Penetrasi Cahaya pH Kandungan Nutrisi Nitrat dan Fosfat

Nilai BOD Biochemical Oxygen Demand menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobi dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada suhu 20 o Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktifitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut dengan cakram Secchi Odum, 1994, hlm: 370. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping sechii adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat dengan batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas C Fortsner, 1990. Dalam proses oksidasi secara biologis ini tentu saja dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses oksidasi secara kimiawi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya organisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu Barus, 2004, hlm : 65.

2.3.4 Penetrasi Cahaya

Penetrasi cahaya sangat mempengaruhi keberadaan plankton di suatu badan perairan, sebab penetrasi cahaya sangat menentukan proses fotosintesis dan reproduksi yang dilakukan plankton masih dapat berlangsung. Menurut Nybakken 1992, hlm: 59 bahwa kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan kedalaman di mana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Menurut Barus 2004, hlm: 43 bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi organisma air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Universitas Sumatera Utara pandangan tersebut. Keping sechii berupa suatu kepingan yang berwarna hitam putih yang dibenamkan ke dalam air Suin, 2002, hlm: 44.

2.3.5 pH

Nilai pH yang terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan hidup plankton karena akan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme termasuk respirasi. Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti gangguan metabolisme dan respirasi Barus, 2004, hlm: 79. Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas Ph, atau dengan pH meter Suin, 2002, hlm: 54. Menurut Alaerts Sri 1984, hlm: 48 bahwa pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan dan suasana air juga mempengaruhi beberapa hal lain misalnya kehidupan biologi dan mikrobiologi.

2.3.6 Kandungan Nutrisi Nitrat dan Fosfat

Menurut Barus 2004, hlm: 70 bahwa Fosfor bersama dengan Nitrogen sangat berperan dalam proses terjadinya eutrofikasi di suatu ekosistem air. Seperti diketahui bahwa fitoplankton dan tumbuhan air lainnya membutuhkan Nitrogen dan Fosfor sebagai sumber nutrisi utama bagi pertumbuhannya. Dengan demikian maka peningkatan unsur Fosfor dalam air akan dapat meningkatkan populasi algae secara massal yang dapat menimbulkan eutrofikasi dalam ekosistem air. Masuknya unsur-unsur hara dari limbah domestik ke dalam suatu perairan dapat menyebabkan peningkatan kesuburan perairan dan perubahan keseimbangan Universitas Sumatera Utara unsur-unsur dalam perairan tersebut. Selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya perkembangan blooming jumlah fitoplankton, baik yang merupakan makanan bagi hewan-hewan di perairan tersebut ataupun bukan. Sebagai akibat dari peledakan fitoplankton tersebut, perairan akan mengalami kekurangan oksigen terlarut pada waktu malam, dan ini sangat membahayakan bagi hewan-hewan perairan Supriharyono, 2000, hlm: 95.

2.3.7 Kejenuhan Oksigen