sehingga genus-genus ini pada umumnya dapat hidup di seluruh stasiun dan di setiap kedalaman yang diteliti. Niche sesungguhnya didefenisikan sebagai sekelompok
kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan. Spesies cenderung berada bersama-sama karena niche dasar mereka
sedikit berbeda, sehingga mengurangi kompetisi diantara mereka tetapi membuat setiap spesies menjadi kompetitor yang lebih baik terhadap spesies lainnya
Mc.Naughton, 1990, hlm. 70 595.
5.2 Parameter Abiotik
5.2.1 Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan Di Setiap Stasiun Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Perairan Danau Lau Kawar
didapatkan nilai faktor fisik kimia temperatur, penetrasi cahaya, pH, Dissolved
Oxygen DO, Biochemical Oxygen Demand BOD
5
, kejenuhan O
2,
kandungan nutrisi Nitrat dan kandungan nutrisi Phospat sebagai berikut :
Tabel 10. Nilai Faktor Fisik dan Kimia Perairan yang Diperoleh pada Stasiun I dan II Di Perairan Danau Lau Kawar.
N0 Parameter Satuan
STASIUN I
II KEDALAMAN M
KEDALAMAN M 1,5
3 Rata-
rata 1,5
3 Rata-
rata
1 Temperatur T
22 C
22 22
22 22
22 21
21,66 2 Penetrasi Cahaya
Cm -
- -
150 -
- -
150 3 pH Air
- 7,2
7,2 7,2
7,2 7,4
7,4 7,2
7,33 4 DO
mgl 6,6
6,6 6,2
6,46 7,2
6,9 6,8
6,96 5 BOD
mgl 1
0,6 0,2
0,6 0,6
1,1 1,3
1 6 Kejenuhan O
2
77,37 77,37
72,68 75,80
84,40 80,89
82,94 82,74
7 Kandungan Nitrat mgl
0,078 0,066
0,057 0,067
0,041 0,058
0,066 0,055
8 Kandungan Posphat mgl
0,211 0,099
0,119 0,143
0,159 0,079
0,071 0,103
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Nilai Faktor Fisik dan Kimia Perairan yang Diperoleh pada Stasiun III dan IV Di Perairan Danau Lau Kawar.
N0 Parameter
Satuan STASIUN
III IV
KEDALAMAN M KEDALAMAN M
1,5 3
Rata- rata
1,5 3
Rata- rata
1 Temperatur
T 22
C 21
21 21,33
22 21
21 21,33
2 Penetrasi Cahaya
Cm -
- -
150 -
- -
150 3
pH Air -
7,6 7,1
7,1 7,26
7,4 7,5
7,5 7,46
4 DO
mgl 6,8
7,2 7
7 6,9
6,4 6,4
6,56 5
BOD mgl
4,8 0,7
0,7 2,06
0,9 0,4
0,2 0,5
6 Kejenuhan O
2
79,71 82,94 78,34 80,33
80,89 73,73
73,73 76,11
7 Kandungan Nitrat
mgl 0,066
0,078 0,07 0,071
0,053 0,037
0,041 0,043
8 Kandungan Posphat
mgl 0,087
0,103 0,374 0,188 0,075
0,079 0,099
0,084
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa suhu air pada seluruh kedalaman berkisar antara 21
- 22 C. Kisaran suhu di Danau Lau Kawar tidak mengalami fluktuasi, atau
relatif konstan karena tidak mengalami perubahan yang tinggi. Menurut Nybakken 1992, hlm: 13 bahwa massa air permukaan di wilayah tropik, panas sepanjang tahun,
yaitu 20 - 30 C. Sedangkan suhu rata-rata air pada seluruh stasiun berkisar 21,33-22
Berdasarkan penelitian yang di lakukan di peroleh data penetrasi cahaya yang menembus badan perairan Danau Lau Kawar sedalam 150 cm dan tidak terdapat
perbedaan penetrasi cahaya di antara keempat stasiun. Kesamaan penetrasi cahaya di sebabkan oleh kekeruhan air yang merata pada seluruh badan perairan Danau Lau
Kawar. Selain itu faktor kanopi yang sebagian besar menutupi badan perairan dan intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu tinggi mengakibatkan penetrasi cahaya
yang relatif dangkal. Rendahnya penetrasi cahaya pada keempat stasiun ini C. Menurut Barus 2004, hlm: 46 bahwa fluktuasi temperatur di perairan tropis
yang umumnya sepanjang tahun mempunyai fluktuasi temperatur udara yang tidak terlalu tinggi sehingga mengakibatkan fluktuasi temperatur air tahunan juga tidak
terlalu besar. Secara umum kisaran suhu tersebut merupakan kisaran normal bagi organisme air termasuk plankton, karena pada kisaran suhu tersebut air mengandung
oksigen terlarut sebesar 8 mgl. Menurut Barus 2004, hlm: 58 nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mgl.
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya bahan-bahan terlarut dan bahan organik yang tinggi yang berasal dari serasah yang berjatuhan dari kanopi, maupun
yang terbawa aliran air hujan dari pegunungan yang mengitari danau ini. Selain itu kekeruhan berupa air berwarna hijau pekat disebabkan oleh densitas kepadatan
fitoplankton yang sebagian besar merupakan golongan alga hijau memiliki densitas tinggi di perairan ini.
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air Odum, 1994, hlm: 370. Intensitas cahaya pada sistem perairan juga berkurang sesuai dengan
kedalaman. Pengurangan intensitas cahaya ini dipengaruhi oleh sejumlah bahan tertentu di dalam air dan oleh densitas fitoplankton Mc.Naughton, 1990, hlm: 199.
Bahan organik seperti ganggang, fitoplankton, zooplankton dan sampah organik lainnya makin tertimbun pada permukaan air. Akibatnya kejernihan air
menurun menjadi keruh, mula-mula perlahan kemudian relatif makin cepat. Hal ini berarti sinar matahari tak dapat lagi menembus ke dalam air seperti semula, sehingga
proses fotosintesis dalam danau itu, makin lama makin terbatas di sekitar permukaan air saja. Dengan meningkatnya jumlah total kegiatan biologi dalam danau per unit
waktu dan volume air tertentu, produksi sampah organik pun meningkat pula. Sampah ini mula-mula terapung tetapi kemudian tenggelam ke dasar danau. Ditambah dengan
pemasukan bahan dari luar, lama-lama kelamaan danau semakin dangkal oleh pengendapan bahan. Apabila kecepatan aktivitas biologi begitu tinggi dan konsentrasi
organisme hidup begitu besar, produksi bahan organik menjadi cukup besar dan air danau pun menjadi sangat keruh. Akibatnya sinar matahari paling dalam hanya dapat
menembus air sedalam 1-3 meter saja Soeriaatmadja, 1989, hlm: 66.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pH air pada seluruh kedalaman berkisar antara 7,1
– 7,6. Nilai pH tertinggi ditemukan pada kedalaman 0 meter sebesar 7,6 dan terendah pada kedalaman 1,5m dan 3m yaitu sebesar 7,1 yang terdapat pada stasiun
Universitas Sumatera Utara
III. Tingginya nilai pH pada lokasi ini di sebabkan karena lokasi ini berdekatan dengan lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Aktifitas harian masyarakat yang
menghasilkan limbah berupa sisa deterjen, maupun pupuk yang terbawa aliran air permukaan mengakibatkan peningkatan nilai pH air.
Menurut Wardhana 2004, hlm: 85 bahwa larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Ada sebagian
bahan sabun maupun deterjen yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan lingkungan. Ada
beberapa jenis limbah yang biasanya dihasilkan dari aktivitas pertanian, diantaranya adalah pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberantasan hama Supriharyono, 2000,
hlm: 106. Sisa bahan insektisida dapat sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah pertanian kemudian mengalir ke sungai
atau danau di sekitarnya Wardhana, 2004, hlm: 85.
Nilai pH rata-rata air pada seluruh stasiun berkisar 7,2-7,46. Dari seluruh stasiun nilai rata- rata pH tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 7,46 dan terendah
pada stasiun I yaitu sebesar 7,2. Tingginya pH air pada stasiun IV disebabkan karena pada stasiun ini terdapat sebuah bendungan dengan demikian sampah dan limbah dari
seluruh danau terakumulasi pada stasiun ini. Air yang mempunyai pH yang lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar
dari normal akan bersifat basa. Air limbah yang dibuang kesungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air
Wardhana, 2004, hlm: 75. Secara umum kisaran nilai pH air Danau Lau Kawar tergolong relatif baik dan masih dapat mendukung kehidupan organisme air. Menurut
Hawkes 1979 dalam Sinambela 1994, hlm: 33 menyatakan bahwa kehidupan dalam air masih bisa bertahan apabila perairan mempunyai kisaran pH 5 – 9. Menurut
Barus 2004, hlm: 61 menyatakan bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 – 8,5.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari seluruh kedalaman 0m – 3m kisaran nilai oksigen terlarut yang diperoleh adalah 6,2 – 7,2
mgl dengan kisaran kejenuhan oksigen 72,68-84,40. Sedangkan kelarutan oksigen rata-rata pada seluruh stasiun berkisar 6,46-7mgl dengan kisaran nilai
kejenuhan oksigen sebesar 75,80 - 82,74.
Nilai rata-rata oksigen terlarut yang paling tinggi terdapat pada stasiun III yaitu sebesar 7mgl disebabkan lokasi ini tidak memiliki kanopi yang rindang
sehingga kontak udara yang membawa O
2
dengan luas permukaan air yang terbuka lebar mengakibatkan Oksigen larut ke dalam air dalam jumlah yang lebih besar. Nilai
rata-rata kejenuhan Oksigen yang paling besar terdapat pada stasiun II sebesar 82,74 hal ini mungkin disebabkan karena badan perairan pada stasiun ini memiliki
sumber pemasukan O
2
yang cukup besar yang berasal dari hasil fotosintesis plankton, kerapatan vegetasi sekitar yang rimbun, dan juga oksigen yang berasal dari kontak
langsung dengan udara.
Dari hasil penelitian di peroleh data kisaran nilai BOD untuk seluruh kedalaman sebesar 0,2 – 4,8 mgl. BOD 0,2 mgl terdapat pada kedalaman 3 meter di
Sedangkan nilai Oksigen terlarut dan kejenuhan Oksigen yang paling rendah yaitu sebesar 6,46 mgl untuk Oksigen terlarut dan 75,80 untuk kejenuhan Oksigen,
terdapat pada stasiun I. Rendahnya oksigen terlarut pada stasiun ini mungkin di sebabkan karena stasiun ini merupakan lokasi inlet atau daerah masukan air danau
mata air yang langsung ternaungi oleh kanopi hutan yang sangat rindang.
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dan udara dan dari proses fotosintesis Barus,
2004, hlm: 56. Menurut Suin 2002, hlm: 58 bahwa banyak oksigen terlarut dari udara ke air tergantung pada luas permukaan air, suhu dan salinitas. Oksigen yang
berasal dari proses fotosintesis tergantung kepada kerapatan tumbuh-tumbuhan air dan lama serta intensitas cahaya yang sampai ke badan air tersebut.
Universitas Sumatera Utara
stasiun I dan IV. Nilai BOD 4,8 mgl terdapat di permukaan 0m pada stasiun III. Namun setelah dirata-ratakan maka diperoleh kisaran nilai BOD untuk seluruh stasiun
sebesar 0,5 mgl – 2,06 mgl. Nilai BOD tertinggi sebesar 2,06 mgl terdapat di stasiun III hal ini disebabkan karena stasiun ini berdampingan langsung dengan pemukiman
penduduk, camping ground dan lahan pertanian yang banyak menyumbangkan limbah yang mengandung unsur organik ke badan perairan. Sehingga nilai BOD di stasiun ini
lebih tinggi bila dibandingkan dengan stasiun lainnya.
