untuk Kebersihan yang sekarang digagas pemerintah, dimana Kementerian Kesehatan menjadi salah satu komponennya. Konsep Bank Sampah mulai banyak dilakukan di
Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi bahan bermanfaat. Saat ini, sudah ada 477 bank sampah di 55 kota dan
kabupaten di Indonesia. Salah satunya adalah Bank Sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Bank sampah ini dibentuk pada tanggal 15
Mei 2012 yang berada di Jalan Pelajar Timur Gg. Kelapa Lorong Gabe Medan. Bank sampah membuka pelayanan tabungan sampah setiap hari Senin sampai Sabtu pukul
09.00 Wib-13.00 Wib Medan GreenClean, 2010. Sasaran dalam pelaksanaan program ini adalah seluruh komponen masyarakat.
Secara umum, masih banyak masyarakat yang belum mau berpartisipasi dalam program ini. Hal ini dapat dilihat dengan partisipasi masyarakat yang masih sedikit
dalam mengikuti kegiatan pengelolaan bank sampah Medan GreenClean, 2010. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota
Medan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden pendidikan, pekerjaan, umur,
pengetahuan, dan sikap. 2.
Untuk mengetahui faktor pemungkin program bank sampah ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah sampah, dan
keuntungan dari bank sampah. 3.
Untuk mengetahui faktor pendukung program bank sampah petugas kesehatan, tokoh masyarakat.
4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan partisipasi masyarakat
dalam program bank sampah. 5.
Untuk mengetahui hubungan faktor pemungkin dengan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.
6. Untuk mengetahui hubungan faktor pendukung dengan partisipasi
masyarakat dalam program bank sampah.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penyelenggara program Bank Sampah
sehingga program ini nantinya dapat berjalan lebih baik, sehingga dapat mempengaruhi kelurahan lain agar dapat mengikuti keberhasilan kelurahan
Binjai. 2.
Sebagai bahan masukan kepada pihak Kelurahan Binjai agar dapat lebih memaksimalkan potensi masyarakat yang ada agar dapat terus mewujudkan
kondisi lingkungan yang lebih baik. 3.
Sebagai bahan masukan kepada masyarakat dalam rangka memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan mereka.
4. Sebagai masukan bagi penulis agar dapat memperkaya pengetahuan dan
pengalaman serta
sebagai proses
belajar bagi
penulis dalam
mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.
5. Sebagai referensi bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini
ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sampah 2.1.1. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization WHO sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dalam Undang-Undang No.18 2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan
definisi sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia danatau dari proses alam yang berbentuk padat.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat
dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan Kementerian Lingkungan Hidup, 2005.
Berdasarkan uraian tersebut, sampah memiliki batasan yang jelas sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan berasal dari aktifitas manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut : 1.
Adanya sesuatu benda atau bahan padat. 2.
Adanya hubungan langsung dengan kegiatan manusia. 3.
Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi Azwar, 1990
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Sumber, Jenis, dan Komposisi Sampah 2.1.2.1. Sumber Sampah
1. Sampah Domestik Domestic Wastes
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,
daun-daunan dari kebun atau taman. 2.
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas,
plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar rubbish.
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas- kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5. Sampah yang berasal dari industri industrial wastes
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanianperkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan
sebagainya. 7.
Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis
usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanahcadas, pasir, sisa- sisa pembakaran arang, dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya Notoatmodjo,
2003.
2.1.2.2. Jenis Sampah
1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a Sampah non organik
Universitas Sumatera Utara
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logambesi, pecahan gelas, plastik, kain, dan sebagainya. Sampah
non organik memerlukan waktu yang lama untuk dapat hancur. Menghilangkan sampah non organik dengan cara membakarnya akan sangat
berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan polusi udara dan gangguan pernafasan, serta mencemari tanah.
b Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, potongan rumput,
dan sebagainya. Sampah organik terutama sisa makanan yang dibiarkan begitu saja akan membusuk dan bisa menjadi sumber penyakit karena menjadi
tempat perkembangbiakkan vektor. 2.
Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar a
Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.
b Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besilogam
bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. Notoatmodjo, 2003. 3.
Sampah berdasarkan karakteristiknya a
Abu Ashes Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah,
di kantor maupun industri.
