 3.421 KK atau 15.850 jiwa. Kondisi perumahan kumuh tersebut 39,45 rumah permanen, 31,6 rumah
semi permanen dan sisanya 28,9 rumah tidak permanen. Salah satunya berada di wilayah kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Kondisi umum Rumah Tidak Layak Huni di Surakarta berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 5A Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan
Pembangunan atau Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Bagi Masyarakat Kota Surakarta, adalah sebagai berikut :
• Bangunan : Dinding terbuat dari anyaman bambu gedheg, tripleks, papan; • Sanitasi Air bersih : terbatas;
• Lantai : dari tanah dan lembab; • Lay out ruangan : tidak ada pembagian ruangan;
• Tidak mempunyai akses MCK sendiri; • Kondisi Lingkungan:
a. Lingkungan kumuh padat penduduk, padat rumah, tidak beraturan.
b. Saluran pembuangan air tidak memenuhi standar rendah sanitasi
lingkungan. c.
Minim sarana prasarana dasar. d.
Lahan tidak sesuai peruntukkan. • Kondisi Sosial Ekonomi:
a. Masyarakat berpenghasilan di bawah UMK dan tidak tetap buruh, pengemudi
becak, penata parkir. b.
Tingkat pendidikan rendah putus sekolah. c.
Rawan kriminalitas. d.
Mobilitas sosial ekonomi rendah. Dalam Tujuan Pembangunan Kota Surakarta telah ditegaskan bahwa
pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan pada :
1. Peningkatan dan pengembangan melalui usaha-usaha penyediaan pembangunan
perumahan, perbaikan perumahan agar memenuhi syarat kesehatan, rasa aman, damai, tenteram dan sejahtera bagi masyarakat, khususnya yang berpenghasilan
rendah. 2.
Pembangunan perumahan dan permukiman berdasarkan prinsip swadaya gotong royong.
3. Penyuluhan tentang perbaikan perumahan dan permukiman perlu terus dilakukan
dengan menempuh semua jalur dan kesempatan yang ada. 4.
Penciptaan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat dan aman.
5. Pembangunan perumahan dan permukiman harus mampu memperluas
kesempatan kerja, kesempatan berusaha. 6.
Peningkatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman oleh Pemerintah, usaha swasta dan koperasi masyarakat.
Untuk merealisasikan program tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Surakarta mempunyai komitmen terhadap perbaikan lingkungan dan permukiman,
dimana salah satu programnya adalah penanganan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni RTLH, dengan rentang waktu penggarapan adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2006 : 225 unit sudah terlaksana
b. Tahun 2007 : 1000 unit sudah terlaksana
c. Tahun 2008 : semula direncanakan 1.500 unit, dengan bantuan masing-masing
Rp. 2.000.000,- , namun hanya terealisasi 1. 461 unit.
d. Tahun 2010 direncanakan semua RTLH sudah tertangani dengan baik, sesuai
dengan jenis permasalahannya. Bagi yang menempati hunian liar, tanah ilegal, diarahkan untuk mampu menempati Rusunawa.
Tabel 5.7 Daftar Penerima Bantuan RTLH 2006-2008
No Kecamatan Data RTLH
2006 2007 2008 2006 Kuota
Realisasi Kuota
Realisasi Kuota Realisasi
1. Laweyan 819 - 16 128 128 188 188
2. Serengan 530 - 14 82 82 121 24
3. Ps.Kliwon
2115 - 85 322 322 476 533 4.
Jebres 1447 - 56 221 221 325 325 5.
Banjarsari 1701 - 54 247 247 390 391
Jumlah 6.612 -
225 1000 1000 1500 1461
Sumber: Bapermas Surakarta, 2008
Dalam merealisasikan salah satu program tersebut di atas Walikota Surakarta menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Bantuan PembangunanPerbaikan Rumah Tak Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta, yang direvisi dengan Peraturan Walikota
Nomor 15 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Bantuan
PembangunanPerbaikan Rumah Tak Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta.
Di samping itu Walikota juga telah menerbitkan Surat Keputusan Walikota Nomor 64894-a12007 tanggal 10 September 2007 tentang Penunjukkan Lokasi
Proyek Percontohan Pilot Project Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pembangunan Perbaikan Rumah Tak Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta Tahun
2007, yaitu : 1.
Kampung Totogan RT 03 RW VI Kelurahan Ketelan Kecamatan Banjarsari 2.
Kampung Kratonan RT 02, 03, 04, 06 dan 07 RW I Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan
3. Kampung Bibis Wetan RT 02 dan RT 04 RW XXI Kelurahan Gilingan
Kecamatan Banjarsari Wilayah Kelurahan Ketelan dengan luas wilayah 25 Ha mempunyai jumlah
penduduk 4.293 jiwa dan terdapat keluarga miskin 1.023 jiwa, diantaranya 86 KK menempati rumah tidak layak huni yang terletak dibantaran Kali Pepe. Berdasarkan
permohonan dari warga Kampung Totogan RT.03 RW.06 Kelurahan Ketelan tanggal 5 Januari 2007 kepada Pemerintah Kota Surakarta, maka pada tanggal 12 September
2007 telah direalisasikan pelaksanaan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni berupa bantuan stimulan dari APBD Kota Surakarta TA. 2007 untuk 44 unit sebesar Rp
2.000.000,- dua juta rupiah per unit rumah. Program RTLH ini menggunakan Pendekatan Tridaya dalam pelaksanaannya.
Pendekatan Tridaya atau Tribina adalah model pendekatan yang berupa:
a. Pembinaan lingkungan, yaitu mendorong masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang bersih, indah dan sehat, dengan menempatkan ruang hijau, sarana umum MCK dalam setiap pembuatan site plan.
b. Pembinaan sosial, yaitu mendorong terbentuknya kelompok kerja penerima
bantuan hibah RTLH, yang memungkinkan terjadinya proses sosial sharring pembiayaan antar warga dan semangat gotong royong masyarakat.
c. Pembinaan ekonomi, yaitu memberikan pelatihan usaha sesuai kebutuhan warga
setempat dan memberikan kemudahan akses kepada Bank untuk mendapatkan pinjaman, bagi perbaikan kualitas rumah dan usaha ekonomi produktif, melalui
program penjaminan yang dikelola oleh BLUD Badan Layanan Umum Daerah Griya Layak Huni.
a. Kondisi Awal Tempat Tinggal