Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT UMUM (PJKMU) MADANI

KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 071000085 MELDA MANIK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT UMUM (PJKMU) MADANI

KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM. 071000085 MELDA MANIK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT UMUM (PJKMU) MADANI

KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : MELDA MANIK

NIM. 0710000085

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Mei 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes dr. Fauzi, SKM NIP. 19680320 199308 2 001 NIP. 140052649

Penguji II Penguji III

dr. Heldy B.Z., M.P.H Dr. Juanita, SE., M.Kes NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19621223 199103 2 002

Medan, 24 Mei 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS. NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani merupakan jaminan kesehatan yang dikembangkan oleh Kota Tanjungbalai. Program ini muncul akibat masih banyaknya masyarakat miskin yang belum terjamin dalam program Jamkesmas di Kota Tanjungbalai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan PJKMU Madani di kota Tanjungbalai Tahun 2011. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang informan dari PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai, satu orang informan Camat (Camat Datuk Bandar), satu orang informan anggota DPRD Kota Tanjungbalai, satu orang informan dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, satu orang informan Kepala Puskesmas (Puskesmas Datuk Bandar), satu orang informan dari RSUD. Tengku Mansyur Tanjungbalai, dan tiga orang informan dari peserta PJKMU Madani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari pelaksanaan PJKMU Madani untuk mencakup masyarakat miskin dan belum memiliki jaminan kesehatan serta belum terjamin dalam program Jamkesmas. Pemko Tanjung balai sebagai pihak yang membayarkan premi peserta dan menetapkan peserta PJKMU Madani, PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai sebagai badan penyelenggara PJKMU Madani, Puskesmas di Kota Tanjungbalai dan RSUD.dr. Tengku Mansyur sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Pelaksanaan PJKMU Madani berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tanjungbalai serta Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tanjungbalai dengan PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai. Pembayaran pelayanan kesehatan PJKMU Madani dilakukan secara kapitasi di pelayanan kesehatan dasar dan sistem klaim di pelayanan kesehatan rujukan.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya perbedaan data jumlah penduduk miskin yang dikeluarkan BPS Kota Tanjungbalai dengan jumlah penduduk miskin yang menerima Jamkesmas dan PJKMU Madani. Untuk itu, disarankan kepada Pemerintah Kota Tanjungbalai untuk mengevaluasi PJKMU Madani agar dapat tepat sasaran dan Pemerintah Kota Tanjungbalai sebaiknya membuat program jaminan kesehatan dengan menarik premi dari masyarakat.


(5)

ABSTRACT

Madani Public Health Insurance Program (PJKMU Madani) is a health insurance that was developed by Tanjungbalai City, This program emerged from many poor people still were not covered yet by the Public Health Insurance (Jamkesmas) in Tanjungbalai City .

This research was a survey with the qualitative method in order to obtain more in-depth information about the implementation of PJKMU Madani in Tanjungbalai City in 2011. The primary data were obtained through indepth interview to the informants, while the secondary data were obtained by documents review. The informants were consist of an informant from PT. Askes, an informant from Health Office of Tanjungbalai, a Head of Datuk Bandar District, an informant from The Legislative of Tanjungbalai, a Head of Datuk Bandar Public Health Centre, an informant from RSUD. dr.Tengku Mansyur, three informants from the participants of PJKMU Madani.

The results of the research indicates that the objectives of PJKMU Madani was to cover the poor who had not covered yet by Jamkesmas. The local government of Tanjungbalai was the payer of the premium of the participants and determine the participants of PJKMU Madani. PT. Askes was health insurance institution of PJKMU Madani, Public Health Centers of Tanjungbalai and RSUD. dr. Tengku Mansyur was the health service providers. The implementation of PJKMU Madani was based on The Decision of Mayor of Tanjungbalai and The Mutual Agreement of The Government of Tanjungabalai and PT. Askes. The payment of health services of PJKMU Madani was Capitation for primary health services and Claim for secondary health services.

Based on the research indicates, it concluded that the role of Health Office of Tanjungbalai is low, there was the differences of data of the number of the poor that published by BPS of Tanjungbalai and the number of the poor who covered by Jamkesmas. Therefore, it is recommended the Local Government of Tanjungbalai to evaluate the PJKMU Madani for the objective participants and must arrange the health insurance program by taking the premium from the people of Tanjungbalai.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Melda Manik

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/16 September 1989

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Graha Tanjung Anom Blok A No. 150 Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1995-2001 : SD HKBP P. Bulan Medan 2. Tahun 2001-2004 : SLTP Negeri 1 Medan 3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 15 Medan

4. Tahun 2007-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas cinta, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudu l “Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011”sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak memberikan pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Juanita SE, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Prof. Dr. Dra Irnawati Marsaulina S., MS selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani perkuliahan.


(8)

8. Walikota Tanjungbalai yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk penelitian di Kota Tanjungbalai

9. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Teristimewa kepada orang tua terkasih Ayahanda (M. Manik) dan Ibunda (D. Sitanggang) yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan dukungan moral dan material kepada penulis selama ini serta kepada adik-adik ku (Brando Manik dan Yosia Manik) yang selalu memberikan dukungan semangat kepada penulis. 11. Teman-teman peminatan AKK (Kak Enda, Bang Lafandi, Kak Indah, Nina,

Agustini, Hessy dan lain-lain) yang telah memberi dukungan semangat dan bantuan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman Stambuk 2007 (Margaret, Lia, Eriama, Ningsi, Fatimah, Zuhrina, Karlina, Cempaka, Lidya, Rini dan lain lain) yang telah memberikan dukungan semangat dan bantuan selama ini kepada penulis “Jeongmal gamsahamnida, chingudeul”.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2012 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani ... 7

2.1.1 Identitas Peserta ... 7

2.1.2 Paket Pelayanan ... 7

2.1.3 Ruang Lingkup Paket Pelayanan Kesehatan ... 8

2.1.4 Pelayanan yang Tidak Dijamin ... 11

2.2 Asuransi Kesehatan ... 12

2.2.1 Defenisi Asuransi Kesehatan ... 12

2.2.2 Pola Asuransi Kesehatan ... 14

2.2.3 Macam Asuransi Kesehatan ... 14

2.3 Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ... 17

2.3.1 Definisi Jamkesda ... 17

2.3.2 Prinsip Jamkesda ... 18

2.3.3 Manfaat Pengembangan Jamkesda ... 19

2.3.4 Badan Penyelenggara (Bapel) Jamkesda ... 20

2.3.5 Manajemen Program Jamkesda ... 21

2.3.6 Premi Jamkesda ... 22

2.3.7 Kepesertaan Jamkesda ... 23

2.4 Manajemen ... 24

2.4.1 Definisi ... 24

2.4.2 Fungsi Manajemen ... 25


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2 Waktu Peneltian ... 35

3.3 Informan penelitian ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5 Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1 Letak Geografi ... 38

4.1.2 Data Demografi ... 39

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 41

4.1.4 Tenaga Kesehatan ... 41

4.2 Karakteristik Informan ... 42

4.3 Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Umum (PJKMU) Madani ... 43

4.3.1 Pernyataan Informan tentang Latar Belakang Pelaksanaan PJKMU Madani ... 43

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Kebijakan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 44

4.3.3 Pernyataan Informan tentang Peran Pihak yang Terkait dengan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 46

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Tujuan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 47

4.3.5 Pernyataan Informan tentang Dana Pelaksanaan PJKMU Madani ... 48

4.3.6 Pernyataan Informan tentang Penentuan Kepesertaan PJKMU Madani ... 50

4.3.7 Pernyataan Informan tentang Paket Pelayanan Kesehatan PJKMU Madani ... 51

4.3.8 Pernyataan Informan tentang Prosedur Pelayanan Kesehatan PJKMU Madani ... 52

4.3.9 Pernyataan Informan tentang Pembayaran Pelayanan Kesehatan PJKMU Madani ... 54

4.3.10 Pernyataan Informan tentang Sosialisasi PJKMU Madani ... 55

4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pengawasan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 57

4.3.12 Pernyataan Informan tentang Hambatan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 58

4.3.13 Pernyataan Informan tentang Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan PJKMU Madani ... 60


(11)

4.3.14 Pernyataan Informan tentang Pembinaan Peserta

PJKMU Madani ... 61

4.3.15 Pernyataan Informan tentang Kepemilikan Jaminan Kesehatan Setelah Pelaksanaan PJKMU Madani ... 63

4.3.16 Pernyataan Informan tentang Kunjungan masyarakat ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Setelah Pelaksanaan PJKMU Madani ... 64