Universitas Sumatera Utara
b Sampah Jalanan Street Sweeping
Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.
c Bangkai Binatang Dead Animal
Yaitu bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
d Sampah pemukiman Household refuse
Yaitu sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan. e
Bangkai Kendaraan Abandoned vehicles Yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit,
kapal laut dan alat transportasi lainnya. f
Sampah industri Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi,
tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya. g
Sampah hasil penghancuran gedungbangunan Demolotion waste Yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedungbangunan.
h Sampah dari daerah pembangunan
Yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu-batuan,
potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
i Sampah Padat Pada Air Buangan Sewage Solid
Sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.
j Sampah Khusus
Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis Mukono,
2006.
2.1.2.3. Komposisi Sampah
Menurut Achmadi 2004 secara umum komposisi dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu :
Tabel 2.1. Komposisi Sampah
No Komposisi Sampah
Persentase
1 Kertas dan Karton
± 35 2
Logam ± 7
3 Gelas
± 5 4
Sampah halaman dan dapur ± 37
5 Kayu
± 3 6
Plastik, karet, dan kulit ± 7
7 Lain-lain
± 6 Sumber : Achmadi, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat
atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah
Menurut Slamet 2004 sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang
penting antara lain : 1.
Jumlah Penduduk Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk
semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
2. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin
banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran
masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan,
transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
Universitas Sumatera Utara
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan
produk manufaktur yang semakin beragam pula. 4.
Tingkat pendidikan Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai
peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya
pencemaran terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat
pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2.2. Bank Sampah 2.2.1. Pengertian Bank Sampah
Bank Sampah lahir dari program Jakarta Green and Clean yaitu salah satu cara pengelolaan sampah skala rumah tangga, yang menitik beratkan pada
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah, sampah
yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada
nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank
Universitas Sumatera Utara
yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan
pengelola bank sampah harus orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank
sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah Unilever
GreenClean, 2010. Bank sampah menjadi metode alternatif pengelolaan sampah yang efektif,
aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bank sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokan sesuai
jenisnya sehingga dapat memudahkan pengelola bank sampah dalam melakukan pengelolaan sampah seperti pemilihan dan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya
sehingga tidak terjadi pencampuran antara sampah organik dan anorganik yang membuat bank sampah lebih efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan Unilever
GreenClean, 2010. Konsep bank sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R Reduce,
Reuse, Recycle. Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan atau mendaur ulangnya,
dalam konsep bank sampah ini, paling ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan
manfaat tersendiri dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah sampah yang mereka hasilkan. Proses pemilahan inilah yang mengurangi
Universitas Sumatera Utara
jumlah timbunan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar di perkotaan. Konsep Bank Sampah membuat masyarakat sadar
bahwa sampah memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga mereka peduli untuk mengelolanya, mulai dari pemilahan, pengomposan, hingga menjadikan
sampah sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan bernilai ekonomis Aryeti, 2011.
Konsep bank sampah ini menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan akhir. Dengan program ini,
sampah mulai dikelola dari awal sumber timbunan sampah, yaitu rumah tangga. Pemilahan yang dilakukan oleh masyarakat sejak awal membuat timbunan sampah
yang dihasilkan dan dibawa ke tempat pembuangan akhir TPA menjadi berkurang Medan GreenClean, 2010.
Keberadan bank sampah mampu memberikan nilai ekonomis bagi warga masyarakat. Bank sampah merupakan sentra pengumpulan sampah non organik yang
mempunyai nilai harga diantaranya ; kertas, botol plastik, gelas plastik, kardus, plastik kemasan, plastik kresek, koran, plastik sachetan, ember, kaleng, besi,
alumunium, dll. Jenis sampah non organik ini mempunyai nilai harga yang berbeda berdasarkan jenisnya. Harganya sangat beragam mulai dari Rp. 100,- per kg sampai
Rp. 8.000,- Medan GreenClean, 2010. Pada tahun 2008 bank sampah di 5 wilayah DKI Jakarta sebanyak 50 sentra
bank sampah yang meliputi 50 RW. Selanjutnya program ini dikompetisikan untuk
Universitas Sumatera Utara
melihat kualitas dan kuantitas dari bank sampah yang sudah dikelola oleh warga. Kriteria dari lomba tersebut adalah kuota dari jumlah sampah non organik yang sudah
dimanfaatkan oleh warga serta mekanisme yang berjalan secara berkelanjutan. Dengan adanya bank sampah, memberikan keuntungan baik bagi warga maupun
pelapak. Untuk pelapak mendapatkan keuntungan dalam hal waktu dan kondisi sampah, karena sampahnya sudah dipilah oleh warga. Untuk warga dapat menikmati
hasil sampah non organik yang sudah dikumpulkan di bank sampah, yang dinilai dengan uang, selain itu kondisi lingkungan juga menjadi bersih Medan
GreenClean, 2010.
2.2.2. Lokasi Bank Sampah
Tempat atau lokasi bank sampah dapat berupa lahan terbuka, gudang dan lahan-lahan kosong yang dapat menampung sampah dalam jumlah yang banyak.
2.2.3. Nasabah Bank Sampah
Nasabah bank sampah adalah individu, komunitas kelompok yang berminat menabungkan sampahnya pada bank sampah. Individu biasanya perwakilan dari
kepala keluarga yang mengumpulkan sampah rumah-tangga. Komunitas kelompok, adalah kumpulan sampah dari satu lingkungan atau sampah dari sekolah-sekolah dan
perkantoran Unilever GreenClean, 2010.
2.2.4. Manajemen Bank Sampah
Cara menabung pada bank sampah adalah setiap nasabah mendaftarkan pada pengelola, pengelola akan mencatat nama nasabah dan setiap anggota akan diberi
Universitas Sumatera Utara
buku tabungan secara resmi. Bagi nasabah yang ingin menabung sampah, caranya cukup mudah, tinggal datang ke kantor bank sampah dengan membawa sampah,
sampah yang akan ditabung harus sudah dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya seperti kertas, plastik, botol, kaleng, besi, alumunium dan lainnya dimasukkan kekantong-
kantong yang terpisah Medan GreenClean, 2010. Sampah yang akan ditabung harus dalam kondisi bersih dan kering. Petugas
teller akan melakukan penimbangan, pencatatan, pelabelan dan memasukkan sampah pada tempat yang telah disediakan. Nasabah yang sudah menabung dapat mencairkan
uangnya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati misalnya 3 atau 4 bulan sekali dapat mengambil uangnya. Sedangkan jadwal menabung ditentukan oleh pengelola.
Pencatatan dibuku tabungan akan menjadi patokan berapa uang yang sudah terkumpul oleh masing-masing nasabah, sedang pihak bank sampah memberikan
harga berdasarkan harga pasaran dari pengumpul sampah. Berbeda dengan bank pada umumnya menabung pada bank sampah tidak mendapat bunga. Untuk keperluan
administrasi dan upah pekerja pengelola akan memotong tabungan nasabah sesuai dengan harga kesepakatan. Dana yang terkumpul akan dikelola oleh bendahara
Unilever GreenClean, 2010.
2.3. Teori Perubahan Perilaku
Masyarakat yang menggunakan bank sampah jumlahnya masih sangat sedikit. Mulai dari terbentuk bank sampah, pertumbuhan jumlah nasabahnya masih sangat
rendah. dikarenakan berbagai macam faktor. Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni Notoatmodjo, 2003:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor predisposisi Predisposing factor
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor Pemungkin Enabling factor
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembuangan
sampah, sarana sanitasi, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. c.
Faktor Penguat Reinforcing factor Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, petugas kesehatan, peraturan pemerintahyang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat tidak hanya membutuhkan
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas, juga diperlukan perilaku contoh acuan dari tokoh yang dianggap berpengaruh di
masyarakat, terutama petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku 2.3.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam arti lain, pengetahuan adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki
kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk
menginformasikan atau
bahkan menimbulkan
kebingungan, maka
pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki. Pengaruh tingkat pengetahuan seseorang
dengan perubahan perilaku adalah semakin baik penyampaian informasi oleh pihak terkait, maka perubahan perilaku akan semakin bermakna.
