konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
11
Berkaitan denga teknik penulisan, Penulis merujuk pada buku yang dijadikan pedoman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu judul “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; CeQDA UIN, 2007.”
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran dan mempermudah telaah skripsi ini,
penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab.
Bab I: merupakan bab pendahuluan yang berisi antara lain, latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang sejarah
agama Baha’I, ajaran agama Baha’i dan agama Baha’i di Indonesia.
Bab III: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang konsep kepemimpinan menurut Baha’i, Syarat memilih Majelis Rohani dan Bentuk
Administrasi Baha’i.
Bab IV: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang pengertian dan konsep kepemimpinan di Indonesia, memilih pemimpin di Indonesia dan
persepsi umat Baha’i terhadap kepemimpinan negara di Indonesia.
Bab V: merupakan bab penutup yang isinya memuat kesimpulan, daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitia Kualitatif Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2012, h.6.
15
BAB II AGAMA BAHA’I DI INDONESIA
A. Sejarah Agama Baha’i
Agama Baha’i merupakan salah satu agama dengan jumlah penganut tidak sebanyak agama-
agama besar, akan tetapi kehadiran agama Baha’i sesungguhnya diakui sebagai masyarakat agama.
12
Agama Baha’i ini tetap eksis dan berkembang serta menjadi fenomena keagamaan yang menarik di penjuru dunia. Umat Baha’i
bertempat tinggal di 191 negara dan 46 wilayah teritorial
13
dan mereka semua berasal dari berbagai kepercayaan yang berlainan bahkan bertentangan. Mereka
dahulunya ada yang beragama Budha, Yahudi, Islam, Zoroaster, Hindu, Protestan, Katolik dan tidak jarang dari mereka yang sebelumnya tidak menganut agama
sama sek ali. Mereka semua menemukan sesuatu dalam ajarah Baha’i yaitu apa
yang dapat mempersatukan mereka dan menjadikan mereka saudara-saudara yang saling mencintai.
14
Agama Baha’i adalah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agam lain. Pada tanggal 23 Mei 1844 menandai suatu era baru
dalam sejarah manusia. Seorang pembawa wahyu yang dijanjikan Tuhan telah hadir untuk menjadikan perdamaiaan dan keselarasan yang akan didirikan di
bumi. Fajar hari yang baru itu menyaksikan munculnya tidak hanya satu, tapi dua
12
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013, h. 1.
13
Agama Baha’i T.Tp: Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia, 2013, h. 32.
14
Abdusabur Marzuk, Apakah Sekte Baha’I itu Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1978, h. 54.