BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta,
baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif UU Kesehatan RI, 2009.
Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam Program Pembangunan Kesehatan, salah satunya adalah Program Lingkungan Sehat,
Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan
remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari
lingkungan Depkes RI, 2004. Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Universitas Sumatera Utara
Fakta yang berkembang saat ini bahwa kualitas lingkungan hidup semakin menurun yang terus mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Masalah lingkungan hidup dapat diakibatkan berbagai kegiatan, baik dalam skala terbatas sempit maupun dalam skala luas. Dalam skala luas, pada
dasarnya perubahan kondisi lingkungan terjadi akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi ekosistem di alam Anonimous, 2008.
Dalam skala terbatas, dapat dilihat mulai dari kegiatan keluarga yang menghasilkan limbah rumah tangga. Limbah ini belum menjadi sorotan masyarakat,
khususnya di negara-negara sedang berkembang karena semua keluarga menghasilkannya dan dampaknya tidak secara nyata mengganggu kesehatan Manik,
2003. Pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga menjadi ancaman serius
untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Masalah pokoknya mencakup limbah manusia dan timbunan sampahnya. Menurut “World Bank Country Study” Indonesia,
Environment and Development, Washington D.C 1994 dalam Wardhana 2000 selain kualitas air bersih, pengelolaan sampah yang kurang memadai penumpukan
secara tak terkendali, pembakaran, dan pembuangan ke dalam sungai serta tanah kosong merupakan ancaman yang paling besar di wilayah perkotaan Indonesia.
Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara yang merupakan kota metropolitan, mencerminkan kehidupan masyarakat yang padat aktivitas serta
memiliki berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan kependudukan sampai dengan masalah transportasi dan lingkungan. Sumber masalah terbesar adalah
masalah sampah perkotaan, pencemaran lingkungan yang tinggi dan perilaku sanitasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang buruk. Mobilitas penduduk yang tinggi, serta banyaknya aktifitas yang terjadi setiap hari mengakibatkan kota Medan menjadi salah satu kota dengan
produksi sampah yang cukup besar Laporan MdGC, 2009. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbunan sampah sebesar 2-4 per tahun,
namun tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga banyak sampah yang tidak ditangani dengan
maksimal. Selain sarana dan prasarana, kesadaran manusia juga memegang peranan penting dalam mengelola sampah. Jika dilihat kondisi saat ini masyarakat belum
banyak mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah. Sampah masih dianggap sebagai barang yang tidak berguna Kusnoputranto, 1986.
Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan tentang prinsip dalam mengelola sampah adalah reduce, reuse dan
recycle yang artinya adalah mengurangi, menggunakan kembali, dan mengolah. Sedangkan pola hidup masyarakat saat ini, dalam pengelolaan sampah jarang sekali
dikelola dan digunakan kembali. Masyarakat hanya melakukan pengumpulan sampah di rumah masing-masing, kemudian sampah di ambil oleh tukang pengumpul sampah
petugas sampah sesudah itu tukang pengumpul sampah membawa sampah tersebut ke TPS Tempat Penyimpanan Sementara, dari TPS sampah di angkut oleh mobil
sampah kemudian dibuang ke TPA Tempat Pembuangan Akhir. Salah satu bentuk pengelolaan yang ada di Kota Medan adalah Program Bank
Sampah. Bank Sampah merupakan salah satu pendekatan dalam Gerakan Nasional
Universitas Sumatera Utara
untuk Kebersihan yang sekarang digagas pemerintah, dimana Kementerian Kesehatan menjadi salah satu komponennya. Konsep Bank Sampah mulai banyak dilakukan di
Indonesia, dimana masyarakat dapat membawa sampah tertentu, lalu bisa diolah menjadi bahan bermanfaat. Saat ini, sudah ada 477 bank sampah di 55 kota dan
kabupaten di Indonesia. Salah satunya adalah Bank Sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Bank sampah ini dibentuk pada tanggal 15
Mei 2012 yang berada di Jalan Pelajar Timur Gg. Kelapa Lorong Gabe Medan. Bank sampah membuka pelayanan tabungan sampah setiap hari Senin sampai Sabtu pukul
09.00 Wib-13.00 Wib Medan GreenClean, 2010. Sasaran dalam pelaksanaan program ini adalah seluruh komponen masyarakat.
Secara umum, masih banyak masyarakat yang belum mau berpartisipasi dalam program ini. Hal ini dapat dilihat dengan partisipasi masyarakat yang masih sedikit
dalam mengikuti kegiatan pengelolaan bank sampah Medan GreenClean, 2010. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan program bank sampah di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013.
1.2. Perumusan Masalah