unsur-unsur dalam perairan tersebut. Selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya perkembangan blooming jumlah fitoplankton, baik yang merupakan makanan bagi
hewan-hewan di perairan tersebut ataupun bukan. Sebagai akibat dari peledakan fitoplankton tersebut, perairan akan mengalami kekurangan oksigen terlarut pada
waktu malam, dan ini sangat membahayakan bagi hewan-hewan perairan Supriharyono, 2000, hlm: 95.
2.3.7 Kejenuhan Oksigen
Kejenuhan oksigen berpengaruh terhadap kelangsungan hidup plankton, sebab semakin tinggi nilai kejenuhan oksigen mendekati nilai 100 pada kisaran suhu
tertentu berarti kandungan oksigen terlarut mendekati maksimum dengan demikian plankton dapat melakukan fungsi fisiologis dan biologisnya dengan baik sebab kondisi
perairan cukup bersih dan terbebas dari senyawa organik. Nilai Oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain
dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut di perairan
sebaiknya berkisar antara 6-8 mgl. Disamping pengukuran konsentrasi biasanya dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak. Untuk dapat mengukur tingkat kejenuhan oksigen suatu contoh
air, maka disamping mengukur konsentrasi oksigen dalam mgl, diperlukan pengukuran temperatur dari ekosistem air tersebut Barus, 2004, hlm: 58.
Gas-gas yang banyak kedapatan larut di dalam air yang di dalamnya terkandung mahluk hidup kebanyakan CO
2
, O
2
, N
2.
Berapa banyak gas yang dapat larut di dalam air atau zat pelarut yang lain tergantung pada temperatur dan tekanan.
Pada suatu temperatur dan tekanan tertentu, maka banyak gas yang dapat larut tertentu juga. Jika pelarut itu tak mungkin melarutkan zat larut lagi, maka kita katakan larutan
itu sudah kenyang atau jenuh Dwidjoseputro, 1994, hlm: 48
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
DESKRIPSI AREA
Lokasi penelitian berada di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara tepatnya di Danau Lau Kawar. Di perairan ini tidak
terdapat aktivitas masyarakat yang cukup berarti, beberapa kegiatan yang dijumpai antara lain: di salah satu sisi perairan terdapat lahan pertanian dengan intensitas yang
rendah, terdapat lokasi camping ground yang hanya ditempati pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan pemukiman penduduk relatif cukup jauh dari badan perairan dan
pada sisi lain danau terdapat hamparan hutan Deleng Lancuk.
a. Stasiun I