Nilai Kelimpahan Populasi K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK.

5.1.2 Nilai Kelimpahan Populasi K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK.

Berdasarkan data jumlah plankton yang diperoleh, maka didapat nilai Kelimpahan Populasi K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK. Nilai K, KR, dan FK di hitung berdasarkan data jumlah plankton perstasiun dan berdasarkan data jumlah plankton perkedalaman, sehingga diperoleh nilai K, KR, dan FK untuk populasi plankton perstasiun dan perkedalaman yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 di bawah ini : Tabel 3. Nilai Kelimpahan Populasi indl, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Plankton Di Stasiun I dan II. N0 GENUS STASIUN PHYTOPLANKTON I II K indl KR FK K indl KR FK 1 Actidesmium 2,54 0,07 33,33 2 Actinastrum 10,19 0,31 100 19,10 0,85 100 3 Botrydiopsis 44,58 1,37 66,66 17,83 0,80 66,66 4 Bumilleriopsis 7,64 0,23 33,33 5 Centronella 6,36 0,19 66,66 6 Chlamydomonas 19,10 0,59 66,66 10,19 0,45 33,33 7 Cystodinium 3,82 0,11 33,33 8 Glenodinium 709,54 21,93 100 496,80 22,36 100 9 Hyalotheca 2,54 0,07 33,33 10 Malleochloris 304,45 9,41 100 184,71 8,31 100 11 Oocystis 2,54 0,11 33,33 12 Ophepora 5,09 0,15 33,33 13 Oscillatoria 24,20 0,74 66,66 3,82 0,17 33,33 14 Pediastrum 12,73 0,39 100 15 Spirogira 2,54 0,07 33,33 16 Sphaerocystis 717,18 22,17 100 509,54 22,93 100 17 Sphaeroplea 2,54 0,07 33,33 18 Trachelomonas 2,54 0,07 33,33 ZOOPLANKTON 19 Arcella 7,64 0,23 100 1,27 0,05 33,33 20 Bosmina 15,28 0,68 66,66 21 Brachionus 6,36 0,19 33,33 22 Cyclops 84,07 2,59 100 30,57 1,37 100 23 Diaptomus 439,48 13,58 100 392,35 17,65 100 24 Ephiscura 3,82 0,11 33,33 25 Eucyclops 633,11 19,57 100 164,32 7,39 100 26 Heterocop 76,43 2,36 100 66,24 2,98 100 27 Metis 2,54 0,07 33,33 28 Spathidiodes 2,54 0,07 33,33 29 Trichocerca 100,63 3,11 100 307 13,82 100 ∑ 3.234,20 2.221,56 ∑ Genus 27 15 Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Nilai Kelimpahan Populasi indl, Kelimpahan Relatif dan frekuensi Frekuensi Kehadiran Plankton Di Setiap Stasiun III dan IV. N0 GENUS STASIUN PHYTOPLANKTON III IV Kindl KR FK Kindl KR FK 1 Actidesmium 2 Actinastrum 2,54 0,18 33,33 3 Botrydiopsis 16,56 1,21 100 4 Bumilleriopsis 5 Centronella 17,83 1,30 33,33 3,82 0,66 66,66 6 Chlamydomonas 3,82 0,27 33,33 2,54 0,44 33,33 7 Cystodinium 8 Glenodinium 350,31 25,65 100 129,93 22,71 100 9 Hyalotheca 10 Malleochloris 142,67 10,44 100 31,84 5,56 100 11 Oocystis 12 Ophepora 13 Oscillatoria 14 Pediastrum 15 Spirogira 16 Sphaerocystis 224,20 16,41 100 107 18,70 100 17 Sphaeroplea 18 Trachelomonas ZOOPLANKTON 19 Arcella 20 Bosmina 3,82 0,27 66,66 5,09 0,89 33,33 21 Brachionus 22 Cyclops 10,19 0,74 100 7,64 1,33 100 23 Diaptomus 177,06 12,96 100 113,37 19,82 100 24 Ephiscura 25 Eucyclops 87,89 6,43 100 72,61 12,69 100 26 Heterocop 34,39 2,51 100 25,47 4,45 100 27 Metis 28 Spathidiodes 29 Trichocerca 294,26 21,54 100 72,61 12,69 100 ∑ 1365,54 571,92 ∑ Genus 13 11 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada stasiun I genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah Sphaerocystis yaitu sebanyak 717,18 indl, dengan kelimpahan relatif sebesar 22,17 , dan frekuensi kehadiran sebesar 100. Diantara keempat stasiun penelitian, stasiun I merupakan stasiun yang memiliki nilai kelimpahan total yang tertinggi yaitu sebesar 3.234,20 indl. Kelimpahan plankton yang tinggi pada stasiun ini disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang masih baik, sehingga lingkungan masih dapat memelihara kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Selain itu faktor fisik-kimia lingkungan yang sesuai juga turut mempengaruhi tingginya nilai kelimpahan fitoplankton seperti genus Sphaerocystis. Universitas Sumatera Utara Angka 100 pada nilai Frekuensi Kehadiran menandakan bahwa genus ini akan selalu ditemukan di perairan danau Lau Kawar. Daya dukung alam dapat diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan organisme Wardhana, 2004, hlm: 5. Alga merupakan organisme aerobik fotosintetik, dijumpai dimana saja yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana untuk memperpanjang hidupnya Pelczar Chan, 1986, hlm: 244. Pada stasiun I genus yang memiliki kelimpahan terendah adalah Actidesmium, Hyalotheca, Spirogira, Sphaeroplea, Metis, Trachelomonas dan Spathidiodes yaitu masing-masing sebanyak 2,54 indl dengan kelimpahan relatif sebesar 0,07 dan frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Rendahnya kelimpahan disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi kelimpahannya. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kelimpahan plankton yang tidak mampu bersaing dengan genus-genus lainnya, sehingga kelimpahannya rendah dan jarang ditemukan. Bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi sumber yang diperebutkan adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air dan tempat yang disinari matahari Kimbal, 1999, hlm: 1038. Sama halnya dengan stasiun I, pada stasiun II genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi yaitu Sphaerocystis sebanyak 509,54 indl, dengan kelimpahan relatif sebesar 22,93 , dan frekuensi kehadiran sebesar 100 . Kesamaan genus yang memeiliki kelimpahan tertinggi pada stasiun I dan II dikarenakan kedua lokasi stasiun penelitian ini memiliki kondisi alam yang cenderung sama. Stasiun I merupakan lokasi inlet sumber masukan air danau berupa mata air dan stasiun II merupakan lokasi yang tidak memiliki aktifitas sama sekali dengan kata lain stasiun I dan II jauh dari pemukiman penduduk dan lahan pertanian seperti yang terdapat pada stasiun III dan IV. Selain itu faktor fisik dan kimia pada stasiun I dan II juga tidak jauh berbeda dengan kata lain parameter fisik dan kimia pada stasiun ini juga sangat mendukung pertumbuhan genus Spherocystis sehingga genus ini juga sangat mudah di jumpai pada stasiun ini. Kepadatan populasi yang mantap steady state density Universitas Sumatera Utara umumnya disebut daya dukung carrying capacity lingkungan, secara langsung sebanding dengan jumlah sumber-sumber alam yang tersedia Mc.Nauhgton, 1990, hlm: 64. Pada Stasiun II nilai kelimpahan terendah terdapat pada genus Arcella yaitu masing-masing sebanyak 1,27 indl dengan kelimpahan relatif sebesar 0,05 dan frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Hal ini disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi kelimpahannya. Arcella merupakan zooplankton yang tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri, sehingga harus bersaing dengan zooplankton lainnya dalam hal memenuhi kebutuhan seperti makanan, oksigen, cahaya, dan lain- lain. Selain itu zooplankton tersebut juga harus berkompetisi dengan populasi fitoplankton yang mendominasi. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kelimpahan zooplankton apabila tidak mampu bersaing dengan genus-genus lainnya, sehingga nilai kelimpahannya pun rendah dan jarang ditemukan. Umumnya, dominansi zooplankton bergeser dari bentuk-bentuk berbadan besar ke bentuk-bentuk berbadan kecil pada sistem yang didominasi oleh fitoplankton Polunin, 1997, hlm: 300. Bisa terjadi hubungan terbalik antara jumlah fitoplankton dengan intensitas grazing zooplankton. Zooplankton mempunyai kecendrungan menghindar bila jumlah fitoplankton kelewat besar di suatu daerah tertentu Wibisono, 2005, hlm: 175. Pada stasiun III genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi yaitu Glenodium yaitu sebanyak 350,31 indl, dengan kelimpahan relatif sebesar 25,65 , dan frekuensi kehadiran sebesar 100 . Stasiun III merupakan lokasi penelitian yang berdampingan dengan lahan pertanian, pemukiman penduduk, dan wilayah camping ground yang tentu saja banyak menyumbangkan limbah organik ke badan perairan. Hal ini menyebabkan kelimpahan Glenodium menjadi tinggi pada stasiun ini. Glenodium berasal dari kelas Dinophyceae atau Dinoflagellata. Dinoflagellata memiliki sifat suka hidup pada badan perairan yang banyak mengandung bahan buangan organik. Sering kali alga dari kelas ini menyebabkan blooming dan eutrofikasi yang terkenal diantaranya adalah peristiwa redtide yang disebabkan oleh beberapa jenis alga dinoflagellata yang bersifat racun. Hanya saja genus Glenodium Universitas Sumatera Utara yang terdapat pada stasiun ini bukanlah genus alga yang bersifat toksik. Menurut Wardhana 2004, hlm: 103 menyatakan bahwa red tide terjadi karena adanya ledakan jumlah phytoplankton sebagai akibat dari banyaknya unsur hara, baik yang berasal dari limbah penduduk, limbah pertanian ataupun limbah lainnya. Disamping mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air, ledakan phytoplankton ini juga sering mengancam kehidupan perairan dari sifat racun dari beberapa jenis fitoplankton yang disebut dengan dinoflagellata jenis Peridinium depressum dan Gonyaulax tamarensis. Pada Stasiun III genus yang paling rendah kelimpahannya yaitu genus Actinastrum sebesar 2,54 indl dengan kelimpahan relatif sebesar 0,18 dan frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Hal ini disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi kelimpahannya selain itu bisa saja disebabkan respon yang bervariasi dari setiap organisme dalam hal menanggapi faktor fisik kimia yang ada. Bila individu dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi maka individu tersebut akan bertahan. Seleksi alam didefenisikan sebagai suatu proses interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya yang menentukan kemampuan mempertahankan kehidupan Mc. Naughton, 1990, hlm: 95. Pada stasiun IV genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi sama seperti pada stasiun sebelumnya yaitu Glenodium yaitu sebanyak 129,93 indl, dengan kelimpahan relatif sebesar 22,71 , dan frekuensi kehadiran sebesar 100 . Stasiun IV memiliki nilai kelimpahan total yang paling rendah diantara semua stasiun penelitian yaitu 571,92 indl. Stasiun IV merupakan lokasi outlet aliran keluarnya air danau pada lokasi ini terdapat bendungan sehingga menyebabkan aliran air lebih cepat sedikit berarus sehingga sampah dari danau banyak terakumulasi di lokasi ini, disamping itu pada lokasi ini juga masih dapat ditemukan pemukiman penduduk. Dari kondisi ini kita dapat melihat bahwa pada stasiun IV juga banyak terkandung limbah buangan organik yang disukai oleh dinoflagellata. Selain itu kondisi perairan yang agak berarus dan faktor-faktor lingkungan lainnya membuat stasiun ini memiliki kelimpahan yang paling rendah namun dinoflagellata dapat bertahan di perairan Universitas Sumatera Utara berarus karena sebagian besar memiliki flagel. Menurut Ewusie 1990, hlm: 188 Bahwa plankton tidak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Menurut Chapman 1983, hlm: 154 bahwa genus Glenodium merupakan suatu genus yang sebagian besar mendominasi Glenodiaceae yang hidup di air tawar, dan kemungkinan merupakan suatu bentuk genus yang lebih sederhana dari ordo peridiniales. Menurut Pelczar 1986, hlm: 255 bahwa Pyrrophyta meliputi dinoflagellata yang motil dan nonmotil mempunyai flagella. Pada stasiun IV genus yang memiliki nilai kelimpahan terendah terdapat pada genus Chlamydomonas yaitu masing-masing sebanyak 2,54 indl dengan kelimpahan relatif sebesar 0,44 dan frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Hal ini disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi kelimpahannya. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kelimpahan apabila tidak mampu bersaing dengan genus-genus lainnya, sehingga nilai kelimpahannya pun rendah dan kehadirannya jarang ditemukan. Bermacam-macam faktor telah dilihat atau diduga sebagai faktor penting dalam mengatur populasi. Faktor ekstrinsik adalah unsur-unsur lingkungan yang mempengaruhi jumlah individu, meliputi kompetisi, penyakit, pemangsaan. Faktor intrinsik adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisme dengan berubahnya kepadatan, meliputi fisiologi, tingkah laku dan genetik Mc.Naughton, 1992, hlm: 518. Terdapat faktor-faktor yang berinteraksi dalam populasi yaitu persaingan-persaingan antar individu dalam populasi, persaingan dengan populasi lain dari spesies yang sama intra-spesies, persaingan dengan populasi dari spesies yang lain antar-spesies Tarumingkeng, 1994, hlm: 27. Dari keempat stasiun pengamatan genus Sphaerocystis merupakan genus yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu sebesar 717,18 indl sedangkan kelimpahan terendah dimiliki oleh genus Arcella dengan kelimpahan sebesar 1,27 indl. Tinggi rendahnya genus-genus ini tentu saja disebabkan karena berbagai faktor fisik kimia yang terdapat di danau dan juga tidak lepas dari interaksi intra maupun inter spesies yang kompleks. Glenodium, Sphaerocystis, Diaptomus, Eucyclops, dan Trichocerca, merupakan genus plankton yang selalu ditemukan disetiap stasiun dengan frekuensi kehadiran sebesar 100 . Plankton ini dapat hidup di setiap stasiun disebabkan karena Universitas Sumatera Utara plankton tersebut memiliki kisaran toleransi yang luas, dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan. Seleksi alam didefenisikan sebagai suatu proses interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya yang menentukan kemampuan mempertahankan kehidupan Mc. Naughton, 1990, hlm: 95. Selain itu disebabkan oleh tersedianya kondisi lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan plankton. Kepadatan populasi yang mantap steady state density umumnya disebut daya dukung carrying capacity lingkungan, secara langsung sebanding dengan jumlah sumber-sumber alam yang tersedia Mc. Naughton, 1990, hlm: 63. Selain diperoleh beberapa genus plankton yang menempati seluruh stasiun penilitian, diperoleh juga beberapa genus plankton yang hanya terdapat pada salah satu stasiun penelitian. Genus yang hanya terdapat pada stasiun I dan merupakan fitoplankton adalah Actidesmium, Bumilleriopsis, Cystodinium, Hyalotheca, Ophepora, Pediastrum, Spirogira, Sphaeroplea, dan Trachelomonas. Sementara Ephischura, Brachionus, Metis dan Spathiodes merupakan zooplankton yang hanya terdapat pada stasiun I. Sedangkan Oocystis merupakan fitoplankton yang hanya terdapat pada stasiun II. Hal ini disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus- genus lain yang jauh lebih tinggi kelimpahannya dan juga disebabkan respon yang tidak baik terhadap kondisi lingkungan sehingga memiliki kisaran toleransi yang sempit akibatnya plankton tersebut hanya mampu tumbuh dan berkembang pada lokasi tertentu saja Menurut Mc.Naughton 1990, hlm: 82 95 bahwa terdapat perbedaan kemampuan individu untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Lingkungan bersifat multifaktorial dengan banyak faktor yang berinteraksi sehingga mempengaruhi organisme Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Nilai Kelimpahan Populasi indl, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Frekuensi Kehadiran Plankton Di Setiap Kedalaman. NO GENUS KEDALAMAN PHYTOPLANKTON 0 METER 1,5 METER 3 METER K indl KR FK Kindl KR FK Kindl KR FK 1 Actidesmium 2,54 0,11 33,33 2 Actinastrum 26,75 0,90 100 5,09 0,23 100 3 Botrydiopsis 30,57 1,03 100 20,38 0,92 100 28,02 1,25 66,66 4 Bumilleriopsis 3,82 0,12 33,33 1,27 0,05 33,33 2,54 0,11 33,33 5 Centronella 24,20 0,82 66,66 3,82 0,17 66,66 6 Chlamydomonas 15,28 0,51 33,33 7,64 0,34 33,33 12,73 0,56 33,33 7 Cystodinium 3,82 0,12 33,33 8 Glenodinium 915,91 31,01 100 464,96 21,12 100 305,72 13,65 100 9 Hyalotheca 2,54 0,08 33,33 10 Malleochloris 382,16 12,94 100 184,710 8,39 100 96,81 4,32 100 11 Oocystis 2,54 0,11 33,33 12 Ophepora 2,54 0,08 33,33 2,54 0,11 33,33 13 Oscillatoria 15,28 0,51 33,33 5,09 0,23 66,66 7,64 0,34 33,33 14 Pediastrum 2,54 0,08 33,33 1,27 0,05 33,33 8,91 0,39 66,66 15 Spirogira 1,27 0,04 33,33 1,27 0,05 33,33 16 Sphaerocystis 842,02 28,51 100 447,12 20,31 100 268,78 12 100 17 Sphaeroplea 2,54 0,08 33,33 18 Trachelomonas 1,27 0,04 33,33 1,27 0,05 33,33 ZOOPLANKTON 19 Arcella 6,36 0,21 100 2,54 0,11 33,33 20 Bosmina 10,19 0,34 100 2,54 0,11 33,33 11,46 0,51 66,66 21 Brachionus 3,82 0,17 33,33 2,54 0,11 22 Cyclops 17,83 0,60 100 39,48 1,79 100 75,15 3,35 100 23 Diaptomus 256,04 8,67 100 338,84 15,39 100 527,38 23,55 100 24 Ephiscura 3,82 0,17 33,33 25 Eucyclops 110,82 3,75 100 354,13 16,08 100 492,98 22,01 100 26 Heterocop 24,20 0,81 100 81,52 3,70 100 96,81 4,32 100 27 Metis 1,27 0,05 33,33 1,27 0,05 33,33 28 Spathidiodes 2,54 0,08 33,33 29 Trichocerca 252,22 8,54 100 229,29 10,41 100 292,98 13,08 100 ∑ 2.952,71 2.201,13 2.239,35 ∑ Genus 24 22 19 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kedalaman 0 m dan 1,5 m, kelimpahan tertinggi dimiliki oleh satu genus yang sama yaitu genus Glenodium. Sedangkan pada kedalaman 3 m kelimpahan tertinggi dimiliki oleh genus Diaptomus yang merupakan zooplankton. Pada kedalaman 0 m kelimpahan Glenodium mencapai 915,91 indl, kelimpahan relative sebesar 31,01, dan sangat sering ditemukan kehadirannya karena memiliki frekuensi kehadiran sebesar 100. Nilai total Universitas Sumatera Utara kelimpahan sebesar pada kedalaman 0 m sebesarr 2.952,71 dengan demikian diantara semua kedalaman, kedalaman 0 m memiliki kelimpahan yang tertinggi. Pada kedalaman 1,5 m kelimpahan Glenodium mencapai 464,96 indl, kelimpahan relatif sebesar 21,12 dan sangat sering ditemukan kehadirannya di Danau Lau Kawar karena memiliki nilai frekuensi kehadiran sebesar 100. Pada kedalaman 3 m yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu genus Diaptomus mencapai 527,38 indl, kelimpahan relatif sebesar 23,55 dan selalu ditemukan kehadirannya di Danau Lau Kawar karena memiliki nilai frekuensi kehadiran yang tinggi yaitu sebesar 100. Kelimpahan yang tinggi dari genus Glenodium pada kedalaman 0 m dan 1,5 m disebabkan secara umum kondisi perairan Danau Lau Kawar merupakan perairan yang kaya akan bahan organik yang dapat dimanfaatkan alga sebagai sumber nutrisi sehingga menyebabkan pertumbuhan alga yang pesat terutama alga dari kelas dinophyceae, yang berkembang lebih cepat pada perairan yang kaya bahan organik. Bahan-bahan organik yang terlarut di danau Lau Kawar ini berasal dari limbah pertanian, limbah domestik, serta berasal dari debris dan detritus hutan yang mengelilingi danau ini. Ketersediaan bahan organik sebagai sumber nutrisi atau hara mendukung pertumbuhan alga berlangsung cepat. Ada zat hara yang mengandung bahan berkapur yang menyebabkan air menjadi sadah dan nilai pH-nya tinggi. Dari segi biologi fosfat dan nitrat adalah penting dan berubah-ubah banyaknya dalam musim yang berbeda. Tersedianya beberapa mineral ini menentukan susunan dan kesuburan biota dalam air itu Ewusie, 1990, hlm: 189. Sementara tingginya kelimpahan Diaptomus pada kedalaman 3 m disebabkan karena kedalaman 3 m merupakan kedalaman yang paling sesuai untuk ditempati oleh zooplankton sebab permukaan air danau telah didominasi oleh spesies yang lain, terutama oleh fitoplankton. Selain itu pada siang hari zooplankton biasanya turun menjauhi permukaan air sebab permukaan air telah didominasi oleh fitoplankton. Suatu peristiwa yang masih diteliti sampai saat ini ialah peristiwa migrasi vertikal oleh zooplankton. Migrasi vertikal merupakan migrasi harian yang dilakukan oleh organisme zooplankton ke dasar perairan pada siang hari dan ke arah permukaan pada malam hari Nybakken, 1992, hlm: 79. Universitas Sumatera Utara Sementara untuk genus yang memiliki kelimpahan yang terendah tampak bervariasi untuk semua kedalaman. Pada kedalaman 0 m kelimpahan terendah terdapat pada genus Trachelomonas dan Spirogyra dengan masing-masing kelimpahan sebesar 1,27 indl, kelimpahan relatif sebesar 0,04 , dan Frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Pada kedalaman 1,5 m kelimpahan terendah terdapat pada beberapa genus antara lain genus Trachelomonas, Metis, Pediastrum, dan Bumilleriopsis dengan masing-masing kelimpahan sebesar 1,27 indl, kelimpahan relatif sebesar 0,04 , dan Frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Sedangkan pada kedalaman 3 m kelimpahan terendah terdapat pada genus Spirogira dan Metis dengan kelimpahan sebesar 1,27 indl, kelimpahan relatif sebesar 0,04 , dan Frekuensi kehadiran sebesar 33,33 . Kelimpahan terendah pada Genus yang beragam di setiap kedalaman disebabkan setiap organisme memiliki respon dan kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap suatu faktor lingkungan selain itu faktor persaingan inter spesies maupun intra spesies sudah pasti sangat mempengaruhi kelimpahan suatu populasi plankton di badan perairan. Batas toleransi tiap populasi berbeda-beda Mc. Naughton, 1990, hlm: 75. Organisme air menghadapi banyak masalah dalam air tawar dan mengembangkan penyesuaian diri yang berbeda-beda terhadap keadaan itu. Karena suhu yang tinggi dan salinitas yang rendah, perairan tropika kurang kepekatannya, sehingga plankton mendapatkan kesukaran yang lebih besar untuk mengapung dibandingkan dengan plankton yang terdapat di daerah iklim sedang Ewusie, 1990, hlm: 192. Ada beberapa genus yang selalu ditemukan di setiap kedalaman dengan frekuensi kehadiran sebesar 100 . Genus plankton tersebut antara lain: Glenodium, Malleochloris, Sphaerocystis, Cyclops, Diaptomus, Eucyclops, Heterocop dan Trichocerca. Plankton ini mampu hidup di setiap kedalaman karena memiliki kisaran toleransi yang lebih luas dan mampu menyesuaikan diri dengan faktor fisik kimia yang berbeda di setiap kedalaman. Bila individu dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi maka individu tersebut akan dapat bertahan. Proses interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya yang menentukan kemampuan mempertahankan kehidupan Mc. Naughton, 1990, hlm: 95. Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Nilai Indeks Keanekaragaman H’, dan Indeks Keseragaman E