bukanlah sesuatu yang asing dalam literatur bahasa Indonesia. Sebagai contoh, teori ini telah diterapkan oleh Mulyadi dalam penelitiannya 1998 yang membicarakan frasa nomina
bahasa Indonesia dan pada frasa preposisi bahasa Indonesia 2002. Kajian struktur frasa terhadap bahasa Pesisir Sibolga masih terbatas termasuk di
antaranya mengenai frasa numeralia. Numeralia dalam tata bahasa Pesisir Sibolga tidak dapat diabaikan begitu saja. Istilah numeralia digunakan untuk menghitung banyaknya maujud,
misalnya, untuk menyatakan jumlah orang, binatang dan benda Moeliono, 1988 : 194. Pada tataran frasa, numeralia bisa diperluas menjadi frasa numeralia dengan cara menambahkan
konstituen lain sebelum atau sesudah inti leksikal. Namun, dalam sintaksis generatif lihat Radford, 1988: 86, frasa numeralia dapat terbentuk tanpa adanya tambahan konstituen lain
sebab frasa yang belum dimodifikasi memiliki distribusi dan status yang sama seperti sebuah frasa yang lengkap.
Dari uraian di atas, sejauh yang diamati peneliti terhadap struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga dengan menggunakan teori X-Bar sama sekali belum pernah dilakukan. Hal inilah
yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang frasa numeralia dalam bahasa pesisir Sibolga.
1.2 Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah dari penelitian ini
adalah
1. Bagaimanakah perilaku fungsi gramatikal, seperti komplemen Komp, keterangan
Ket, dan specifier Spec dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan teori X-bar?
2. Bagaimanakah kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga menurut teori X-bar?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah
Suatu penelitian mempunyai batasan masalah. Dengan adanya pembatasan masalah, maka penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran terhadap masalah
yang hendak diteliti, sehingga tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi hanya pada struktur frasa, yakni frasa numeralia dalam bahasa Pesisir
Sibolga berdasarkan teori X-bar dan diteliti secara kepustakaan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yakni
2. Mendeskripsikan fungsi gramatikal, seperti komplemen Komp, keterangan Ket, dan
specifier Spec dalam membentuk struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga berdasarkan teori X-bar.
3. Merumuskan kaidah struktur FNum bahasa Pesisir Sibolga menurut teori X-bar.
1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis
1. Memberikan manfaat dalam upaya pengembangan kajian sintaksis bahasa Pesisir
Sibolga 2.
Memperkaya pemerian bahasa Pesisir Sibolga, khususnya yang berhubungan dengan FNum dalam analisis teori X-bar
3. Memperkaya hasil penelitian sintaksis yang menggunakan pendekatan generatif.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Praktis 1.
Sebagai sumber data bagi penelitian lanjutan tentang frasa numeralia maupun bahasa- bahasa daerah lain khususnya yang berhubungan dengan teori X-bar.
2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang bahasa
Pesisir Sibolga. 3.
Sebagai bahan perbandingan untuk pembelajaran antara struktur frasa numeralia bahasa Pesisir Sibolga dengan frasa lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut KBBI 2002:588 konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Paparan konsep-konsep
bersumber dari pendapat para ahli, pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2.1.1 Pengertian Frasa
Menurut Keraf 1984:138 frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan. Kemudian Kridalaksana 1994:162 menyatakan bahwa
frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang nonpredikatif. Radford 1988:86 frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut
sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal. Elson dan Picket dalam Mulyadi, 1998:6 frasa adalah sebuah unit yang secara potensial terbentuk dari dua kata atau lebih, tetapi tidak
memiliki ciri proposisi dalam kalimat. Ini berarti bahwa frasa tidak memiliki ciri klausa dan kalimat, atau secara aktual sebuah frasa mungkin saja terdiri atas satu kata.
Berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata, frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa numeralia, dan frasa keterangan
Ramlan, 1995:158. Menurut Chaer 1994:228 frasa berdasarkan kategori intinya dapat dibedakan atas empat golongan, yakni 1 Frasa nomina FN, yaitu frasa yang intinya berupa
nomina. Misalnya, kecap asin, bus sekolah, dan mahasiswa baru. 2 Frasa verba FV, yaitu
Universitas Sumatera Utara
frasa yang intinya berupa verba. Misalnya, tidak akan pergi, sedang tertawa, dan sudah makan. 3 Frasa adjektiva FA, yaitu frasa yang intinya berupa adjektiva. Misalnya, kurang
cepat, sangat baik, dan cantik sekali. 4 Frasa numeralia FNum, yaitu frasa yang intinya berupa numeralia. Misalnya, lima ribu, satu meter, dan tiga kodi.
Kategori leksikal adalah kategori kata yang menentukan kategori frasanya Radford, 1988:85. Misalnya, keempat frasa di atas jika diaplikasikan ke dalam teori X-bar akan
terbentuk skema seperti di bawah ini : 1
Frasa Nomina
FN → N + A
FN
N
N A
kecap asin
Universitas Sumatera Utara
2 Frasa Verba
FV → P + V
FV
V
P V
sudah makan
3 Frasa Adjektiva
FA → Spec + A
FA
A
Spec A
sangat baik
Universitas Sumatera Utara
4 Frasa Numeralia
FNum → Num + Num
FNum
Num
Num Num
lima ribu
Namun, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah frasa numeralia. Frasa numeralia FNum adalah frasa yang terbentuk dari sebuah numeralia sebagai inti dan sebuah kategori
lain sebagai pendamping atau atribut yang berfungsi sebagai kata keterangan bilangan Samsuri, 1994:246. Misalnya, lima buah, beberapa orang, dan satu meter. Numeralia lima,
beberapa, dan satu merupakan inti, sedangkan buah, orang, dan meter merupakan atribut atau pendamping.
2.1.2 Frasa Numeralia dan Kategorinya
Menurut Kridalaksana 1990:77 numeralia adalah kategori yang dapat 1 mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, 2 mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia
lain , dan 3 tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Berdasarkan uraian tersebut, Kridalaksana mengkategorikan numeralia menjadi 2
bagian, yakni
Universitas Sumatera Utara
1 Numeralia Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tentu. Kategori ini terbagi
atas : a
Numeralia Utama Kardinal, yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau himpunan.
Numeralia utama terdiri atas 1.
Bilangan penuh yang menyatakan jumlah tertentu, seperti satu, sebelas, tiga puluh satu.
2. Bilangan pecahan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi
preposisi, seperti setengah, seperlima, dan tiga pertujuh. 3.
Bilangan gugus yang menyatakan sekelompok bilangan, seperti lusin, ton, kodi, ribu, ratus, juta, dan seterusnya.
b Numeralia Tingkat Ordinal, yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan
urutan dalam jumlah dan berstruktur ke- + Num. Contoh: Kakakku menjadi juara ketiga lomba baca puisi.
c Numeralia Kolektif, yakni kata bilangan yang berfungsi untuk menyatakan himpunan
dan digunakan di depan kata benda Contoh: Kelima anak itu datang terlambat.
2 Numeralia Tak Takrif, yakni numeralia yang menyatakan jumlah tidak tentu.
Contoh : semua, seluruh, beberapa, sebagian, tiap-tiap, segala, berbagai, sekalian, dan seterusnya.
Dalam penggunaannya, numeralia juga memiliki kata bantu bilangan, yakni kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal benda dan digunakan di belakang kata bilangan
dalam menyebutkan jumlah suatu benda Chair,2006: 116 Kata bantu bilangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a Orang digunakan di depan kata benda yang menyatakan orang.
Universitas Sumatera Utara
b Ekor digunakan di depan kata benda yang menyatakan binatang.
c Buah digunakan di depan kata benda umum dan terhitung.
d Batang digunakan untuk benda yang berbentuk panjang, bulat maupun persegi
seperti pohon dan pipa e
Lembar digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng f
Helai digunakan untuk benda tipis dan lebar, seperti daun, seng, dan uang g
Butir digunakan untuk benda bulat bundar dan kecil, seperti telur dan kelereng. h
Biji digunakan untuk benda pipih dan lebar, seperti papan, seng i
Pucuk digunakan untuk surat j
Laras digunakan untuk senjata api k
Kuntum digunakan untuk bunga l
Bilah digunakan untuk pisau dan keris m
Mata digunakan untuk kail dan jarum n
Tangkai digunakan untuk bunga dan sapu o
Tandan digunakan untuk kelapa, pisang, dan pinang p
Carik digunakan untuk kertas, kain, dan baju q
Kaki digunakan untuk payung
r Bentuk digunakan untuk cincin
s Pasang
digunakan untuk kaki, sepatu, dan mata
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori X-bar
Penelitian ini menggunakan teori X-Bar. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Zellig Haris dan diteruskan oleh muridnya Noam Chomsky Parera, 1987:74. Teori X-bar
merupakan bagian dari transformasi generatif. Pada mulanya, teori ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menjawab dua permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa. Permasalahan pertama, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa hanya dapat
diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua, kaidah struktur sintaksis dan kaidah struktur frasa terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan Lieber, 1992 dalam
Sawirman. Kemudian, teori ini diterapkan pada tataran frasa dengan simbol X dan
kategori antara intermediate category, yakni kategori yang lebih besar dari kata, tetapi lebih kecil dari frasa simbol X
. Misalnya, diantara Num dengan FNum terdapat Num. Sebagai contoh dapat digambarkan pada skema berikut
Lima buah FNum
FNum Num + FN
FNum
Num
Num FN
lima buah
Berdasarkan contoh di atas jelaslah bahwa diantara Num dengan FNum terdapat kategori antara, yaitu Num Num-bar.
Noam Chomsky adalah orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa struktur frasa harus dikaji secara eksplisit. Teori ini menjelaskan bahwa struktur frasa tersebut
direpresentasikan dengan menggunakan skema X-bar. Selanjutnya, Chomsky juga mengatakan dalam Mulyadi, 1998 bahwa teori X-bar bersifat universal, artinya teori ini
dapat digunakan untuk menganalisis struktur frasa bahasa-bahasa di dunia meskipun bahasa-
Universitas Sumatera Utara
bahasa itu bersusun VOS, SOV, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa teori ini
dapat digunakan untuk mengkaji bahasa daerah, terutama bahasa Pesisir Sibolga.
Dalam teori X-bar semua frasa mempunyai satu inti leksikal yang merupakan simpul akhir terminal node yang mendominasi kata dan bisa iteratif Haegemen, 1992: 95. Inti
merupakan pemarkah bagi ciri kategorinya. Misalnya, frasa numeralia didominasi oleh numeralia sebagai inti. Inti dari lima hari adalah numeralia lima. Pada tataran ini, inti terletak
lebih rendah dari konstituen inti tersebut. Kategori ini adalah kategori tanpa bar X.
Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon atau disebut juga tataran sintaksis. Pada tataran ini sebuah kategori leksikal seperti nomina, verba, numeralia, atau
adjektiva dalam hal ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar lebih tinggi X’
dan spesifier berkombinasi dengan X-bar lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X. Jadi, proyeksi X merupakan kategori bar X’ dan proyeksi maksimal dari kategori X adalah
frasa dengan bar tertinggi X’’ atau FX.
2.2.2 Kaidah Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Pesisir Sibolga
Kaidah struktur frasa numeralia FNum dalam teori X-bar berhubungan dengan tiga fungsi gramatikal, yakni komplemen Komp, keterangan Ket, dan specifier Spec.
Komplemen adalah argumen internal yang letaknya dalam struktur FNum dibawahi langsung oleh Num
Num-bar. Keterangan juga terletak di bawah Num-bar tetapi tatarannya berbeda. Specifier sebagai satuan argumen eksternal yang dibawahi langsung oleh Num
Num-bar ganda. Maka perilaku ketiganya dalam struktur FNum dirumuskan sebagai berikut :
Komplemen memperluas Num menjadi Num-bar Keterangan memperluas Num-bar menjadi Num-bar
Universitas Sumatera Utara
Specifier memperluas Num-bar menjadi Num-bar ganda atau FNum Menurut Haegemen 1992:32 konstituen keterangan dalam struktur frasa bersifat
opsional tidak wajib, sedangkan komplemen bersifat wajib. Specifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di
akhir frasa. Pada posisi awal specifier berfungsi menerangkan frasa yang di depannya dan pada posisi akhir berfungsi menutup frasa. Specifier di awal FNum bahasa Pesisir Sibolga
biasanya dimarkahi adverbia kiro-kiro ‘kira-kira’, sedangkan di akhir biasanya dimarkahi oleh kata penunjuk tu ‘itu’ dan ko ‘ini’.
