mcgml dipipet 10 ml dimasukkan kedalam labu 100 ml tepatkan sampai garis tanda dengan aquadest konsentrasi 10 mcgml.
Pipet 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml larutan baku 10 mcgml, dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml lalu tepatkan dengan aquadest
sampai garis tanda. Larutan tersebut mengandung 0,2 mcgml, 0,4 mcgml, 0,6 mcgml, 0,8 mcgml, 1 mcgml, 1,2 mcgml, 1,4 mcgml. Diukur pada
panjang gelombang 589,6 nm
3.8 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi LOQ
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batar
deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi SD dari kurva antara respon dan kemiringan dengan rumus Harmita, 2004.
SD =
1 -
n X
- Xi
2
∑
LOD =
Slope SD
x 3
LOQ =
Slope SD
x 10
3.9 Analisa Kalium dalam Sampel
Larutan sampel sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda Faktor Pengenceran = 1000,5 =
200 kali.
Universitas Sumatera Utara
Larutan sampel diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 769,9 nm Rohman, 2007.
Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai absorbansi kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi kalium dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan regresinya
3.10. Analisa Natrium dalam Sampel
Larutan sampel sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda Faktor Pengenceran = 1000,5 =
200 kali.
Larutan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 589,6 nm. Nilai absorbansinya yang diperoleh berada
dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi natrium dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya dan kadar
natrium dapat dihitung dari konsentrasi tersebut
Rumus Penetapan Kadar
Kadar logam mg100ml = W
Fp x
V x
C
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran mcgml
V = Volume labu kerja ml Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel g
Universitas Sumatera Utara
3.11 Analisa Data secara Statistik
Adapun analisa data statistik yang digunakan ntuk mengetahui diterima atau tidaknya data penelitian maka data yang diperoleh dianalisis secara statisik dengan
Q
test
yang dirumuskan sebagai berikut : │Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat │
Q
hitung
= Nilai tertinggi - Nilai Terendah
Selanjutnya nilai Q
hitung
dibandingkan dengan nilai Q
kritis,
jika nilai Q
hitung
lebih kecil dari Q
kritis
maka hipotesis nul diterima tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain, begitu juga sebaliknya jika nilai Q
hitung
lebih besar dari Q
kritis
maka hipotesis nul ditolak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain.
Tabel 1. Tabel Nilai Q
kritis
pada taraf kepercayaan 95 P=0,05 pada uji dua sisi Banyaknya data
Q-tabel nilai Q-kritis 4
0,831 5
0,717 6
0,621 7
0,570 8
0,524
Jika hipotesis nol ditolak. Maka dilakukan Q test kembali tanpa mengikutsertakan data yang dicurigai. Perhitungan ini dilakukan terus-menerus
hingga diperoleh hipotesis yang diterima Rohman, 2007. Kadar logam yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus kadar logam
Rohman,2007 : Kadar logam µ =
X
± t ×
n SD
Universitas Sumatera Utara
SD =
1
2
− −
∑
n X
Xi
Keterangan : µ = Kadar logam SD = Standar Deviasi
X
= Kadar rata-rata logam dalam sampel n = Jumlah perlakuan
Xi = Kadar logam dalam satu perlakuan
3.12 Uji Beda Rata-Rata