2.3.1.2. Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya ádalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
Universitas Sumatera Utara
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang
rendah, akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan
lebih menekankan pada pembentukan manusianya penanaman sikap dan nilai-nilai.
2.3.1.3. Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Dalam hal ini dapat di artikan bahwa semakin baik pembentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, maka semakin tinggi juga tingkat partisipasi
seseorang.
2.3.1.4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah jenis perbuatan atau kegiatan untuk memperoleh imbalan atau upah. Dengan ciri makna yang demikian, pekerjaan dapat juga
disebut mata pencarian atau pokok penghidupan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Hubungan tingkat pekerjaan seseorang
dengan perubahan perilaku adalah semakin tinggi tingkat pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula penghasilannya, maka dengan begitu
seseorang akan menggunakan penghasilannya tersebut memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
kesehatannya dalam hal ini memenuhi kebutuhan sanitasi mereka. Notoatmodjo, 2003.
2.3.2. Teori Partisipasi
Menurut WHO 1979, memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota
masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok. Sedangkan Davis dan Newstorn dalam Anisatullaila 2010, memberikan pengertian partisipasi adalah
keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan
berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.
2.3.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Compton dalam Anisatullaila 2010, faktor-faktor keberhasilan partisipasi masyarakat adalah:
1. Kegiatan atau program sesuai dengan situasi dan kondisi sosial dari
masyarakat setempat. 2.
Faktor kepemimpinan dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan masyarakat.
Menurut Slamet 2004, faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Jenis Kelamin
Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem
pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita. Perbedaan kedudukan dan
derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.
2. Usia
Perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar
senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu. Dalam hal ini golongan tua yang
dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dan dalam hal menetapkan keputusan.
3. Tingkat Pendidikan
Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan., salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat
pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang
pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan melalui pendidikan yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.
4. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan
jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga.
Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi
kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang
dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka. 5.
Mata Pencaharian Mata pencaharian ini akan berkaitan dengan tingkat penghasilan
seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri
pertemuan, kerja bakti dan sebagainya. Ada
beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang kondusif
untuk berpartisipasi. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issue-issue
atau aktivitas tertentu. 2.
Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu.
3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam partisipasinya.
4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam
partisipasinya. 5.
Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan Sarwono, 2004.
2.3.2.2. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Menurut Paul dalam Hasyim 2009 tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat diukur dengan menggunakan skala intensitas
partisipasi scale of participation intensity. Skala ini digunakan untuk melihat jangkauan peran partisipasi masyarakat pada masing-masing tahapan kegiatan.
Partisipasi masyarakat yang diukur pada tahap mobilisasi adalah partisipasi saat dilaksanakannya sosialisasi dari kegiatan tersebut dan kegiatan pada tahap
pengambilan keputusan adalah tentang tata cara, penentuan lokasi dan lain-lainnya. Pada tahap mobilisasi dan pengambilan keputusan tingkat partisipasi masyarakat
akan sangat tinggi jika mereka mengetahui manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut bagi kehidupannya, sementara pada tahapan pembangunan dan pemeliharaan
perannya dapat menurun karena kegiatannya terlalu teknis dan telah tersedia standar
Universitas Sumatera Utara
operasional yang minimal sehingga pihak manapun yang membangun dan memelihara tidaklah masalah asalkan termasuk dalam kriteria tersebut.
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Responden 1.
Pendidikan 2.
Pekerjaan 3.
Umur 4.
Pengetahuan 5.
Sikap Faktor Pemungkin
1. Ketersediaan tempat
pembuangan sampah
2. Ketersediaan memilah
sampah
3. Keuntungan dari bank
sampah
Faktor Pendukung 1.
Petugas Kesehatan 2.
Tokoh Masyarakat Partisipasi Masyarakat dalam
Program Bank Sampah
a.
Baik
b.
Tidak Baik
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah adalah jenis penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik responden
pendidikan, pekerjaan, umur, tingkat pengetahuan, dan sikap, ketersediaan sarana dan prasarana ketersediaan tempat pembuangan sampah, ketersediaan memilah
sampah, keuntungan dari bank sampah, dan faktor pendukung sosialisasi dari petugas kesehatan dan tokoh masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam
program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian