8 syringat, asam kofeat, asam p-
hydroxybenzoat, dan beberapa asam organik, β- sisterol, kuersetin-3-0-
α-rhamnopyranosil-α-L-arabinopyranosida Trubus, 2013.
2.1.7 Aktivitas Farmakologi Hasil Penelitian
Tanaman cocor bebek memiliki efek sebagai analgetik Safitri, dkk., 2013, memiliki efek antiinflamasi Wirda, 2001, antidiabetes Dewiyanti, dkk.,
2012, obat luka bakar Hasyim, dkk., 2012, dan hepatoprotektor Trubus, 2013.
2.2 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan
metode yang tepat. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung Ditjen POM, 1979. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan menjadi:
a. Cara dingin
Metode ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi: i.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar.
ii. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan.
9 b.
Cara Panas Metode dengan cara panas dibedakan menjadi:
i. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. ii.
Soxhletasi Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. iii.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. iv.
Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
90
o
C selama 15 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih.
v. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama ≥ 30
menit dan temperatur sampai titik didih air Depkes RI
b
, 2000.
10
2.3 Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir katabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki tujuan fisiologis sehingga dapat dianggap sebagai produk buangan
Katzung, dkk., 2002. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel, yakni makanan dari tanaman sayur, buah,
kacang-kacangan atau pun hewan daging, jeroan, ikan sarden. Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan sebagian kecil melalui saluran cerna
Nucleus, 2011. Asam urat pada serum normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mgdl dan
pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mgdl. Nilai ini akan meningkat sampai 9-10 mgdl pada seseorang dengan gout Price dan Wilson, 2005. Sedangkan pada
mencit normal kadar asam uratnya adalah 0,5-1,4 mgdl dan mencit dikatakan hiperurisemia jika kadar asam uratnya berkisar antara 1,7-3,0 mgdl Muhtadi,
dkk., 2012. Manusia memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari hewan mamalia lain karena manusia tidak memiliki enzim urikase, yaitu enzim yang
menguraikan asam urat menjadi allantoin yang mudah larut Katzung, 2002.
2.3.1 Metabolisme Asam Urat
Nukleotida purin yang utama pada manusia adalah adenosine monofosfat AMP dan guanosin monofosfat GMP. Kedua nukleotida tersebut akan dipecah
menjadi bentuk nukleosida oleh fosfomonoesterase menjadi adenosine dan guanosin. Adenosine akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim
adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosinat inosin dengan guanosin dikatalis oleh nukleosida purin fosforilase sehingga akan dilepaskan senyawa
ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk
11 xantin yang masing-masing dikatalis oleh enzim xantin oxidase dan guanase.
Xantin yang terbentuk akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat Murray, dkk., 2003.
2.3.2 Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar asam urat
dalam darah serta merupakan faktor penyebab terjadinya hiperurisemia adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produksi asam urat overproduction
i. Penyebab primer yaitu terjadi peningkatan aktivitas phosporibosyl
pyrophosphate synthetase PRPP
synthetase akan meningkat menyebabkan peningkatan PRPP yang merupakan kunci sintesa purin dan
terjadi defisiensi hypoxantine guanine phosporibosyl transferase HGPRT akan meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi xantin.
ii. Penyebab sekunder adalah terjadi peningkatan asupan purin, konversi asam
nukleat meningkat, penguraian ATP meningkat. b.
Penurunan eksresi asam urat underproduction Hal ini dapat terjadi karena penyebab primer dan penyebab sekunder yaitu
berupa insufiensi ginjal, terjadi inhibisi pengeluaran asam urat, dan peningkatan reabsorbsi tubular Gaw, dkk., 2011.
2.3.3 Gout
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai arthritis akut berulang karena endapan kristal asam urat di persendiaan dan tulang rawan. Istilah gout
digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang berkaitan dengan
12 hiperurisemia. Gout adalah diagnosis klinis sedangkan hiperurisemia adalah
kondisi biokimia Mariani, dkk., 2012. Gout dapat bersifat primer dan sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu Price dan Wilson, 2005.
Terdapat empat tahap perjalanan klinis gout yang tidak terobati, yaitu: a.
Tahap hiperurisemia asimtomatik Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari
peningkatan kadar asam urat serum. Hanya 20 dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.
b. Tahap arthritis gout akut
Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada cairan sinovial. Pada tahap ini gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang
akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistem berupa demam, menggigil dan
merasa lelah. c.
Tahap interkritis Tahap interkritis merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara
klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus
berlangsung progesif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10
13 tahun tanpa serangan akut dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke
stadium gout kronik. d.
Tahap gout kronik Pada tahap ini terjadi kerusakan persendian dan bahkan persendian
mengalami kehancuran total oleh adanya deposit kristal asam urat, terjadi kerusakan yang ekstensif dan permanen Price dan Wilson, 2005.
2.4 Obat Antihiperurisemia
Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hiperusemia:
a. Golongan urikosurik
Golongan urikosurik yaitu golongan obat yang dapat meningkatkan eksresi asam urat. Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat
reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal sehingga peningkatan eksresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu, fungsi ginjal yang baik, sangat
mendukung mekanisme kerja obat golongan ini. Probenesid dan sulfinpirazon adalah contoh obat golongan urikosurik Katzung, dkk.,
2002. b.
Golongan urikostatik Golongan urikostatik yaitu golongan obat yang dapat menghambat
pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat
aktivitas enzim xantin oksidase yang berperan dalam metabolisme hipoxantin menjadi xantin menjadi asam urat. Berdasarkan mekanisme
14 tersebut, produksi asam urat akan berkurang dan produksi xantin dan
hipoxantin meningkat dan dibuang melalui ginjal Dipiro, 1997. Allopurinol adalah satu-satunya obat golongan urikostatik yang
digunakan sampai saat ini. Allopurinol dan metabolitnya oksipurinol alloxantine merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi
perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Allopurinol juga menurunkan konsentrasi intraseluler PRPP. Oleh karena
waktu paruh metabolitnya panjang, allopurinol cukup diberikan satu kali sehari. Dosis awal untuk allopurinol adalah 100 mg sehari, dosis
allopurinol dapat ditingkatkan sampai 300 mghari tergantung pada respon kadar asam urat. Efek samping pada pemakaian allopurinol yaitu terjadi
gangguan gastrointestinal termasuk mual, muntah dan diare, terjadi reaksi alergi, toksisitas hati, neuritis perifer dan lain-lain Katzung, dkk., 2002.
Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol
Katzung, dkk., 2002 Keterangan :
= menghambat
15
2.5 Kalium Oksonat