Selanjutnya, FNum tersebut diteliti dan dijadikan populasi data. Dari 120 jumlah frasa numeralia tersebut yang akan dijadikan sampel adalah sebanyak 24 buah FNum.
Penetapan populasi dan sampel di atas didasari oleh pendapat Arikunto 1998:120 yang menyatakan “Jika subjeknya populasi yang ada besar lebih dari seratus, maka sampel
yang dianggap baik diambil di antara 10-15 atau 15-20 atau lebih”. Sehingga dapatlah ditentukan rumus sebagai berikut :
Sampel = 20 x 120 = 24 buah Maka, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 buah frasa numeralia yang
akan dianalisis berdasarkan teori X-bar.
3.1.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993: 133. Metode ini dilakukan dengan menyimak frasa numeralia
FNum bahasa Pesisir Sibolga dengan membaca 13 judul cerita pendek yang ada didalam buku Masyarakat Budaya Dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Setelah
menemukan FNum kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik catat, yaitu dengan mencatat data-data FNum yang telah ditemukan pada 13 judul cerita pendek. Data-data
FNum kemudian diklasifikasikan menurut inti leksikalnya. FNum mangisok rokkok sabatang ‘mengisap rokok sebatang’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kanan
karena inti frasa tersebut adalah sabatang, sedangkan atribut mangisok rokkok terletak sebelum inti, yakni di sebelah kiri. Sedangkan, FNum satanga umu mandakkek kadinyo
‘setengah umur mendekat padanya’, misalnya, dimasukkan ke dalam kelompok inti leksikal di kiri karena inti frasa tersebut adalah satanga, sedangkan atribut umu mandakkek kadinyo
terletak sesudah inti, yakni di sebelah kanan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian penelitian ini didukung oleh penggunaan data intuitif karena penulis merupakan penutur asli bahasa Pesisir Sibolga.
3.1.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Setiap penelitian memerlukan sejumlah data untuk dianalisis. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik
lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti dan teknik balik Sudaryanto, 1993 : 55. Teknik bagi unsur langsung adalah membagi satuan lingual data menjadi beberapa
bagian atau unsur yang daya baginya bersifat intuitif. Misalnya : 1
waktu tu kepeng [sappuluh ribu ala bahago bana] waktu itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali]
‘Pada saat itu uang [sepuluh ribu sudah berharga sekali]’. Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan unsur tertentu untuk mengetahui kadar
keintian yang dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok perhatian dalam analisis. Misalnya, pada frasa sappuluh ribu ala bahago bana ‘sepuluh ribu sudah
berharga sekali’, unsur inti adalah sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Bila unsur ini dilesapkan, maka bentuknya menjadi tidak gramatikal. Namun, jika yang dilesapkan adalah ala bahago
bana ‘sudah berharga sekali’, maka kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ masih gramatikal karena kata sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’ merupakan inti dari unsur tersebut.
Teknik ganti digunakan dengan menggantikan satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya, numeralia sappuluh ‘sepuluh’ pada
frasa sappuluh ribu ‘sepuluh ribu’. Apabila numeralia sappuluh ‘sepuluh’ diganti dengan lapan ‘delapan’ menjadi lapan ribu ‘lapan ribu’, maka bentuk yang dihasilkan masih
berterima atau gramatikal.
Universitas Sumatera Utara
Teknik balik dilaksanakan dengan membalik unsur satuan lingual data. Jika hasil penggunaannya berupa tuturan yang gramatikal informasi yang dihasilkan tidak berubah.
Teknik ini berguna untuk menentukan bahwa komponen yang dapat dibalik adalah keterangan. Misalnya, sappuluh ribu ala bahago bana. Frasa numeralia sappuluh ribu ala
bahago bana dapat dipindahletakkan ke sebelah kiri menjadi ala bahago bana sappuluh ribu ‘sudah berharga sekali sepuluh ribu’ dengan informasi yang tidak berubah.
3.1.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data