Bahan buangan limbah organik biasanya berasal dari bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran manusia, kotoran hewan dan
lain sebagainya Wardhana, 2004, hlm: 91. Nilai BOD terendah yaitu sebesar 0,5 mgl terdapat pada stasiun IV, hal ini mungkin di sebabkan karena lokasi ini
merupakan outlet aliran keluarnya air meninggalkan danau yang sedikit banyak memiliki aliran arus. Dimana pergerakan arus tersebut ditambah lagi dengan curah
hujan yang tinggi di lokasi penelitian ini sangat membantu penguraian bahan organik yang terkandung di stasiun ini. Sehingga Oksigen yang di butuhkan pada stasiun ini
lebih rendah bila di bandingkan dengan stasiun lainnya. Menurut Suin 2002, hlm: 46 menyatakan bahwa aliran air juga berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam-
garam dalam air sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme air.
Dari hasil penelitian di peroleh data kisaran kandungan nilai Phospat dan Nitrat untuk seluruh kedalaman sebesar 0,071mgl-0,374 mgl untuk kandungan
Phospat dan 0,037mgl-0,078mgl untuk Nitrat. Sedangkan kisaran rata-rata kandungan nilai Phospat dan Nitrat untuk seluruh stasiun adalah kandungan Nitrat
0,043-0,071mgl dan kandungan Phospat sebesar 0,084mgl-0,188mgl. Kandungan nilai Phospat dan Nitrat tertinggi terdapat pada stasiun III. Sedangkan kandungan nilai
Phospat dan Nitrat yang paling rendah terdapat pada stasiun IV. Tingginya unsur N dan P pada stasiun III di sebabkan karena lokasi ini berdampingan dengan lahan
pertanian dan pemukiman penduduk Aktifitas harian masyarakat yang menghasilkan limbah berupa sisa deterjen, maupun pupuk mengandung unsur N dan P yang
akhirnya terbawa aliran air permukaan mengakibatkan peningkatan kadar Nitrat dan
Universitas Sumatera Utara
Phospat di perairan danau. Sedangkan kadar Nitrat dan Posphat yang rendah pada stasin IV disebabkan karena stasiun ini tidak memiliki sumber Nitrat dan Phosphat
selain air hujan, sebab letak stasiun ini relatif jauh lokasi pertanian.
Amonium dan amoniak merupakan produk penguraian protein yang masuk kedalam badan perairan terutama melalui limbah domestik. Konsentrasinya di dalam
perairan akan semakin bertambah bila semakin dekat dari titik pembuangan semakin berkurang bila semakin jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktivitas
mikroorganisme. Mikroorganisma akan mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Fosfor berasal terutama dari sedimen yang selanjutnya akan
terinfiltrasi ke dalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam sistem perairan terbuka sungai dan danau. Selain itu dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah
hujan masuk kedalam sistem perairan. Barus, 2004, hlm: 68. Pupuk mengandung unsur hara seperti Fosfor, nitrogen, kalium, kalsium dan magnesium dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Hilangnya unsur-unsur hara akibat pemupukan ke lingkungan akan menimbulkan permasalahan bagi perairan umum, seperti sungai danau dan
perairan pantai Supriharyno, 2000, hlm: 108.
Secara umum seluruh nilai parameter abiotik baik fisik maupun kimia yang terdapat di seluruh kedalaman dan stasiun di perairan Danau Lau kawar masih cukup
baik untuk kelangsungan hidup biota air yang terdapat di dalamnya termasuk organisme plankton. Menurut Wardhana 2004, hlm: 195 Baku mutu air golongan D
merupakan golongan air yang tidak di pergunakan untuk keperluan air minum, perikanan, pertanian tetapi masih memenuhi syarat untuk kehidupan biota air
memiliki batasan nilai parameter fisik dan kimia yang di ijinkan sebagai berikut : Suhu normal, Nitrat 10 mgl, Phosphat 0,5 mgl , pH 6 - 8,5, BOD
5
30 mgl, dan DO minimal 3 mgl.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Analisis Korelasi Pearson Dengan Program SPSS Ver.13.00