4.3.17 Pernyataan Informan tentang Derajat Kesehatan Setelah Pelaksanaan PJKMU Madani ... 65

BAB V PEMBAHASAN ... 67

5.1 Kebijakan Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum Madani (PJKMU Madani) ... 67

5.2 Peran dan Tanggungjawab Pihak Terkait dalam Pelaksanaan PJKMU Madani ... 72

5.2.1 Pemerintah (Regulator) ... 73

5.2.2 Badan Penyelenggara (Bapel) ... 76

5.2.3 Penyedia Pelayanan Kesehatan ... 79

5.2.4 Peserta ... 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

Pedoman Wawancara Mendalam Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Pembagian Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjung Balai ... 38 Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan

Kepadatan Penduduk di Kecamatan di Kota Tanjung Balai

Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio

Jenis Kelamin di Kecamatan Kota Tanjung Balai

Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Kota Tanjung Balai Berdasarkan Umur

Tahun 2010... 41 Tabel 4.5 Distribusi Sarana Kesehatan di Kota Tanjung Balai

Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.6 Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Tanjung Balai

Tahun 2010... 42 Tabel 4.7 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik ... 42 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Latar Belakang

Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 43 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Pelaksanaan

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 45 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Peran Pihak yang

Terkait Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 46 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan Pelaksanaan

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 47 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Dana dalam

Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 49 Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Penentuan Kepesertaan

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 50 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Paket Pelayanan

Kesehatan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 51 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Prosedur Pelayanan

Kesehatan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai. ... 52 Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Pembayaran

Pelayanan Kesehatan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 54 Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Sosialisasi

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 55 Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengawasan

Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 57 Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan Pelaksanaan


(13)

Hambatan Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 60 Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan tentang Pembinaan Peserta

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai. ... 62 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan tentang Kepemilikan Jaminan

Kesehatan Setelah Pelaksanaan PJKMU Madani

Kota Tanjung Balai. ... 63 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Kunjungan Masyarakat

ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Setelah Pelaksanaan

PJKMU Madani Kota Tanjung Balai ... 64 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan tentang Derajat Kesehatan

Masyarakat Setelah Pelaksanaan PJKMU Madani

Kota Tanjung Balai ... 65 Tabel 5.1 Jumlah Masyarakat yang Telah Memiliki Jaminan

Kesehatan Berdasarkan Jaminan Kesehatan di


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fokus Penelitian ... 33 Gambar 5.1 Pihak yang terkait Pelaksanaan Jamkesda ... 73


(15)

ABSTRAK

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani merupakan jaminan kesehatan yang dikembangkan oleh Kota Tanjungbalai. Program ini muncul akibat masih banyaknya masyarakat miskin yang belum terjamin dalam program Jamkesmas di Kota Tanjungbalai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan PJKMU Madani di kota Tanjungbalai Tahun 2011. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang informan dari PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai, satu orang informan Camat (Camat Datuk Bandar), satu orang informan anggota DPRD Kota Tanjungbalai, satu orang informan dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, satu orang informan Kepala Puskesmas (Puskesmas Datuk Bandar), satu orang informan dari RSUD. Tengku Mansyur Tanjungbalai, dan tiga orang informan dari peserta PJKMU Madani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari pelaksanaan PJKMU Madani untuk mencakup masyarakat miskin dan belum memiliki jaminan kesehatan serta belum terjamin dalam program Jamkesmas. Pemko Tanjung balai sebagai pihak yang membayarkan premi peserta dan menetapkan peserta PJKMU Madani, PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai sebagai badan penyelenggara PJKMU Madani, Puskesmas di Kota Tanjungbalai dan RSUD.dr. Tengku Mansyur sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Pelaksanaan PJKMU Madani berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tanjungbalai serta Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tanjungbalai dengan PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai. Pembayaran pelayanan kesehatan PJKMU Madani dilakukan secara kapitasi di pelayanan kesehatan dasar dan sistem klaim di pelayanan kesehatan rujukan.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya perbedaan data jumlah penduduk miskin yang dikeluarkan BPS Kota Tanjungbalai dengan jumlah penduduk miskin yang menerima Jamkesmas dan PJKMU Madani. Untuk itu, disarankan kepada Pemerintah Kota Tanjungbalai untuk mengevaluasi PJKMU Madani agar dapat tepat sasaran dan Pemerintah Kota Tanjungbalai sebaiknya membuat program jaminan kesehatan dengan menarik premi dari masyarakat.


(16)

ABSTRACT

Madani Public Health Insurance Program (PJKMU Madani) is a health insurance that was developed by Tanjungbalai City, This program emerged from many poor people still were not covered yet by the Public Health Insurance (Jamkesmas) in Tanjungbalai City .

This research was a survey with the qualitative method in order to obtain more in-depth information about the implementation of PJKMU Madani in Tanjungbalai City in 2011. The primary data were obtained through indepth interview to the informants, while the secondary data were obtained by documents review. The informants were consist of an informant from PT. Askes, an informant from Health Office of Tanjungbalai, a Head of Datuk Bandar District, an informant from The Legislative of Tanjungbalai, a Head of Datuk Bandar Public Health Centre, an informant from RSUD. dr.Tengku Mansyur, three informants from the participants of PJKMU Madani.

The results of the research indicates that the objectives of PJKMU Madani was to cover the poor who had not covered yet by Jamkesmas. The local government of Tanjungbalai was the payer of the premium of the participants and determine the participants of PJKMU Madani. PT. Askes was health insurance institution of PJKMU Madani, Public Health Centers of Tanjungbalai and RSUD. dr. Tengku Mansyur was the health service providers. The implementation of PJKMU Madani was based on The Decision of Mayor of Tanjungbalai and The Mutual Agreement of The Government of Tanjungabalai and PT. Askes. The payment of health services of PJKMU Madani was Capitation for primary health services and Claim for secondary health services.

Based on the research indicates, it concluded that the role of Health Office of Tanjungbalai is low, there was the differences of data of the number of the poor that published by BPS of Tanjungbalai and the number of the poor who covered by Jamkesmas. Therefore, it is recommended the Local Government of Tanjungbalai to evaluate the PJKMU Madani for the objective participants and must arrange the health insurance program by taking the premium from the people of Tanjungbalai.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dalam tujuan nasional. Selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah terdapatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Untuk itu, perlu ditingkatkan upaya untuk semakin meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang memiliki mutu yang baik serta biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes, 2009).

Masyarakat saat ini juga telah menyadari bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mereka, bukan lagi barang mewah seperti yang diperlakukan selama ini. Masyarakat menginginkan agar ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya tersebut serta tidak tergantung kepada kemampuannya untuk membayar. Namun, hingga saat ini masih terjadi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan ditengah masyarakat (Thabrany, 2002).

Salah satu hambatan utama bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama keterbatasan biaya. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pendapatan masyarakat dan diperparah dengan kenaikan biaya pelayanan kesehatan


(18)

terutama alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Apabila tidak dilakukan pengendalian biaya akan semakin mempersulit masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan (Info Askes, 2010).

Di sisi lain, sebagian besar biaya kesehatan masih ditanggung sendiri oleh masyarakat yakni sekitar 70%, dimana 85% dibayar secara langsung dari kantong sendiri (out of pocket) dan hanya 15% dibayar melalui asuransi. Hal ini mengakibatkan masyarakat harus menyediakan dana tunai apabila mereka memerlukan pemeliharaan kesehatan dan bagi yang tidak mampu menyediakan dana tunai mereka tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan. Akibat yang terjadi adalah semakin meningkatnya angka morbiditas dan angka mortalitas yang berarti juga semakin rendahnya derajat kesehatan masyarakat (Thabrany, 2005). Menurut Riskesdas 2007, persentase penduduk yang membayar pelayanan kesehatan secara

out of pocket di pelayanan rawat jalan sebesar 74,5% dan di pelayanan rawat inap sebesar 71,0%

Upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan asuransi/jaminan kesehatan (Info Askes, 2010). Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murti, 2004).


(19)

terdiri dari 16,3 juta jiwa melalui program Askes Sosial (PNS/TNI/Polri/Veteran dan Perintis Kemerdekaan), 2,5 juta jiwa pekerja sektor formal melalui asuransi komersial, 76,4 juta jiwa (melalui Jamkesmas) dan 3 juta jiwa sektor informal yang ditanggung oleh pemerintah daerah melalui Jamkesda (1,6 juta dikelola oleh PT. Askes dan 1,4 juta dikelola secara swadaya oleh Pemda). Hal ini berarti masih ada 131 juta jiwa atau 57,4% penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan yang sangat rentan untuk sakit berat karena kesehatannya belum terlindungi (Info Askes, 2010). Sementara itu, menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan di Sumatera Utara pada tahun 2010 hanya sekitar 43,69% dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan sebesar 56,31%.

Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 H ayat (3) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Untuk melaksanakan amanat UUD tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan


(20)

kesehatan merupakan salah satu jaminan sosial yang harus dilaksanakan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Namun, implementasinya sampai saat ini masih dalam tahap persiapan menuju terwujudnya

universal coverage seperti yang diamanatkan tersebut.

Kementerian Kesehatan sendiri sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, dimulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Jamkesmas (2008-sekarang). Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan terlaksananya jaminan sosial sesuai UU SJSN.

Sejak diselenggarakannya desentralisasi (otonomi daerah) melalui UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan di berbagai bidang pembangunan tidak terkecuali kesehatan. Pemerintah daerah harus menyediakan sendiri pelayanan kesehatan di daerahnya dan mengelola segala sumber daya yang dimiliki daerah secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Trisnantoro, 2006).

Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang mengembangkan jaminan kesehatan bagi masyarakat yakni Program Jaminan Kesehatan Masyarakat


(21)

diselenggarakan akibat masih banyaknya keluarga miskin yang belum terjamin dalam Askeskin/Jamkesmas. Kota Tanjungbalai sendiri masih memiliki beberapa permasalahan kesehatan. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk di kota Tanjungbalai sebesar 6,2%, gizi kurang 20,0%, cakupan imunisasi pada balita masih sebesar 53,0%. Sedangkan untuk pembiayaan kesehatan, persentase penduduk yang membayar pelayanan kesehatan secara out of pocket di pelayanan rawat jalan sebesar 88,8% dan di pelayanan rawat inap sebesar 73,6%.

Penelitian Widya (2008) tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) masih ditemukan kendala dan permasalahan yakni keterbatasan sumber daya manusia di bapel JKJ sehingga tidak dapat melakukan sosialisasi secara maksimal, masih ditemukannya perilaku moral hazard di kalangan PPK serta kepesertaan JKJ masih belum mencapai target yang ditetapkan sebelumnya.

Penelitian Vionalita (2008), tentang pelaksanaan jaminan kesehatan di propinsi Sumatera Barat, juga masih ditemukan permasalahan yakni keterbatasan sumber daya manusia di seksi JPKM dinkes propinsi sehingga memengaruhi pelaksanaan program terutama sosialisasi program, rendahnya pengawasan terhadap program yakni terlambatnya dan bahkan tidak dikirimnya laporan pelaksanaan program oleh pemda kabupaten/kota, belum tercapainya cakupan kepesertaan yakni hanya sekitar 20,3% dibandingkan dengan yang ditetapkan sebelumnya yaitu 50% dari seluruh jumlah penduduk.

PJKMU Madani dilaksanakan dengan harapan masyarakat miskin yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan pada akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan seperti masyarakat yang lain. Namun, dalam


(22)

pelaksanaannya masih banyak permasalahan yang terjadi seperti masalah pendataan peserta. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis mengenai pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemda Tanjungbalai, PT. Askes (Persero) Tanjungbalai, Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan PJKMU Madani.

2. Sebagai informasi tambahan yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya. 4. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kota Tanjungbalai No. 900/24518 dengan PT. Askes (Persero) Cabang Kota Tanjungbalai No.080/PKS/1210 tentang Pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani Bagi Masyarakat Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2011.

2.1.1 Identitas Peserta

1. Kartu Askes, karton warna “PUTIH” adalah bukti sah atas hak Peserta PJKMU Madani untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pada Kartu Peserta PJKMU Madani tercantum: a. Nama, nomor dan status peserta

b. Tanggal lahir peserta c. Alamat peserta

d. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK)

e. Masa berlaku (sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama)

2.1.2 Paket Pelayanan


(24)

a. Rawat jalan tingkat pertama (RJTP) b. Rawat inap tingkat pertama (RITP) c. Rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) d. Rawat inap tingkat lanjutan (RITL)

e. Persalinan (dalam bentuk Paket Persalinan) f. Pelayanan Obat DPHO

g. Pelayanan Darah

2. Paket Tambahan terdiri dari:

a. Pelayanan kasus rujukan berjenjang ke RSUD. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

b. Pelayanan kasus rujukan berjenjang ke RSU. dr. Pirngadi Medan c. Pelayanan Ambulance

2.1.3 Ruang Lingkup Paket Pelayanan Kesehatan

1. Rawat jalan tingkat pertama (di Puskesmas) dibayar dengan sistem kapitasi untuk pelayanan:

a. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan b. Pemeriksaan fisik

c. Laboratorium sederhana d. Tindakan medis kecil

e. Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/tambal f. Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui bayi dan balita g. Pelayanan KB dan penyembuhan efek samping


(25)

i. Pelayanan gawat darurat

2. Rawat inap tingkat pertama, meliputi: a. Akomodasi rawat inap

b. Konsultasi medis

c. Persalinan puskesmas dan bidan puskesmas d. Pemeriksaan fisik

e. Laboratorium sederhana

f. Tindakan medis kecil/sederhana

g. Pemberian obat standar dan bahan/alat kesehatan habis pakai selama masa perawatan

3. Rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), meliputi:

a. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum b. Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik

d. Tindakan medis, sedang dan besar

e. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan f. Pemberian obat-obatan sesuai dengan DPHO g. Pelayanan darah

h. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi 4. Rawat inap tingkat lanjutan (RITL), meliputi:

a. Akomodasi rawat inap pada Kelas III b. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan


(26)

c. Pemeriksaan fisik

d. Pemeriksaan penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik

e. Tindakan medis atau operasi sedang dan besar f. Pelayanan rehabilitasi medis

g. Perawatan intensif

h. Pemberian obat-obatan sesuai dengan DPHO i. Pelayanan darah

j. Bahan dan alat kesehatan habis pakai k. Persalinan

5. Persalinan

a. Persalinan dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, atau bidan desa tergantung pilihan peserta PJKMU Madani

6. Pelayanan Obat

a. Mengacu pada DPHO untuk rawat jalan tingkat pertama (RJTP), rawat inap tingkat pertama (RITP), rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL).

7. Pelayanan Darah

a. Pelayanan darah dilaksanakan di rumah sakit pada pelayanan rawat jalan tingkat pertama (RJTP), rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) dan persalinan.


(27)

b. Pelayanan darah didapat dari Unit Transfusi Darah/PMI atau rumah sakit setempat dengan menyerahkan surat permintaan darah dari dokter yang merawat.

8. Pelayanan Rujukan

a. Apabila peserta PJKMU Madani yang berobat ke RSUD. Kota Tanjungbalai memerlukan pelayanan yang tidak dapat dilayani oleh rumah sakit tersebut, maka peserta PJKMU Madani dapat dirujuk secara berjenjang ke RSUD. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dan RSU. dr. Pirngadi Medan

2.1.4 Pelayanan yang Tidak dijamin

Pelayanan PJKMU Madani yang tidak dapat diberikan kepada Peserta PJKMU Madani apabila:

a. Tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan b. Peserta yang tidak berhak

c. Pelayanan kosmetik

d. Pelayanan yg bertujuan untuk memiliki anak

e. Pelayanan kesehatan yang tidak berdasarkan indikasi medis

f. Pelayanan canggih (Operasi jantung, MRI, dan transplantasi organ)

g. General Chek-Up

h. Biaya obat diluar DPHO i. Pelayanan dialisa


(28)

k. Pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan jaminan dari badan penyelenggara lain seperti kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja.

2.2 Asuransi Kesehatan

2.2.1 Definisi Asuransi Kesehatan

Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murti, 2004).

Asuransi kesehatan adalah suatu instrumen sosial yang dapat menjamin seseorang untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Dasar asuransi kesehatan adalah menghilangkan ketidakpastian yang dihadapi seseorang dari kemungkinan kebutuhan pengobatan karena ketidakpastian dari insiden sakit dan biaya pengobatan (Thabrany, 2005).

Menurut Azwar (1996), asuransi kesehatan adalah suatu sistem dalam pembiayaan kesehatan dimana dilakukan pengelolaan dana yang berasal dari iuran teratur peserta untuk membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh peserta. Adapun pihak yang terlibat dalam asuransi kesehatan adalah:


(29)

1. Peserta (client), yakni mereka yang terdaftar sebagai anggota, membayar sejumlah iuran (premi) dengan mekanisme tertentu dan karena itu ditanggung biaya kesehatannya.

2. Badan penyelenggara asuransi (health insurance institution), yakni pihak yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengelola iuran serta membayar biaya kesehatan yang dibutuhkan peserta

3. Penyedia pelayanan (health provider), yakni pihak yang bertanggung jawab menyediakan pelayanan kesehatan bagi peserta dan untuk itu mendapatkan imbalan jasa dari badan asuransi.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) (2000) dalam pelaksanaannya juga memiliki pelaku/pihak yang terlibat yang terdiri dari:

1. Peserta, yang mendaftarkan diri dalam satuan keluarga, kelompok, unit organisasi, dengan membayar kepada bapel sejumlah iuran tertentu secara teratur untuk membiayai pemeliharaan kesehatannya.

2. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan kesehatan teroganisir untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang secara efektif dan efisien.

3. Badan penyelenggara JPKM yang merupakan badan hokum yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan JPKM dengan secara profesional menerapkan manajemen kepesertaan, keuangan dan pemeliharaan kesehatan.

4. Pemerintah sebagai pihak yang melaksanakan fungsi membina, mendorong dan mengembangkan penyelenggaraan JPKM.


(30)

Diantara keempat pelaku tersebut terjdi hubungan yang saling menguntungkan dan berlaku penerapan prinsip kendali biaya, kendali mutu pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang.

2.2.2 Pola Asuransi Kesehatan

1. Pola Tripartie

Pola tripartie merupakan pola asuransi dimana fungsi pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan dilakukan terpisah oleh institusi yang berbeda. Perusahaan asuransi membiayai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan swasta pada fasilitas kesehatan yang bukan milik perusahaan asuransi. Bentuk asuransi ini merupakan yang paling sederhana karena perusahaan asuransi hanya bertanggung jawab mengembalikan uang tanggungan yang jumlahnya ditetapkan di muka untuk melindungi peserta dari suatu peristiwa dan tidak mengenal kajian utilisasi (utilization review) untuk mengontrol biaya.

2. Pola Bipartie

Pola bipartie menggunakan model managed care dimana fungsi pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan dilakukan oleh satu instansi sehingga perusahaan dapat melakukan kontrol langsung terhadap pemberi pelayanan kesehatan (Murti, 2004).

2.2.3 Macam Asuransi Kesehatan


(31)

a. Asuransi kesehatan pemerintah, jika pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah. Beberapa keuntungan dari bentuk ini adalah dapat diawasinya penggunaan biaya kesehatan yang ada dan pelayanan kesehatan dapat distandarisasi

b. Asuransi kesehatan swasta, jika pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Kelemahan bentuk asuransi ini adalah sulitnya mengawasi biaya kesehatan yang pada akhirnya dapat memberatkan peserta sendiri. 2. Ditinjau dari keikutsertaan anggota

a. Asuransi kesehatan wajib (Compulsary Health Insurance)

Keikutsertaan peserta adalah wajib, dapat berlaku untuk setiap penduduk dan atau untuk kelompok tertentu saja misalnya dalam suatu perusahaan. Pada umumnya, asuransi kesehatan wajib berlaku jika asuransi kesehatan tersebut dikelola oleh pemerintah.

b. Asuransi kesehatan sukarela (Voluntary Health Insurance)

Keikutsertaan peserta tidak wajib melainkan terserah pada kemauan masing-masing. Bentuk ini berlaku jika asuransi kesehatan tersebut di kelola oleh pihak swasta.

3. Ditinjau dari jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung a. Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan

Pada sistem asuransi kesehatan dimana pengelola dana juga bertindak sebagai penyedia pelayanan, jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung tidak hanya bersifat kuratif tetapi juga yang bersifat preventif. Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan peserta.


(32)

b. Menanggung sebagian pelayanan kesehatan saja

Disini yang ditanggung hanya sebagian dari pelayanan kesehatan saja. Misalnya untuk macam pelayanan kesehatan tertentu yang umumnya membutuhkan biaya besar.

4. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung

a. Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan

Pada sistem ini, seluruh biaya kesehatan ditanggung oleh asuransi kesehatan. Hal ini dapat mendorong pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berlebihan bila peserta kurang memiliki kesadaran sehingga menyulitkan badan asuransi kesehatan dan atau penyedia pelayanan kesehatan.

b. Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi

Untuk mengatasi penggunaan yang berlebihan maka sebagian badan asuransi hanya menanggung pelayanan kesehatan yang membutuhkan biaya besar saja.

5. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung

a. Peserta adalah perorangan (Individual Health Insurance) b. Peserta adalah satu keluarga (Family Health Insurance) c. Peserta adalah satu kelompok (Community Health Insurance) 6. Ditinjau dari penerapan atau kegiatan badan asuransi


(33)

Bentuk ini adalah bentuk klasik dari sistem asuransi kesehatan yang apabila dikombinasikan dengan sistem reimbursment dapat mendorong tingginya biaya kesehatan.

b. Juga bertindak sebagai penyedia pelayanan kesehatan

Kelebihan dari bentuk asuransi ini adalah dapat diawasinya biaya kesehatan dan kerugiannya adalah kurang sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.

7. Ditinjau dari cara pembayaran imbalan jasa terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan

a. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta (Reimbursment) Pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah kujungan peserta yang datang berobat ke penyedia pelayanan kesehatan. Makin banyak jumlah kunjungan, maka makin besar uang yang diterima oleh penyedia pelayanan kesehatan.

b. Pembayaran berdasarkan jumlah peserta (Capitation)

Pada sistem ini, pembayaran terhadap penyedia pelayanan kesehatan bukan berdasarkan jumlah kunjungan melainkan berdasarkan jumlah orang yang ditanggungkan. Jumlah uang yang diterima penyedia pelayanan kesehatan selalu tetap meskipun kunjungan meningkat dan atau menurun.


(34)

2.3 Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) 2.3.1 Defenisi Jamkesda

Jamkesda merupakan program pemerintah yang pada dasarnya mengacu kepada sistem jaminan sosial yang bertujuan untuk memberikan akses bagi seluruh rakyat terhadap pelayanan kesehatan. Penyelenggaraannya berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan kepesertaan yang wajib dan besaran premi yang ditetapkan oleh pemerintah (Trisnantoro, 2009).

2.3.2 Prinsip Jamkesda

Penyelenggaraan jamkesda mengacu kepada beberapa prinsip dasar, yaitu (Trisnantoro, 2009):

1. Prinsip solidaritas sosial

Program jamkesda diselenggarakan berdasarkan prinsip solidaritas sosial dimana tercipta subsidi silang antara yang kaya kepada yang miskin, antara yang muda kepada yang tua, antara yang sehat kepada yang sakit dan antar daerah yang kaya kepada daerah yang miskin.

2. Prinsip efisiensi

Penyelenggaraan jamkesda mengacu pada sistem managed care dimana pelayanan yang diberikan efisien, terkendali utilisasi dan biayanya.

3. Prinsip ekuitas

Jamkesda diselenggarakan berdasarkan prinsip keadilan dimana setiap penduduk tanpa memandang suku, agama dan status ekonominya harus


(35)

4. Prinsip komprehensif

Manfaat pelayanan pada jamkesda harus bersifat komprehensif sesuai dengan kebutuhan medis peserta, meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

5. Prinsip nirlaba (not for profit)

Pengelolaan jamkesda diselenggarakan atas dasar bukan mencari atau memupuk keuntungan tetapi memaksimalkan pelayanan kesehatan. Badan penyelenggara tidak membayarkan dividen atas sisa anggaran tetapi menggunakannya untuk peningkatan pelayanan kesehatan bagi peserta.

6. Prinsip responsif

Penyelenggaraan jamkesda harus responsif dengan tuntutan peserta sesuai dengan perubahan standar hidup para peserta.

7. Prinsip koordinasi manfaat

Dalam pemberian jaminan, tidak boleh terjadi duplikasi jaminan antara program jamkesda dengan jaminan kesehatan yang lain ataupun jaminan yang lain seperti jaminan kecelakaan yang diterima oleh peserta.

2.3.3 Manfaat Pengembangan Jamkesda

Menurut Mukti yang dikutip oleh Trisnantoro (2009), ada beberapa manfaat pengembangan jamkesda, diantaranya:

1. Terpenuhinya hak konstitusional atas jaminan sosial yang langsung menyentuh perhatian dan dirasakan nyata manfaatnya secara terukur bagi


(36)

setiap individu masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk pengembangan diri sesuai dengan martabat kemanusiaan.

2. Pengembangan jamkesda dapat menekan tingkat kecemburuan sosial akibat kesenjangan tingkat ekonomi antar kelompok masyarakat di suatu wilayah maupun masalah ekonomi antar wilayah.

3. Meningkatkan dan menjamin kesinambungan, efisiensi dan efektifitas dana bantuan sosial dari anggaran pemerintah.

4. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan melalui pengendalian biaya secara konsisten dan terus menerus.

5. Menekan angka urbanisasi dan menguatkan perekonomian masyarakat sektor informal.

6. Terjaminnya kebutuhan dasar masyarakat yang layak dan tanggap terhadap perkembangan.

2.3.4 Badan Penyelenggara (Bapel) Jamkesda

Bapel jamkesda adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan di suatu daerah yang bersifat sosial. Entitas badan hukum dibutuhkan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan sebagai pelaksana wajib pemerintah daerah dan pengguna anggaran. Bapel jamkesda memungut iuran dan mengelola dana tersebut dengan prinsip dana amanat ( Hendrartini, 2009).

Menurut Mukti dan Moertjahjo yang dikutip oleh Hendrartini (2009), secara umum bapel jamkesda mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:


(37)

1. Mengelola kepesertaan yang meliputi pendaftaran, pemberian nomor identitas jaminan kesehatan sosial, mutasi, penghentian misalnya meninggal atau pindah permanen keluar daerah.

2. Melakukan pembayaran manfaat kepada peserta dan atau pembayaran kepada pihak pemberi pelayanan kesehatan.

3. Menghimpun iuran dari peserta langsung dan tidak langsung.

4. Mengelola dana yang dititipkan oleh peserta guna memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada peserta.

5. Membuat laporan kegiatan dan laporan keuangan secara transparan kepada seluruh stakeholder.

6. Melakukan pengembangan Jamkesda untuk meningkatkan kinerja Jamkesda.

2.3.5 Manajemen Program Jamkesda

Menurut Hendrartini (2009), secara umum manajemen program jaminan kesehatan daerah meliputi:

1. Aspek perencanaan

Bapel jamkesda harus memiliki rencana pengelolaan program Jamkesda yang meliputi perencanaan pengembangan SDM, SIM, pengembangan kepesertaan, sistem verifikasi, sistem pembayaran PPK dan manajemen lainnya untuk menunjang operasional bapel yang efektif dan efisien.

2. Aspek pengorganisasian

Dalam menjalankan program jamkesda, sebaiknya ada jalur struktur organisasi jamkesda yang jelas untuk membagi peran, tugas dan wewenang


(38)

dalam program tersebut, termasuk hubungan bapel dengan dinkes setempat, pemda dan PPK.

3. Aspek pengendalian dan pengawasan

Dalam struktur organisasi bapel harus ada badan yang melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaaan jamkesda. Badan pembina atau wali amanah merupakan salah satu badan yang dapat menjadi pengawas kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan dana jamkesda.

4. Aspek administrasi dan verifikasi klaim

Penyelenggaraan sistem jamkesda menuntut administrasi keuangan dan pencatatan yang akurat. Bapel jamkesda harus mempunyai beberapa tenaga verifikator untuk melakukan verifikasi klaim yang meliputi verifikasi administratif (kepesertaan, prosedur rujukan, dll) dan verifikasi medis (tindakan, diagnosis dan obat).

5. Aspek sistem informasi kesehatan

Bapel jamkesda perlu mengembangkan sistem kepesertaan dan pelayanan kesehatan yang mampu mendukung implementasi program jamkesda. Mekanisme pelaporan juga harus diatur dari PPK maupun bapel ataupun bapim.

2.3.6 Premi Jamkesda

Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan secara berkala oleh seseorang setelah mendaftarkan diri/keluarganya sebagai peserta yang jumlah dan waktu pengumpulannya ditetapkan atas dasar kesepakatan antara peserta dan badan


(39)

dibebankan kepada masyarakat untuk melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang bersangkutan (Hendrartini, 2009)

Penentuan premi yang harus dibayarkan masyarakat harus ditetapkan dengan pertimbangan (Hendrartini, 2009):

1. Asas kecukupan

Untuk menjaga posisi keuangan yang aman, badan penyelenggara harus menetapkan premi yang cukup untuk menutupi semua biaya penyelenggaraan program, termasuk biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya penyelenggaraan. Disamping itu, premi pun harus dapat memenuhi tujuan badan penyelenggara yaitu surplus yang nantinya dikembalikan untuk peningkatan pelayanan kesehatan.

2. Asas kewajaran

Keseimbangan antara kualitas tingkat pelayanan dan kewajaran tingkat premi merupakan hal yang harus senantiasa dijaga. Premi yang terlalu tinggi akan mendorong penolakan masyarakat atas program jaminan kesehatan. Tingkat pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: fleksibilitas pelayanan kesehatan dan administrasi, efektifitas dan efisiensi penanganan pelayanan kesehatan, pengelolaan dan kendali biaya dan komunikasi dengan peserta dalam rangka penerapan prinsip-prinsip jaminan kesehatan.

3. Asas keadilan.

Badan penyelenggara program jaminan kesehatan harus membebankan premi kepada peserta sesuai dengan perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan program bagi peserta yang bersangkutan. Karena peserta


(40)

pada dasarnya memiliki karakteristik resiko yang berbeda-beda, maka premi dapat berbeda sesuai dengan risiko.

2.3.7 Kepesertaan Jamkesda

Kepesertaan ialah menjadi pesertanya seseorang atau kelompok orang secara sah dalam program jaminan kesehatan dengan memenuhi syarat sebagai peserta. Kepesertaan seseorang atau kelompok dalam program jaminan kesehatan biasanya ada batasan waktu. Setelah habis masa perjanjian, maka pihak peserta dapat menghentikan atau melanjutkan kepesertaannya. Kepesertaan lanjutan dapat berlangsung tanpa adanya perubahan apapun, dapat pula mengalami perubahan-perubahan misalnya dalam hal paket, jenis fasilitas, dan besarnya premi (Hendrartini, 2009).

2.4 Manajemen 2.4.1 Definisi

Menurut Blanchard (1980), manajemen adalah suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan Stoner (1986) menyatakan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya, demi tercapainya tujuan organisasi. Millet (1987) menekankan manajemen sebagai suatu proses yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan, yakni:


(41)

kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk pencapaian tujuan.

2. Proses pemberian fasilitas kerja (process of facilitating the work) yaitu rangkaian kegiatan untuk memberikan sarana dan prasarana serta jasa yang memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan untuk pencapaian tujuan (Siswanto, 2005)

Menurut Kast (1995) yang dikutip oleh Vionalita (2008), manajemen adalah subsistem kunci dalam sistem organisasi dan merupakan kekuatan vital yang menghubungkan semua subsistem lainnya. Manajemen mencakup hal hal berikut:

1. Mengkoordinir sumber daya manusia, material dan keuangan ke arah tercapainya sasaran organisasi secara efektif dan efisien.

2. Menghubungkan organisasi dengan lingkungan luar dan menanggapi kebutuhan masyarakat.

3. Mengembangkan iklim organisasi dimana orang dapat mengejar sasaran perorangan dan sasaran bersama (collective)

4. Melaksanakan berbagai peranan antar pribadi, informasional dan memutuskan 5. Melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang dapat ditetapkan seperti

menentukan sasaran, merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan mengawasi.

2.4.2 Fungsi Manajemen A. Perencanaan (Planning)


(42)

Menurut Koontz (1990), perencanaan mendahului semua fungsi manajerial lainnya dimana perencanaan pada hakikatnya merupakan penetapan sasaran yang ingin dicapai dan cara mencapainya yang terdiri dari menetapkan bagaimana struktur organisasi, bagaimana kualifikasi orang-orang yang diperlukan, bagaimana cara efektif untuk mengarahkan mereka dan menetapkan standar-standar pengendalian

Perencanaan merupakan serangkaian keputusan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan di masa yang akan datang dan diarahkan kepada tujuan (goal oriented). Perencanaan harus jelas mengemukakan:

1. Apa yang akan dicapai berkenaan dengan penentuan tujuan

2. Mengapa hal itu perlu dilakukan, berkenaan dengan alasan atau motif perlunya kegiatan tersebut.

3. Bagaimana akan dilaksanakan, berkenaan dengan prosedur kerja, sasaran dan biaya.

4. Bilamana akan dilaksanakan, berkenaan dengan penjadwalan kegiatan kerja atau pelaksanaan kegiatan, pentahapan kegiatan sampai dengan selesai.

5. Siapa yang akan melaksanakan, berkenaan dengan orang orang yang turut terlibat dan menjadi sasaran dalam kegiatan .

6. Mengadakan penilaian, berkenaan dengan kegiatan, yang mana yang telah selesai, sedang dan akan diselesaikan.

7. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dan kegiatan mengadakan penyesuaian dan perubahan rencana (Widjaya, 1995). Menurut Terry (1986), yang dikutip oleh Vionalita (2008), ada enam jenis


(43)

1. Perencanaan prosedur

Prosedur merupakan tugas-tugas yang berhubungan satu sama lain yang merupakan bagian daripada urutan kronologis dan cara yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

2. Perencanaan metode

Metode merupakan suatu cara yang diterapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu dengan cukup memperhatikan sasaran, fasilitas yang tersedia dan pengeluaran total berupa waktu, uang dan usaha.

3. Perencanaan standar

Standar merupakan suatu kesatuan pengukuran yang ditetapkan sebagai patokan atau tingkat referensi. Penetapan standar biasanya menggunakan pengalaman masa lampau, penilaian dan metode ilmiah.

4. Perencanaan anggaran

Anggaran merupakan sebuah rencana untuk pendapatan atau pengeluaran yang menyangkut uang, personil, barang yang dibeli, barang yang dijual, ataupun entitas lain yang dianggap oleh pihak manajerial akan membantu usaha-usaha manajerial di masa yang akan datang.

5. Perencanaan program

Program merupakan sebuah rencana komprehensif meliputi penggunaan macam-macam sumber daya untuk masa yang akan datang dalam bentuk sebuah pola yang terintegrasi dan yang menetapkan suatu urutan tindakan yang perlu dilaksanakan serta jadwal waktu untuk masing-masing tindakan tersebut dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan.


(44)

B. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif di antara mereka dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien. Pengorganisasian juga diartikan sebagai suatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasikan otoritas dan menetapkan aktivitas yang hendak dilakukan manajer pada seluruh hirarki organisasi (Siswanto, 2005).

Menurut Terry (1992), pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer yang mempunyai kekuasaan untuk mengawasi anggota-anggota kelompok. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan termasuk manusia sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil.

Terry (1992) juga menyatakan bahwa mengorganisir adalah suatu proses pembagian kerja. Pembagian kerja dapat dibedakan atas:

1. Pembagian kerja secara vertikal

Pembagian ini didasarkan atas penetapan garis-garis kekuasaan dan menentukan tingkat-tingkat yang membentuk bangunan organisasi itu secara tegak. Selain dari menetapkan kekuasaan, pembagian kerja vertikal memudahkan arus komunikasi dalam organisasi.


(45)

Pembagian ini didasarkan atas spesifikasi kerja. Asumsi dasar yang melandasi pembagian kerja horizontal adalah bahwa dengan membuat setiap tugas pekerja jadi terperinci, makin banyak pekerjaan yang dapat dihasilkan dengan usaha yang sama melalui peningkatan efisiensi dan kualitas. Secara terperinci, pembagian kerja horizontal berakhir dengan keuntungan sebagai berikut: a. Lebih sedikit kecakapan diperlukan seseorang.

b. Lebih mudah untuk memperinci kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk penyaringan atau tujuan latihan.

c. Mengulangi atau mempraktekkan kerja yang sama mengembangkan kemahiran.

d. Penggunaan kecakapan-kecakapan secara efisien terutama sekali dengan menggunakan kecakapan-kecakapan terbaik setiap pekerja.

e. Kemampuan untuk beroperasi bersama-sama.

f. Lebih banyak terdapat keseragaman dalam produksi akhir, jika setiap potong selalu diproduksi oleh orang yang sama.

Menurut Azwar (1988) terdapat tiga unsur pokok yang harus diperhatikan dalam melakukan suatu pengorganisasian, yakni:

1. Hal yang diorganisasikan

Hal yang perlu diorganisasikan adalah kegiatan dan tenaga pelaksana. Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan terpadu yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan hak dan


(46)

wewenang setiap tenaga pelaksana sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada penanggungjawabnya.

2. Proses pengorganisasian

Pengorganisasian pada dasarnya merupakan suatu proses yang menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga segala kegiatan dan tenaga pelaksana mendapat pengaturan yang sebaik-baiknya serta setiap kegiatan memiliki penanggungjawab.

3. Hasil yang dicapai

Hasil dari pengorganisasian adalah suatu wadah yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana yang dikenal dengan nama organisasi (organization).

C. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggerakan adalah mengintegrasikan usaha-usaha anggota suatu kelompok sedemikian rupa sehingga dengan selesainya tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan-tujuan individual dan kelompok (Terry, 1992).

Menurut Azwar (1988) yang dikutip oleh (Widya, 2008), untuk menggerakkan anggota-anggota, seorang manajer memerlukan suatu keterampilan sehingga memotivasi bawahannya untuk bertanggung jawab melaksanakan aktivitas yang telah di susun. Keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki seorang


(47)

1. Motivasi

Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan atau dorongan pada seseorang atau kelompok sehingga orang atau kelompok tersebut mau berbuat dan bekerja bersama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling pengertian serta saling percaya demi terciptanya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain, sehingga secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Siswanto (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai sifat dan perilaku untuk memengaruhi bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja yang harmonis dengan mempertimbangkan aspek efisien dan efektif untuk mencapai tingkat produktivitas kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan


(48)

Pengarahan merupakan pemberian bimbingan serta mengendalikan para pekerja atau staf dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Amuhni (2011), menyatakan pengarahan merupakan suatu tindakan mengusahakan agar semua kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial.

5. Pengawasan

Pengawasan dilakukan untuk memberikan penilaian dan sekaligus memberikan koreksi terhadap penampilan staf untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

D. Pengawasan/Pengendalian (Controlling)

Menurut Mokler (1972) yang dikutip oleh Siswanto (2005), pengawasan/pengendalian adalah suatu usaha untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran organisasi.

Adapun manfaat dilakukannya pengawasan antara lain (Azwar, 1988):

1. Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapainnya dan selanjutnya pencapaian tersebut adalah kualitas dan kuantitas tertinggi.

2. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa yang telah ditetapkan, bahkan mungkin dapat ditekan, sehingga efisiensi dapat lebih ditingkatkan.


(49)

3. Pengawasan yang dilakukan dengan baik akan memacu karyawan untuk lebih berprestasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

2.5 Fokus Penelitian

Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka fokus dalam penelitian ini adalah:

Pelaksanaan PJKMU Madani

OUTPUT

- Cakupan

Kepemilikan Jaminan Kesehatan

- Kunjungan ke

Pelayanan Kesehatan

- Derajat

Kesehatan PROSES

- Penentuan

Kepesertaan

- Sosialisasi - Tata Laksana - Pengawasan - Pembinaan

Peserta

- Hambatan

INPUT - Kebijakan - Dana


(50)

: Area yang diteliti

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Kebijakan adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemda Tanjungbalai sebagai pedoman pelaksanaan PJKMU Madani bagi pihak-pihak terkait.

2. Dana adalah besaran dana yang digunakan untuk melaksanakan program dan penetapan besaran premi bagi peserta PJKMU Madani.

3. Kepesertaan adalah kriteria masyarakat yang ditetapkan untuk menjadi peserta PJKMU Madani.

4. Sosialisasi adalah penyebaran informasi tentang pelaksanaan PJKMU Madani berupa peran/tanggung jawab pihak-pihak terkait dan prosedur pelayanan PJKMU Madani.

5. Tata laksana adalah kesesuaian dan ketepatan persyaratan pemberian dan pembayaran pelayanan kesehatan PJKMU Madani.

6. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak terkait untuk mengawasi dan menemukan penyimpangan dari pelaksanaan PJKMU Madani.

7. Pembinaan peserta adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan sikap dan tindakan yang berorientasi hidup sehat di kalangan peserta PJKMU


(51)

8. Hambatan adalah masalah yang mengganggu pelaksanaan program PJKMU Madani

9. Cakupan kepemilikan jaminan kesehatan adalah jumlah masyarakat Tanjungbalai yang telah memiliki jaminan kesehatan setelah pelaksanaan PJKMU Madani.

10.Kunjungan ke pelayanan kesehatan adalah kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan setelah dilaksanakannya PJKMU Madani

11.Derajat kesehatan adalah status kesehatan masyarakat setelah dilaksanakannya PJKMU Madani.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang berperilaku yang akan diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moeloeng, 1990). Metode ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan PJKMU Madani di kota Tanjungbalai tahun 2011.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Tanjungbalai yang menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi masyarakatnya yakni PJKMU Madani.


(52)

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011-Februari 2012.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang ditentukan secara purposive yaitu pihak yang terkait dan berkepentingan dengan pelaksanaan PJKMU Madani terdiri dari satu orang informan dari PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai, satu orang informan Camat (Camat Datuk Bandar), satu orang informan anggota DPRD Kota Tanjungbalai, satu orang informan dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, satu orang informan Kepala Puskesmas (Puskesmas Datuk Bandar), satu orang informan dari RSUD. Tengku Mansyur Tanjungbalai, dan tiga orang informan dari peserta PJKMU Madani.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan dengan menggunakan alat perekam (tape recorder), sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan cara mengobservasi lapangan dan telaah dokumen. Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2005).


(53)

3.5 Analisis data

Proses analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber yakni wawancara mendalam dengan informan dan telaah dokumen data sekunder. 2. Dilakukan proses transkrip data dengan cara menuliskan semua data yang

didapat dari hasil wawancara secara berurutan.

3. Dilakukan kategorisasi dengan mengelompokkan dengan kategori yang sama dan sesuai dengan topik diskusi yang tertuang dalam pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian untuk dipindahkan pada matriks wawancara.

4. Penyajian ringkasan data dalam bentuk matriks, hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antar variabel-variabel tertentu. 5. Proses analisis data dilakukan dengan membandingkan dengan teori yang ada.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi

Kota Tanjungbalai merupakan salah satu kota yang menjadi bagian wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di antara 2º58’ Lintang Utara dan 99 º48 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:p

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten


(55)

Luas wilayah Kota Tanjungbalai adalah 60.529 Km² yang secara topografi berada pada 0-3 m di atas permukaan laut. Secara administratif Kota Tanjungbalai terdiri dari enam kecamatan dan 31 kelurahan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pembagian Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjungbalai.

No. KECAMATAN KELURAHAN

1. Tanjungbalai Utara 1. Tanjungbalai III 2. Sejahtera

3. Tanjungbalai IV 4. Mata Halasan 5. Kuala Silo Bestari 2. Tanjungbalai Selatan 1. Tanjungbalai I

2. Perwira 3. Karya

4. Tanjungbalai II 5. Indra Sakti 6. Pantai Burung

3. Teluk Nibung 1. Sei Merbau

2. Pematang Pasir 3. Perjuangan

4. Kapias Pulau Buaya 5. Beting Kualo Kapias 4. Sei Tualang Raso 1. Keramat Kubah

2. Sumber Sari 3. Muara Sentosa 4. Pasar Baru 5. Sei Raja

5. Datuk Bandar 1. Sirantau

2. Gading 3. Pahang 4. Sijambi 5. Pantai Johor 6. Datuk Bandar Timur 1. Selat Lancang

2. Bunga Tanjung 3. Selat Tanjung Medan 4. Pulau Simardan 5. Semula Jadi

Sumber: Tanjungbalai dalam Angka Tahun 2010 4.1.2 Data Demografi


(56)

Berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Tanjungbalai sebanyak 154.445 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.552 jiwa per km². Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Teluk Nibung yaitu sebanyak 35.802 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Tanjungbalai Utara yaitu sebanyak 15.862 jiwa. Kecamatan Tanjungbalai Utara merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya yakni sebanyak 18.883,33 jiwa per km² dan Kecamatan Datuk Bandar merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yakni sebanyak 1.502, 76 jiwa per km².

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No. Kecamatan Luas

Wilayah (km²)

Jumlah Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

Kepadatan Penduduk

per km²

1. Datuk Bandar 22,49 33.797 6.973 1.502,76

2. Datuk Bandar Timur 14,57 26.942 5.882 1.849,14 3. Tanjungbalai Selatan 1,98 19.330 5.428 9.762,63 4. Tanjungbalai Utara 0,84 15.862 4.007 18.883,33

5. Sei Tualang Raso 8,09 22.712 4.852 2.807,42

6. Teluk Nibung 12,55 35.802 7.996 2.852,75

Jumlah 60,52 154.445 35.138 2.552

Sumber: Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 77.933 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 76.512 jiwa. Secara rinci dapat di lihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010


(57)

1. Laki-Laki 77.933 50,46

2. Perempuan 76.512 49,53

Jumlah 154.445 100

Sumber: Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk kota Tanjungbalai merupakan penduduk usia produktif. Penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 17.946 jiwa, 5-14 tahun sebanyak 36.107 jiwa, 15-44 tahun sebanyak 73.703 jiwa, 45-64 tahun sebanyak 21.717 jiwa dan kelompok umur >=65 tahun sebanyak 4972 jiwa. Secara rinci dapat di lihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Kota Tanjungbalai Berdasarkan Umur Tahun 2010

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Persentase (%)

1. 0-4 17.946 11,61

2. 5-14 36.107 23,37

3. 15-44 73.703 47,72

3. 45-64 21.717 14,06

4. ≥65 4.972 3,21

Jumlah 154.445 100

Sumber: Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010 4.1.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang berada di wilayah Kota Tanjungbalai terdiri rumah sakit, puskesmas, praktik dokter, pos kesehatan desa (Poskesdes) dan posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Sarana Kesehatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No. Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1. Rumah Sakit Umum 2

2. Puskesmas Perawatan 1


(58)

4. Puskesmas Keliling 8

5. Puskesmas Pembantu 13

6. Rumah Bersalin 1

7. Klinik/Balai Pengobatan 5

8. Praktik Dokter Bersama 1

9. Praktik Dokter Perorangan 30

10. Poskesdes 31

11. Posyandu 120

12. Apotek 13

13. Toko Obat 7

Jumlah 239

Sumber: Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010 4.1.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang terdapat di Kota Tanjungbalai pada tahun 2010 secara rinci dapat di lihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No. Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang)

1. Dokter Spesialis 9

2. Dokter Umum 48

3. Dokter Gigi 17

4. Bidan 161

5. Perawat 279

6. Tenaga Kefarmasian 12

7. Tenaga Gizi 22

8. Tenaga Kesmas 17

9. Tenaga Sanitasi 13

10. Tenaga Teknisi Medis 26

11. Fisioterapis 6

Jumlah 610

Sumber: Profil Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun 2010 4.2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini ada sembilan informan, terdiri dari satu orang informan dari PT. Askes (Persero) Cabang Tanjungbalai, satu orang informan Camat (Camat Datuk Bandar), satu orang informan anggota DPRD Kota Tanjungbalai, satu


(59)

Puskesmas (Puskesmas Datuk Bandar), satu orang informan dari RSUD. Tengku Mansyur Tanjungbalai, dan tiga orang informan dari peserta PJKMU Madani. Secara rinci dapat di lihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik

No. Informan Jenis

kelamin Umur (Tahun) Pendi dikan Jabatan

1 PT. Askes Cabang Tanjungbalai

Perempuan 28 S1 Ka. Sie Pelayanan Pelanggan dan Pemasaran 2. Kecamatan Datuk

Bandar

Laki-Laki 45 S1 Sekretaris Camat Datuk Bandar 3. DPRD Kota

Tanjungbalai

Perempuan 40 S1 Anggota Komisi C DPRD

4. Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

Perempuan 37 S2 Ka. Bid. PSDK 5. Puskesmas Datuk

Bandar

Perempuan 33 S1 Ka. Puskesmas Datuk Bandar

6. RSUD. dr. Tengku Mansyur

Perempuan 37 S1 Kabid. Pelayanan Medik

7 Peserta PJKMU Madani

Perempuan 35 SMP - 8. Peserta PJKMU

Madani

Laki-laki 30 SMA - 9. Peserta PJKMU

Madani

Perempuan 28 SMA -

4.3 Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani

4.3.1 Pernyataan Informan tentang Latar Belakang Pelaksanaan PJKMU Madani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam orang informan yang diwawancarai, lima orang informan menyatakan latar belakang dibuatnya program PJKMU Madani di Kota Tanjungbalai yakni untuk mencakup masyarakat miskin


(60)

yang belum memiliki jaminan kesehatan. Seorang informan menyatakan bahwa masih rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat Tanjungbalai sehingga program itu diadakan untuk mempermudah masyarakat untuk memperoleh pengobatan gratis. Hal ini dapat di lihat dari tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan informan tentang Latar Belakang Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai

No. Informan Pernyataan

1. PT. Askes Cabang Tanjungbalai

“Pada awalnya itu pada 2008, pemerintah pusat mengeluarkan adanya jaminan pemeliharaan kesehatan Jamkesmas yang dibiayai oleh APBN, cuman ternyata Jamkesmas itu tidak bisa…seluruhnya tercover masyarakat khususnya di kota Tanjungbalai ini masih ada masyarakat miskin yang tidak tercover…. Jadi oleh pemko Tanjungbalai yang tidak tercover oleh Jamkesmas itu dibiayai oleh APBD pelayanan kesehatan nya…Itulah yang disebut namanya PJKMU Madani, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum Madani”

2. Camat Datuk Bandar “Yang melatarbelakangi PJKMU Madani adalah tidak tertampungnya masyarakat yang memang membutuhkan jaminan kesehatan di program Jamkesmas.”

3. DPRD Kota Tanjungbalai

“Begini, kalau di APBN ada namanya Jamkesmas, nah tidak semua masyarakat Tanjungbalai yang masuk, yang membutuhkan yang masuk Jamkesmas ini, maka nya kebijakan pemerintah daerah lah membuat PJKMU untuk produk daerah yang menggunakan APBD” 4.. Dinas Kesehatan

Kota Tanjungbalai

“Salah satu nya karena kurangnya dari pemerintah pusat tentang pembiayaan bagi masyarakat miskin yang selama ini kita kenal sebagai jamkesmas, jadi ditambah dengan PJKMU Madani sebagai Jamkesda Tanjungbalai”

5. Puskesmas Datuk Bandar

“Kemungkinan karena sosial ekonomi masyarakat Tanjungbalai masih rendah sehingga ada kebijaksanaan pak kepala daerah untuk membuat PJKMU Madani supaya mempermudah masyarakat memperoleh pengobatan gratis.”

6. RSUD. dr. Tengku Mansyur

“Banyak nya pasien miskin yang tidak tercover dalam Jamkesmas…”


(61)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa latar belakang diadakannya PJKMU Madani adalah untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Tanjungbalai terutama masyarakat miskin yang belum tercakup dalam program Jamkesmas sehingga masyarakat tersebut semakin mudah untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Kebijakan Pelaksanaan PJKMU Madani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam orang informan yang diwawancarai, seluruh informan memberikan jawaban bahwa pelaksanaan PJKMU Madani berdasarkan kebijakan Walikota Tanjungbalai dalam bentuk Surat Keputusan serta berdasarkan perjanjian kerja sama (PKS) antara pemko Tanjungbalai dengan PT. Askes. Namun, seorang informan menyatakan bahwa kebijakan dari pelaksanaan PJKMU Madani juga berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat yakni UUD 1945 dan UU SJSN dimana jaminan kesehatan merupakan salah satu jaminan sosial yang harus dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai

No. Informan Pernyataan

1. PT. Askes Cabang Tanjungbalai

“Pertama adalah Undang-Undang bahwa kesehatan termasuk hak yang dijamin Negara yakni UUD 1945 pasal 34, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara, turun lagi peraturan peraturannya itu peraturan tentang SJSN itu muncul lalu peraturan daerah nya dan perjanjian kerja sama antar Askes dan pemko Tanjungbalai”.

2. Camat Datuk Bandar “Ada perda pelaksanaan PJKMU Madani karena ini kan kebijakan kota Tanjungbalai sendiri jadi harus ada perda nya kalo ga ada perda ga bisa dibuat. Ada dalam bentuk SK Walikota.”

3. DPRD Kota Tanjungbalai

“SK Walikota lah, penerima PJKMU itu di SK kan, bekerja sama dengan PT. Askes, itu ada pada


(1)

a. Menurut anda, apa saja hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan PJKMU Madani?

b. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

9. Pembinaan Peserta

a. Bagaimana pembinaan peserta PJKMU Madani dilakukan?

10.Output

a. Menurut anda, setelah PJKMU Madani dilaksanakan, bagaimana cakupan kepemilikan jaminan kesehatan masyarakat Tanjung Balai?

b. Bagaimana kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan? c. Bagaimana derajat kesehatan masyarakat saat ini?

IV. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Datuk Bandar Kota Tanjung Balai

1. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Kebijakan

a. Apa yang melatarbelakangi munculnya PJKMU Madani?

b. Apakah kebijakan/peraturan yang mendasari pelaksanaan PJKMU Madani?

c. Bagaimana pula peraturan daerah dalam mengatur pelaksanaan PJKMU Madani?

d. Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab Puskesmas dalam PJKMU Madani?

e. Apakah dalam kebijakan daerah tercantum peran dan tanggung jawab Puskesmas?


(2)

f. Apakah yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PJKMU Madani? − Perilaku kesehatan apa yang diharapkan dari peserta?

3. Penentuan Kepesertaan

a. Bagaimana penentuan kepesertaan/kriteria peserta PJKMU Madani? b. Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta PJKMU

Madani?

4. Tata Laksana

a. Bagaimana prosedur pelayanan PJKMU Madani di Puskesmas? b. Apa sajakah paket pelayanan kesehatan yang dijamin di Puskesmas? c. Apakah masyarakat harus mendapatkan rujukan bila ingin mendapatkan

pelayanan kesehatan di rumah sakit?

d. Bagaimana pembayaran pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas oleh PT. Askes?

5. Sosialisasi

a. Apakah dilakukan sosialisasi kepada pihak Puskesmas oleh Dinas Kesehatan tentang tata laksana PJKMU Madani?

− Jika ya, Bagaimana sosialisasi dilakukan?

b. Apakah diberikan sosialisasi oleh Pemko/PT. Askes tentang prosedur pelayanan dan paket pelayanan kesehatan kepada pihak Puskesmas?

− Jika ya, Bagaimana sosialisasi dilakukan?

6. Hambatan

a. Menurut anda, apa saja hambatan yang dihadapi pihak Puskesmas sebagai PPK dalam pelaksanaan PJKMU Madani?

b. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

7. Pembinaan Peserta

a. Bagaimana pembinaan peserta PJKMU Madani dilakukan?

8. Output

a. Menurut anda, setelah PJKMU Madani dilaksanakan, bagaimana cakupan kepemilikan jaminan kesehatan masyarakat Tanjung Balai? b. Bagaimana kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan?


(3)

c. Bagaimana derajat kesehatan masyarakat saat ini?

V. Pedoman Wawancara dengan Kepala RSUD. dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai

1. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Kebijakan

a. Apa yang melatarbelakangi munculnya PJKMU Madani?

b. Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab pihak rumah sakit dalam PJKMU Madani?

c. Apakah yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PJKMU Madani? − Perilaku kesehatan apa yang diharapkan dari peserta?

3. Tata Laksana

a. Bagaimana prosedur pelayanan PJKMU Madani di rumah sakit? b. Apa sajakah paket pelayanan kesehatan yang dijamin di Puskesmas? c. Apakah masyarakat harus mendapatkan rujukan bila ingin mendapatkan

pelayanan kesehatan di rumah sakit?

d. Bagaimana pembayaran pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas oleh PT. Askes?

4. Sosialisasi

a. Apakah dilakukan sosialisasi kepada pihak rumah sakit oleh Dinas Kesehatan tentang tata laksana PJKMU Madani?

− Jika ya, Bagaimana sosialisasi dilakukan?

b. Apakah dilakukan sosialisasi kepada pihak rumah sakit oleh PT. Askes? − Jika ya, Bagaimana sosialisasi dilakukan?


(4)

5. Hambatan

a. Menurut anda, apa saja hambatan yang dihadapi pihak Puskesmas sebagai PPK dalam pelaksanaan PJKMU Madani?

b. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

6. Pembinaan Peserta

a. Bagaimana pembinaan peserta PJKMU Madani dilakukan?

7. Output

a. Menurut anda, setelah PJKMU Madani dilaksanakan, bagaimana cakupan kepemilikan jaminan kesehatan masyarakat Tanjung Balai? b. Bagaimana kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan?

c. Bagaimana derajat kesehatan masyarakat saat ini?

VI. Pedoman Wawancara dengan Camat Datuk Bandar Kota Tanjung Balai 1. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Jabatan :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Kebijakan

a. Apa yang melatarbelakangi munculnya PJKMU Madani?

b. Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab pihak Kecamatan dalam PJKMU Madani?

c. Apakah dalam kebijakan daerah tercantum peran dan tanggung jawab Kecamatan?

d. Apakah yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PJKMU Madani? − Perilaku kesehatan apa yang diharapkan dari peserta?


(5)

a. Apakah dilakukan sosialisasi kepada pihak Kecamatan oleh Pemko/Dinas Kesehatan tentang PJKMU Madani?

− Jika ya, Bagaimana sosialisasi dilakukan?

4. Penentuan Kepesertaan

a. Bagaimana penentuan kepesertaan/kriteria peserta PJKMU Madani?

b. Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta PJKMU Madani?

c. Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan sehingga peserta PJKMU Madani sesuai dengan kriteria yang ditetapkan?

5. Hambatan

a. Menurut anda, apa saja hambatan yang dihadapi pihak Kecamatan dalam pelaksanaan PJKMU Madani?

b. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

6. Output

a. Bagaimana derajat kesehatan masyarakat saat ini?

VII. Pedoman Wawancara dengan Peserta PJKMU Madani Kota Tanjung Balai

1. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Tanggal/Waktu Wawancara :

2. Tata Laksana

a. Apa saja prosedur/syarat menjadi peserta PJKMU Madani?

b. Apa syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas? c. Apa syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit? d. Bagaimana pelayanan yang anda peroleh selama ini sebagai peserta


(6)

e. Apakah ada biaya tambahan selama mendapatkan pelayanan kesehatan?

3. Sosialisasi

a. Bagaimana sosialisasi tentang PJKMU Madani yang anda peroleh? b. Bagaimana saran anda untuk perbaikan program PJKMU Madani?


Dokumen yang terkait

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

4 51 157

hubungan karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014

19 72 157

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

20 192 114

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

Analisis Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Umum (PJKU) Madani Kota Tanjung Balai

5 113 118

Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Puskesmas Batu VI Kecamatan Siantar

5 75 84

Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum

2 45 120

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

9 125 141

PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

0 4 88