Simbol X pada gambar struktur frasa di bawah ini merupakan pengganti dari kategori leksikal, sementara tanda titik … di sebelah kiri dan kanan adalah pengisi komplemen,
keterangan, atau specifier yang didominasi oleh X-bar X atau pada tingkat yang lebih tinggi didominasi oleh frasa X X.
FX
… X …
… X … Melalui skema di atas tidak dipelukan representasi dari setiap kategori karena telah
mencakup generalisasi kaidah yang ada. Metode ini lebih menyederhanak teori struktur frasa. Hal inilah yang menjadi kelebihan teori X-bar. Jika skema di atas dilengkapi dengan
komlemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya terlihat pada rumusan kaidah berikut
Universitas Sumatera Utara
X YP ; X
X X ; ZP
X X ; WP
Keterangan : YP = Specifier
ZP = Keterangan WP = Komplemen
X = Kategori Leksikal Simpul X dapat bersifat iteratif
Dengan demikian, berdasarkan teori di atas, maka dapat direpresentasikan kaidah struktur dasar frasa numeralia FNum dalam bahasa Pesisir Sibolga sebagai berikut :
FNum → Num
FNum
Num
Num
sencek ‘satu’
Universitas Sumatera Utara
Frasa numeralia mendominasi Num dan inti leksikalnya tidak bercabang. Artinya frasa
numeralia dapat langsung menurunkan Num tanpa mempunyai komplemen, keterangan, dan specifier.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari KBBI,2003:18. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon KBBI, 203:912.
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Radford 1988:86 frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal.
Menurut Chaer 1994 frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat. Ramlan 1995:151 memberi batasan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri
atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Mulyadi 1998 “Frasa Adjektiva Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan
bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata.
Mulyadi 2002 “Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menjelaskan bahwa dalam teori X-bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang
mendominasi kata. Sri Wahyuni Torong 1999 dalam skripsinya “Frasa Adjektiva Bahasa Karo: Analisis
Teori X-Bar” menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Karo dibentuk oleh Komplemen Komp, keterangan Ket, dan specifier Spec. Struktur mendasar FA adalah
adjektiva plus komplemen yang berkategori adverbial, adjektiva, dan frasa preposisi. Struktur
Universitas Sumatera Utara
FA dapat diperluas dengan keterangan yang berkategori FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau kanan inti leksikal dalam skema X-bar.
Penelitian teori X-bar pada frasa adjektiva FA bahasa Batak Karo juga telah dilakukan. Menurut July Fernando Siagian 2003 dalam skripsinya “Struktur Frasa Adjektiva Dalam
Bahasa Batak Toba: Analisis Teori X-bar” menjabarkan dua belas struktur kaidah FA bahasa Batak Toba yang dapat dibentuk oleh adjektiva sebagai inti leksikal. FA dalam bahasa Batak
Toba dapat dibentuk dengan adanya perilaku komplemen Komp, keterangan Ket, dan specifier Spec. Dan specifier dapat bersifat iteratif berulang dalam skema X-bar.
Titin Sri Wahyuni 2004 dalam skripsinya “Struktur Frasa Numeralia dalam Bahasa Indonesia: Analisis Teori X-Bar”. Dalam penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku
frasa numeralia bahasa Indonesia tidak terbatas pada nomina dan numeralia saja tetapi juga dapat berupa adjektiva.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis mencoba meneliti struktur frasa numeralia dalam bahasa Pesisir Sibolga. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang diteliti oleh Titin Sri Wahyuni. Pada penelitian terdahulu, pengkajian data digunakan metode agih dengan teknik lanjutan berupa teknik perluas, sedangkan penelitian ini tidak
menggunakan teknik tersebut. Kemudian, data penelitian terdahulu bersumber dari surat kabar, majalah buku bahasa Indonesia, dan novel, sedangkan penelitian ini datanya
bersumber dari buku bahasa Pesisir Sibolga Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga tahun 2008 oleh Sjawal Pasaribu.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian