3. 3. Reformasi Birokrasi: Mengubah Metafora Mesin Birokrasi

sebagai agent yang bertanggung jawab kepada masyarakat principal dan bukan sebaliknya.

2. 3. 3. Reformasi Birokrasi: Mengubah Metafora Mesin Birokrasi

Bagi Weber, birokrasi merupakan bagian dari kecenderungan universal untuk merespon perubahan-perubahan besar yang terindustrialisasi. Konsep birokrasi rasional milik Weber sangat penting artinya bagi masyarakat modern yang terjadi pada masa abad ke 19, dimana kewenangan di dalam organisasi dilaksanakan berdasar pada peraturan-peraturan yang disusun secara terarah dan teratur. Ada pembagian-pembagian yang memungkinkan terciptanya sistem penunjukan dan reward Sue Goss, 2001: 63. Birokrasi Weberian selama ini banyak diartikan sebagai fungsi sebuah biro. Suatu biro merupakan jawaban yang rasional terhadap serangkaian tujuan yang telah ditetapkan. Ia merupakan sarana untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Penetapan tujuan merupakan fungsi politik dan menjadi wewenang dari pejabat politik yang menjadi masternya. Oleh karena itu, birokrasi merupakan suatu mesin politik yang melaksanakan kebijakan politik yang telah diambil atau dibuat oleh pejabat-pejabat politik. Model birokrasi Weberian yang selama ini dipahami merupakan sebuah mesin yang disiapkan untuk menjalankan dan mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian, setiap pekerja atau pejabat dalam birokrasi pemerintah merupakan pemicu dan penggerak dari sebuah mesin yang tidak mempunyai kepentingan pribadi. Dalam kaitan ini maka setiap pejabat pemerintah tidak mempunyai tanggung jawab publik, kecuali pada bidang tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Sepanjang tugas dan tanggung jawab sebagai mesin itu dijalankan sesuai dengan proses dan prosedur yang telah ditetapkan, maka akuntabilitas pejabat birokrasi pemerintah telah diwujudkan. Gareth Morgan menyatakan bahwa penekanan pengertian birokrasi sebagai sebuah mesin tersebut dinilai sangat berbahaya karena akan mempengaruhi pemikiran kita terhadap sebuah organisasi dimana kita beranggapan bahwa untuk menggerakkan organisasi tersebut sama seperti mesin, dijalankan dalam kegiatan yang rutin, dengan cara-cara yang bisa ditebak dan efisien Goss, 2001: 65. Metafora tersebut sangat besar pengaruhnya sehingga dapat mengubah cara pandang kita dalam melihat proses birokrasi. Menurut Argyris and Schon, dalam pengertian sebuah mesin ini, organisasi diartikan sebagai sekumpulan individu dengan kapasitas tertentu di dalam sebuah wadah. Namun mereka tidak memiliki kewenangan untuk membuat suatu keputusan ataupun menjalankan sebuah keputusan atas nama pribadinya sehingga hal ini menimbulkan batasan yang tidak jelas Goss, 2001: 66. Oleh karena itu, untuk mendobrak cap birokrasi mesin ini, maka seharusnya birokrasi ditempatkan sebagai sebuah organisasi yang berjalan melalui suatu aktifitas kerja yang saling terkait networkjaringan. Dengan begitu, maka organisasi dapat menciptakan hubungan antar anggota, serta menciptakan suatu tim kerja yang kuat. Untuk mewujudkan hal ini, maka dibutuhkan kesepakatan di antara anggota di dalam organisasi terhadap peraturan yang dibuat untuk melaksanakan apa yang hendak dicapai. Permasalahan yang terjadi adalah pada beberapa hubungan kemitraan lokal, organisasi sektor publik tradisional terbagi ke dalam departemen-departemen yang berbeda dimana diatur oleh para profesional, dan tersusun secara vertikal menyebabkan tidak dapat dijalankan dengan cara hubungan yang baru dengan pemerintah. Hal tersebut akan membuat organisasi tidak mampu untuk bekerja secara cepat atau dapat bertukar pengetahuan secara bebas untuk merespon kebutuhan- kebutuhan masyarakat yang kian kompleks. Ide New Public Management NPM dan model reformasi administratif lainnya sejalan dengan perkembangannya telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. NPM muncul sebagai bentuk yang mendorong pemerintah melakukan apa yang dinamakan reformasi di tubuh birokrasi. Hal ini didasarkan pada pengalaman pemerintah Amerika Serikat yang kala itu dikritik karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Kemudian dalam perkembangannya, model NPM ini melekat dalam agenda negara-negara yang sedang berkembang untuk mendorong pemerintahannya membentuk suatu tata pemerintahan yang baik atau disebut sebagai good governance. Namun NPM dinilai tidak selalu tepat untuk diterapkan pada semua negara- negara sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahwa dalam suatu rejim negara yang sedang berkembang atau negara-negara yang sedang mengalami masa transisi seharusnya mendahulukan pembangunan kapasitas administrasi negaranya sebelum akhirnya melakukan apa yang disebut dengan reformasi dan membongkar sistem yang formal tersebut Guy Peters, 2001: 164.

2. 3. 4. Konsep NPS Untuk Tata Pemerintahan Ideal