42
2.5 Pelayanan Kesehatan 2.5.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memudahkan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat Azwar, 1995:1.
2.5.2. Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan
penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut Tjitarsa, 1992 : 5 1.
Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya, bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat,
melainkan juga sumber daya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan
2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya
kepastian bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya social yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya
3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor
ang mempengaruhi kesehatan adalah factor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi dan lingkungan
4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih baik
dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat dalam pengambilan
Universitas Sumatera Utara
43 tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan
mewujudkan lingkungan sehat.
2.5.3. Karakteristik Pelayanan Kesehatan
Menurut Evan www.astaqauliyah.com dibandungkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang
terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymmetry of information dan externality. Ketiga cirri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan
dengan produk atas jasa lainnya.
1. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang
dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang
penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang
tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relative berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan
untuk memnuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia menderita sakit.
2. Asymmetry of Information
Sifat kedua asymmetry if Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan proveder dokter dan petugas
Universitas Sumatera Utara
44 kesehatan lainnya mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaar dan kualitas
pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan,
misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini
sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia
memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang professor sekalipun.
3. Externality
Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok
yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan
pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama publik. Ciri unik tersebut juga
dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein.
2.5.4. Syarat-syarat pelayanan kesehatan
Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok
yakni tersedia, wajar, berkesinambungan, dapat diterima, dapat dicapai, dapat dijangkau, efisien, serta bermutu Azwar, 1995 : 33-36
Universitas Sumatera Utara
45 1.
Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia
di masyarakat 2.
Kewajaran Pelayanan Kesehatan Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar,
dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. 3.
Kesinambungan Pelayanan Kesehatan Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.
6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan
7. Efesiensi Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara efisien.
Universitas Sumatera Utara
46 8.
Mutu Pelayanan Kesehatan Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman. Secara umum dimensi kepuasan pasien bervariasi sekali. Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standard dank ode etik profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang
mengacu pada standard an kode etik profesi yang pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien Azwar, 1995 : 34-33.
a. Hubungan Dokter-Pasien
Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah satu dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan dokter-pasien
yang baik ini harus dapat dipertahankan. Sangat diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup, menampung dan mendengarkan semua
keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.
b. Kenyamanan Pelayanan
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, suasana pelayananyang nyaman harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud
disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi yang terpenting lagi yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
47 c.
Kebebasan Melakukan Pilihan Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih ini dapat
diberikan, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan.
d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis bukan saja merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga
merupakan prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan memakai tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka
makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan. e.
Efektifitas Pelayanan Semakin efektif pelayanan kesehatan tersebut, maka makin tinggi pula mutu
pelayanan kesehatan. f.
Keamanan Tindakan Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan
tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.
Adapun kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR. Wowoeutu Noveniawanata, http:one.indoskripsi.com adalah :
1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi
2. Mampu memberikan pelayanan yang baik
3. Tidak berbelit-belit
4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat
Universitas Sumatera Utara
48 5.
Dapat menguntungkan semua pihak Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan
penilaian, baik terdapat tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta cirri atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan penilaian ini
tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung
dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang Azwar, 1995 : 30.
2.6. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas
Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit, yaitu: 1.
Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan RJTL, yang meliputi : a.
Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum
b. Rehabilitasi medik
c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, rafiologi dan elektromedik
d. Tindakan medis kecil atau sedang
e. Pemeriksaan pengobatan gigi tingkat lanjutan
f. Pemberian obat yang mengacu pada Formalium rumah sakit
g. Pelayanan darah
h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit
2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan RITL, yang meliputi :
a. Akomodasi rawat inap pada kelas III
b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
Universitas Sumatera Utara