22
3.6 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan antrakinon.
Skrining dilakukan terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun cocor bebek.
3.6.1 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
Sebanyak 1 g serbuk simplisia daun cocor bebek dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada
sisa dalam cawan penguap ditambahkan beberapa tetes pereaaksi Liebermann- Burchard. Timbul warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida,
sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukan adanya triterpenoida. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada ekstrak etanol daun cocor
bebek Harborne, 1987.
3.6.2 Pemeriksaan alkaloid
Serbuk simplisia daun cocor bebek ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan
9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring Depkes RI, 1995. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
1. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan Mayer akan terbentuk
endapan berwarna putih atau kuning; 2.
Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat hitam;
3. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan Dragendorff akan
terbentuk endapan berwarna merah atau jingga.
23 Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua
dari tiga percobaan diatas. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada ekstrak etanol daun cocor bebek Depkes RI, 1995
3.6.3 Pemeriksaan flavonoid
Serbuk simplisia daun cocor bebek ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5
menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, di kocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
ekstrak etanol daun cocor bebek Farnsworth, 1966.
3.6.4 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia daun cocor bebek ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume
air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25
ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, dilakukan
sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50
o
C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukan dalam tabung reaksi dan
diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua
24 cairan menunjukkan adanya ikatan gula. Perlakuan yang sama juga dilakukan
pada ekstrak etanol daun cocor bebek Depkes RI, 1995.
3.6.5 Pemeriksaan tanin